[PORTAL-ISLAM.ID] Disela kisruh Demokrat, SBY-AHY vs Moeldoko berserta "pejuang-pejuang" KLB Sibolangit, Deli Serdang, nama Fahri Hamzah, termasuk Anis Matta dan Partai Gelora. Bahkan, hingga saat ini, setelah Pemerintah menyatakan sikapnya, namanya terus saja mencuat. Entah kenapa?
Fahri Hamzah dianggap layak menggantikan posisi Moeldoko sebagai KSP, bahkan sebelum Pemerintah menguatkan posisi Demokrat versi AHY, dan menolak KLB versi Moeldoko. Bahkan kader Demokrat sendiri yang mengusung Fahri Hamzah layak sebagai pengganti Moeldoko.
Semua orang tahu jawaban Fahri Hamzah bahwa ia tak tertarik, tak mau, posisi itu. Ia sedang menikmati posisi sebagai rakyat. Ia pakai istilah pensiun dan memang ia menerima uang pensiun itu, karena hampir 20 tahun jadi pejabat. Tapi, ia tetap saja dibuat seperti mau.
Sebelumnya, orang memujinya mengambil langkah hukum atas pemecatannya di partai lamanya dan menang. Lalu, secara kesatria mendirikan partai baru bernama Partai Gelora Indonesia. Sikap terbaik mengakhiri konflik partai. Yakni, bertarung ide, bukan kekuasaan.
Entahlah, apakah Moeldoko juga akan belajar dari Fahri Hamzah membuat partai baru, Partai KLB atau apalah namanya, setelah Pemerintah menolak Kepengurusan Partai Demokrat versi dirinya? Atau memilih mundur, tiarap, menyerah atau tak melakukan apa-apa lagi. Habis main.
Yang jelas, bukan Fahri Hamzah yang menjadi pengganti Moeldoko di KSP. Selain Moeldoko sendiri tak terlihat sinyal mau mundur, Presiden Jokowi pun tak tertangkap radar bakal serta merta mengganti posisi Moeldoko. Barangkali jasa Moeldoko lebih besar dari kesalahannya.
(Oleh: Erizal)