Palestina Bukan Suriah, bro

Melawan Penjajahan Bukan Kebodohan, Membela Penjajah Itulah yang Memalukan

Oleh: Andra Febi 

Menjawab narasi Awwabu Al-haqq (lebih tepat Awwabu Al-Bathil -red) yang menyamakan perlawanan Hamas terhadap Israel dengan sikap diam Suriah atas serangan-serangan Israel, seolah-olah Hamas tidak punya akal sehat karena memilih melawan, sementara Suriah lebih “berakal” karena menahan diri. Bahkan, dibumbui dengan narasi tentang “Presiden Ahmad asy-Syaraa” yang katanya berhasil memimpin Suriah keluar dari cengkeraman Assad dan mendapatkan simpati internasional lewat pendekatan damai.
Sekilas terdengar diplomatis. Tapi mari kita telanjangi logikanya, karena narasi ini bukan hanya keliru, tapi juga menyesatkan dan menipu nurani.

1. Palestina Bukan Suriah

Perbandingan ini ngawur sejak awal. Palestina dijajah secara langsung oleh Israel, tanah dirampas, warga dikurung, sumber daya dikontrol, dan blokade total diberlakukan. Suriah, meskipun diserang Israel beberapa kali, tetaplah negara berdaulat yang tidak dijajah secara struktural.

Jadi ketika Hamas melawan, mereka sedang melawan penjajahan nyata. Bukan asal menyerang. Sementara Suriah memilih tidak membalas, itu konteks yang berbeda. Menyamakan keduanya adalah kebodohan logis.

2. Melawan Penjajahan adalah Hak yang Sah

Dalam syariat Islam dan hukum internasional, melawan penjajah bukan hanya hak, tapi juga bentuk kehormatan. Hamas bukan sekadar kelompok bersenjata, tapi bagian dari rakyat Palestina yang hidup terjepit: diblokade, diserang, dipenjara di tanah sendiri.

Menuduh mereka "tidak pakai akal" karena melawan penjajahan justru menunjukkan ketumpulannya empati dan kejujuran intelektual.

3. Narasi “Damai Suriah” adalah Ilusi

Setelah rezim Assad tumbang pada Desember 2024, Ahmed al-Sharaa diangkat sebagai Presiden transisi Suriah. Pada Maret 2025, al-Sharaa menandatangani konstitusi sementara untuk lima tahun masa transisi. Tahu berapa korban perang Suriah ini? Lebih 500.000 manusia! 

Namun sampai saat ini konflik dan serangan terhadap Suriah tetap terjadi. Israel masih melakukan serangan di beberapa wilayah perbatasan.

Jadi, narasi bahwa Suriah “menahan diri” dengan damai harus dipahami dalam konteks negara yang sedang masa transisi politik berat dan penuh tekanan internasional.

Klaim bahwa Israel “melunak” terhadap Suriah karena pendekatan damai hanyalah narasi untuk membenarkan sikap pasrah terhadap agresor, bukan prestasi diplomasi.

4. Menghina Hamas adalah Tanda SDM Rendah

Mengejek Hamas sebagai bodoh, bebal, atau tidak pakai akal adalah bentuk kesombongan moral. Sebab mereka bukan kelompok yang mencari mati, tapi rakyat yang menolak hidup dalam kehinaan penjajahan.

Melawan penjajahan bukan kebodohan. Itu kehormatan. Yang justru memalukan adalah membela penjajah dan menyalahkan rakyat yang masih punya keberanian untuk berkata: “Kami tidak akan tunduk.”

Baca juga :