"Mitos dan Rumor Seputar Prabowo" ~ by Hersubeno Arief


[PORTAL-ISLAM.ID]  Dengan menggunakan media mainstream, para lawan politik dan kelompok-kelompok yang tidak menyukainya mendeskreditkannya. Mereka mendesakkan persepsi itu ke dalam memori kolektif publik. Prabowo adalah monster. Figur pemarah yang menakutkan!

Situs berita kompas.com edisi Jumat, 7 Maret 2019 memuat berita menarik. “Prabowo Marahi Panitia Pidato Kebangsaan di Kampus UKRI.” Berita ini langsung viral. Link beritanya menyebar dengan cepat di medsos.

Ketika di-googling berita itu juga ditayangkan di jaringan media -media milik Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Semua jaringan tribunnews.com yang tersebar di seluruh Indonesia menayangkannya. Situs web ekonomi dan keuangan kontan.co.id bahkan juga memuatnya dengan judul yang sama.

Di bawah berita tersebut ada disclaimer: Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Prabowo Marahi Panitia Pidato Kebangsaan di Kampus UKRI.” Artinya berita ini bersumber sama, kompas.com.

Benarkah faktanya seperti itu? Prabowo marah-marah hanya karena masalah sepele. Nama adiknya tak dicantumkan dalam teks sambutannya?

Tak lama berselang kompas.com membuat semacam ralat. Judul dan isi berita diganti. “Dengan Nada Bercanda Prabowo Sentil Panitia Pidato Kebangsaan di Kampus UKRI.” 

Prabowo memang tidak marah. Dia bahkan banyak bercanda. Meledek sana-sini. Hadirin dibuat tertawa terbahak-bahak hampir sepanjang pidatonya berdurasi 90 menit.

Prabowo pemarah itu mitos yang sudah sejak lama dibangun untuk mendeskreditkannya. Dia digambarkan sebagai orang yang secara emosional tidak stabil. Tidak layak menjadi pemimpin. Apalagi Presiden!

Dengan menggunakan media mainstream, para lawan politik dan kelompok-kelompok yang tidak menyukainya mendeskreditkannya. Mereka mendesakkan persepsi itu kedalam memori kolektif publik. Prabowo adalah monster. Figur pemarah yang menakutkan!

Patut dipertanyakan bahwa tidak ada unsur kesengajaan sampai berita itu tayang. Bagi seorang wartawan, akurasi atau kesesuaian antara fakta dan data sangat penting. Bahkan sudah menjadi doktrin utama, sebuah “ayat suci” yang tak boleh dilanggar. A-C-C-U-R-A-C-Y!

Membedakan orang marah dan bercanda merupakan hal yang sangat elementer. Menulis ejaan nama seseorang saja, harus tepat! tidak boleh salah. Apalagi menggambarkan ekspresi emosi seseorang. Wartawan semacam ini tidak layak bekerja untuk media sebesar Kompas.com.

Tunggu dulu! Bisa jadi bukan wartawannya yang salah. Dia sudah melaporkan dengan benar. Namun sang editor di kantor redaksi yang memlintirnya. Sikap ini bisa muncul karena prasangka, atau pilihan politik.

Dimanapun level kesalahannya, sulit untuk memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi. Selain kompas.com, media-media jaringan milik KKG tidak mengubah artikel tersebut. Beritanya masih dengan mudah ditemukan. Tinggal googling “ Prabowo Marah” artikelnya langsung bermunculan.

Di luar tukang marah, mitos dan rumor seputar Prabowo adalah soal ibadah dan ke-Islamannya. Isu ini sudah sejak lama dihembuskan, apalagi setelah Prabowo didukung sebagai capres oleh Ijtima Ulama.

Buzzer pendukung Jokowi ramai-ramai membuat tagar #Prabowojumatandimana. Di group medsos juga ada yang mengusulkan agar setiap hari Jumat ada yang menguntit kegiatan Prabowo. Harus diintai, dia salat Jumat atau tidak.

Gerakan tagar #Prabowojumatandimana ini targetnya untuk mendeskreditkan Prabowo. Rumor Bahwa Prabowo tidak pernah salat, termasuk salat Jumat harus terus dihembus-hembuskan. Bersamaan dengan itu foto-foto video Jokowi menjadi imam salat disebar secara massif di medsos. Targetnya membuat pemilih muslim ragu memilih Prabowo.

