Pagi ini, kembali ditemukan jenazah mengambang di Teluk Kendari, ditemukan di pesisir atau pinggiran laut Kendari Caddi. Cukup nyesek juga, mengingat ini adalah tempat saya bermain di masa kecil dulu, hanya kisaran 100 meter dari rumah kami.
Jenazah pagi ini adalah korban ke tiga dalam dua pekan terakhir yang mengakhiri hidup dengan cara melompat dari jembatan teluk, setelah sebelumnya memarkir motor dengan kunci yang masih menggantung. Sama persis modusnya. Semuanya juga tergolong gen Z, masih usia belia, belasan hingga 20-an tahun.
Yang terakhir ini adalah teman ponakan saya, pernah nginap di rumah. Kalo dilihat dari IG-nya, anaknya cukup aktif, supel, dan berprestasi. Beredar kabar kalo penyebabnya adalah depresi. Tapi hal itu dibantah kakak kandungnya, yang katanya gak ada masalah. Dikuatkan juga oleh saksi-saksi bahwa korban cukup ceria di hari-hari terakhirnya.
Ruwet memang kalo sudah urusan perasaan. Sebab yang tau ya cuma orangnya sendiri.
Saya jadi ingat pesohor semisal vokalis Linkin Park Chester Bennington atau aktor Robin Williams. Masih sempat foto-foto dengan senyum mengembang seolah gak ada beban, sebelum ditemukan menghabisi nyawanya sendiri dengan cara mengenaskan.
Jadi sebenarnya agak sulit mendeteksi dan menduga-duga beban masalah orang.
Jujur, agak sensi kalo membahas ini. Bisa-bisa jatuhnya kita dicap nirempati. Padahal harusnya edukasi terus disuarakan, bahwa ini jelas tindakan yang salah. Perbuatan yang keji dan munkar. Kalo muslim, berat hisabnya.
Mirisnya, saya baca beberapa komentar, orang-orang yang mengingatkan apalagi bawa-bawa aturan agama, seringnya malah disuruh jaga perasaan keluarga. Lah, emangnya yang lompat itu ingat perasaan keluarganya?
Selain keluarga dapat beban, Basarnas dan orang-orang direpotkan. Sungguh gak ada kebaikan yang bisa jadi pemakluman untuk perbuatan satu ini. Sorry to say. Yang kita keselin perbuatannya, bukan korbannya.
Yang paling utama yang harus kita lakukan, ya berdoa saja semoga anak, keturunan, dan keluarga kita gak ada yang terpkir melakukan hal yang sama.
Dalam setahun atau dua tahun terakhir ini, di jembatan teluk Kendari gak kurang dari enam orang sudah jadi korban. Kuatirnya sih ini jadi trend. Galau dikit, lompat jembatan. Satu memulai, yang lain pun tergerak ikutan. You jump, i jump. Konyol yekan?
Please deh. Lelaki tak bercerita itu bullshit yang jadi FYP, quote-qoute gak berdasar yang gak perlu didengar.
Semua masalah insyaallah bisa dibicarakan. Ajar anak-anak tentang problem solved sejak dini agar gak jadi generasi baperan.
Rangkul orang-orang yang kiranya kita tau sedang punya banyak beban. Gak perlu takut dianggap kepo atau melanggar privacy, tanyakan apa masalahnya. Bantu cari jalan keluar meski hanya sekedar jadi pendengar.
Untuk klean Gen Z, Gen X atau gen apapun. Kalo punya masalah, jangan dekati jembatan, gedung, atau tempat tinggi lainnya. Sebab setan dahsyat bisikannya.
Setiap ada dorongan untuk ke tempat tinggi, ingat selalu bahwa ada yang maha tinggi tempat mengadu. Segera ambil wudhu, sholat yang khusyuk, tumpahkan keluh kesahmu.
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan perbuatan munkar. Lagipula Allah sudah memberi garansi, setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Inna maal usri yusro.
Oh iya, itu orang tua yang kemaren bawa-bawa telur buat dijampi-jampi di laut saat pencarian korban, juga emak-emak yang ngomong kalo di sekitar jembatan teluk ada naga yang akan terus memakan korban, saya cuma mau bilang : kalian berdua noraaaakkk...
(Arham Rasyid)