Para tokoh, termasuk yang non muslim memberi testimoni betapa rajinnya Jokowi beribadah. Surya Paloh, Luhut Panjaitan sampai politisi PDIP Eva Sundari sangat membanggakan ke-Islaman Jokowi.

Di sebuah media malah diberitakan Luhut mengatakan Jokowi kalau salat Jumat sampai empat rakaat. Sementara Eva Sundari mengatakan Jokowi setiap malam tarawih dan tadarus. Benarkah? Belum ada konfirmasi pernyataan konyol itu benar dikemukakan oleh mereka.

Gerakan mendiskreditkan Prabowo tidak pernah salat Jumat berhenti bersamaan insiden pelarangan salat Jumat di masjid Kauman, Semarang (14/2).

Sebelumnya Ustadz Sambo guru ngaji Prabowo sempat memposting video candid. Secara sembunyi-sembunyi Sambo mengambil gambar Prabowo ketika sedang khusuk mendengarkan khatib berceramah.

Menurut cerita Sambo, Prabowo sangat tidak suka kegiatan ibadahnya, apalagi salat dipublikasikan ke media. Baginya hal itu masalah pribadi. Hubungan antara dia dengan Tuhan.

Anehnya bersamaan dengan gerakan mempertanyakan ke-Islaman Prabowo, para buzzer Jokowi juga menghembuskan isu lain. Jika menang, maka dia akan mengganti Indonesia menjadi khilafah. Prabowo didukung oleh kelompok-kelompok radikal. Mereka menyebut PKS, FPI, HTI, bahkan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) berada di belakang Prabowo.

Isu ini secara masif diproduksi dan disebarkan melalui jalur medsos. Targetnya untuk menakut-nakuti pemilih non muslim, dan kelompok Islam sekuler, agar jangan memilih Prabowo.

Isu konyol itu bahkan disampaikan oleh Ketua Umum PPP Romahurmuziy. Dia membuat siaran pers bahwa tidak ada pilihan lain bagi HTI kecuali bersembunyi di belakang Prabowo. “HTI ingin mendirikan khilafah tidak mengakui Pancasila dan NKRI.”

Rommy lupa bahwa Prabowo adalah prajurit TNI. Dia disumpah untuk setia kepada Pancasila dan NKRI. Sejak muda Prabowo mempertaruhkan nyawanya di medan tempur dalam operasi-operasi militer untuk mempertahankan NKRI.

Supaya adil, coba sekali-kali dipertanyakan: Jokowi, bahkan Rommy  ada  dimana ketika Prabowo menyabung nyawa di hutan-hutan Timor-Timur dan Aceh? Kok tiba-tiba merasa lebih Pancasilais dan paling menjaga NKRI?

Prabowo juga diisukan sebagai figur ultranasionalis dan pembenci etnis Cina. Isu ini bahkan banyak ditulis di media-media asing. Bagaimana mungkin kalau membenci Cina, Prabowo mengusung Jokowi dan Ahok pada Pilkada DKI 2012. Hasyim adik Prabowo bahkan membiayai kampanye Jokowi dan Ahok.

Soal kepemilikan tanah

Isu dan rumor lain yang dihembus-hembuskan terhadap Prabowo adalah figur yang ambisius. Dia tiga kali mencalonkan diri pada Pilpres.

Pada Pilpres 2009 menjadi cawapres berpasangan dengan Megawati. Pada 2014 menjadi capres berpasangan dengan Hatta Radjasa. Sekarang Prabowo maju kembali menjadi capres berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Dalam berbagai kesempatan Prabowo mengatakan, sesungguhnya dia sudah ingin menyingkir dari hiruk pikuk politik. Karena itu dia membeli lahan di kaki Gunung Hambalang, Bogor. Menyepi, membangun padepokan.

“Dalam budaya Jawa saya ingin madeg panditho. Membangun padepokan dan menurunkan ilmu yang saya miliki kepada generasi muda,” ujar Prabowo.

Namun melihat kondisi politik yang jauh dari ideal, semakin menjauh dari cita-cita para Bapak pendiri bangsa, Prabowo mengaku terpaksa harus turun gunung lagi.

Soal lahan di Hambalang ini juga banyak rumor. Dia disebut membangun istana mewah dan membuat pelatihan militer. Komplek pemukiman Prabowo di Hambalang juga disebut-sebut dijaga ketat. Tidak boleh sembarang orang masuk.

Prabowo mengaku membeli lahan seluas 4.8 hektare itu pada tahun 2001. Dia membelinya dengan mencicil dari seorang jenderal. “Harganya lebih murah dibandingkan dengan satu rumah di Menteng, “ tegasnya.

Menteng adalah kawasan elit di Jakarta tempat hunian para pejabat tinggi dan kalangan atas Jakarta.

Di Hambalang juga dibangun barak-barak untuk pelatihan kepemimpinan Generasi Muda. Sejumlah anak muda dari berbagai daerah juga dilatih mengelola pertanian dan peternakan. Warga sekitar sering menikmati hasil pertanian dan peternakan Prabowo.

Di kawasan itu juga dibangun sebuah auditorium tempat Prabowo bertemu dan menyampaikan ceramah ke kalangan generasi muda. “Nantinya saya akan membangun kampus kedua UKRI disini,” ujarnya.

Pendidikan merupakan salah satu passion Prabowo. Dia membangun kampus UKRI di Bandung yang direncanakan menjadi kampus perguruan tinggi terbaik di Asia.

Sekarang Prabowo diserang karena memiliki utang Rp 52 miliar. Tuduhan ini sangat tidak masuk akal. Dalam UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) disebutkan syarat menjadi capres/cawapres tidak sedang memiliki utang.

Pada pasal 169 ayat h disebutkan “Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara.”

Dengan resmi menjadi capres, berarti Prabowo telah memenuhi semua persyaratan, termasuk masalah utang piutang yang merugikan negara.

Jokowi sendiri terus menerus menyerang Prabowo secara pribadi soal pemilikan lahan di Kaltim dan Aceh. “Jangan juga ada yang teriak-teriak Pasal 33, Pasal 33. Jangan sampai ada lagi yang teriak-teriak 1 persen menguasai 90 persen aset. Tapi dia sendiri memiliki 5 kali (luas) Provinsi Jakarta lahannya,” kata Jokowi di Bandung Minggu (10/3).

Pada malam harinya ketika bertemu para pendukungnya pada Festival Satu Indonesia di Istora Senayan, Jakarta Jokowi kembali menyerang Prabowo “Tahu kan Unicorn yang online-online itu?”

Jokowi menirukan ucapan Prabowo ketika dalam debat antar-capres menjawab pertanyaannya. Saat itu Jokowi bertanya soal infrastruktur apa yang akan disiapkan untuk Unicorn.

Prabowo mengaku bingung karena pelafalan Jokowi Unicon. Bukan Unicorn. Lama besar dan bersekolah di Eropa, Prabowo sangat fasih berbahasa Inggris. Jadi ketika ada lafal yang salah, dia bingung. Untuk memastikan dia menanyakan apakah yang dimaksudkan Jokowi adalah soal bisnis online itu.

Menanggapi berbagai serangan Jokowi, Prabowo bersikap santai dan menahan diri. Dia menolak ketika pada debat pertama Sandiaga akan mengajukan pertanyaan soal penanganan kasus penyidik KPK Novel Baswedan.

Kasus ini menjadi titik lemah penegakkan hukum di era Jokowi. Novel disiram air keras sepulang salat subuh. Mata sebelah kiri buta. Hampir dua tahun kasus itu belum terungkap.

Prabowo juga menolak menyerang balik Jokowi ketika dia menyerangnya dengan isu kepemilikan lahan. Sikap ini membuat banyak pendukungnya kesal.

Dalam wawancara dengan RCTI Prabowo menjelaskan sikapnya. Dia sangat menjunjung tinggi falsafah Jawa. Dia tidak ingin menang dengan merendahkan orang lain, termasuk lawan politiknya. “Saya ingin menang tanpa ngasorake,” tegasnya. end

Penulis: Hersubeno Arief
Baca juga :