Cak Nun: Hei Pemimpin Indonesia, Kenapa Kejam ke Rakyat? Sengkuni Saja Tidak Sejahat Kamu


[PORTAL-ISLAM.ID] Tokoh intelektual Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun menyindir keras para pemimpin di Indonesia.

Seniman dan budayawan kondang itu menyebut hampir tidak ada pemimpin di Indonesia yang tidak Sengkuni. Celakanya, Sengkuni Indonesia memiliki derajat yang sangat rendah.

Sengkuni merupakan tokoh jahat dan provokator dalam kisah epos Mahabharata. Perannya sebagai pembisik licik menjadi bumbu utama dalam perang saudara di Kerajaan Hastinapura, Pandawa dan Kurawa.

Menurut Cak Nun, Sengkuni di Indonesia jauh lebih jahat ketimbang Sengkuni dalam cerita epos Mahabarata.

Sengkuni dalam cerita Mahabarata hanya sebagai provokator. Kejahatannya tidak sampai ke terorisme. Tidak korupsi.

Cak Nun mengatakan, Sengkuni menjadi orang jahat lantaran pernah mengalami penderitaan yang sangat luar biasa.

Sengkuni pernah dipenjara bersama ibu, bapak, dan 100 saudaranya. Mereka dipenjara oleh Raja Hastinapura, Dretarastra, suami Gandari, yang tak lain adalah kakak dari Sengkuni.

Di dalam penjara, Sengkuni bersama orang tua dan saudara-saudaranya merasakan penderitaan tiada tara. Setiap orang hanya diberi sebutir nasi untuk dimakan setiap hari.

Sengkuni dan saudara-saudaranya tidak mungkin bisa bertahan hidup hanya dengan memakan sebutir nasi setiap hari.

Karena itu, mereka berdiskusi dan memutuskan bahwa di antara 101 orang (tidak termasuk Gandari karena dia permaisuri raja), harus ada yang hidup, yakni Sengkuni.

“Maka yang 100 orang, merelakan untuk dimakan oleh yang satu (Sengkuni). Jadi, Sengkuni itu bertahun-tahun kerjanya adalah makan saudaranya,” ucap Cak Nun, sebagaimana dikutip dari video CakNun.com yang diupload pada 13 Februari 2019.

Dalam video berjudul “Cak Nun: Atas Nama Apa Kamu Jahat Kepada Rakyat” Cak Nun mengatakan bahwa selama dipenjara, Sengkuni memakan 98 adik-adiknya serta menyantap bapak dan ibunya.

“Jadi dia menjadi jahat karena dia pernah dipaksa makan (100 saudara dan orang tuanya) untuk regenerasi, harus tetap hidup. Cara satu-satunya untuk hidup adalah makan 98 adiknya,” ucap Cak Nun.

Dikatakan Cak Nun, Sengkuni merasakan penderitaan dan rasa bersalah karena memakan ibu, bapak serta 98 adiknya. Meski begitu, Sengkuni hanya menjadi seorang provokator, bukan teroris besar yang membunuh semua orang.

Cak Nun menceritakan kronologi penyebab Sengkuni dan adik-adiknya dijebloskan ke dalam penjara oleh Raja Dretarastra.

Awalnya, kata Cak Nun, Sengkuni memiliki niat baik untuk menikahkan kakaknya, Gandari dengan Pandu, pewaris tahta Hastinapura.

“Karena dia mempertimbangkan bibit, bebet, bobot. Perhitungannya sangat baik untuk berkeluarga. Tapi ternyata dia dikawini oleh kakaknya (kakak Pandu) yang buta itu (Dretarastra),” kata Cak Nun.

“Sengkuni tidak setuju, tapi karena orang tuanya sudah setuju, akhirnya dia tetap setia mengawal mbaknya (Gandari) menjadi permaisuri Kerajaan Hastinapura,” tambah Cak Nun.

Setelah menikah, Dretarastra akhirnya tahu bahwa Gandari pernah dikawini oleh kambing. Setelah kawin, kambing itu dibunuh, disembelih.

“Kenapa dikawinkan sama kambing? Karena menurut perhitungan primbon, neptunya tidak cocok antara mbaknya dengan suaminya,” katanya.

Untuk mematahkan perhitungan tersebut, maka Gandari dikawinkan dengan kambing, kemudian kambing itu dibunuh agar Gandari berstatus janda saat dinikahi Dretarastra. Namun hal itu diketahui oleh Dretarastra.

“Nah marahlah suaminya (Dretarastra) ‘ternyata saya ini kawin dengan janda kambing’. Marah dia, ditangkap Sengkuni, ibunya Sengkuni, adik-adiknya Sengkuni, dikasih makan cuma sebutir nasi setiap hari,” imbuhnya.

Dikatakan Cak Nun, Sengkuni seharunya menjadi penjahat besar akibat penderitaan yang dialaminya. Namun, dia hanya menjadi provokator yang licik dan culas. Dia juga tidak korupsi.

Cak Nun lantas membandingkan Sengkuni dengan para pemimpin di Indonesia. Ia mempertanyakan siapa pemimpin Indonesia yang tidak licik seperti Sengkuni.

“Kalian menjadi Sengkuni atas penderitaan apa? Kamu pernah susah apa hidupmu? Kamu pernah gak makan? Kamu pernah makan ibumu? Kamu pernah merasakan penderitaan seperti itu (Sengkuni). Kamu itu atas penderitaan yang bagaimana sehingga kamu jahat kepada rakyat itu,” tegas Cak Nun.

Cak Nun mempertanyakan apa alasan beberapa pemimpin di Indonesia menjadi jahat kepada rakyatnya sendiri.

Dikatakan Cak Nun, Sengkuni punya alasan sejarah sehingga menjadi jahat. Namun kejahatannya sama sekali tidak sepadan dengan penderitaannya.

“Seharusnya Sengkuni yang makan 101 orang keluarganya sendiri, dia dalam tanda petik berhak menjadi teroris besar. Kalau dia tidak kuat, dia akan gila atau bunuh diri,” tegasnya.

Menurutnya, Sengkuni sangat kuat dan sangat arif, sehingga dia hanya menjadi menjadi provokator.

“Sementara kita dipimpin oleh Sengkuni yang tidak punya alasan untuk jahat kepada rakyatnya,” imbuhnya.

“Kamu (pemimpin Indonesia) menderita apa, sehingga kamu kejamnya begitu rupa kepada rakyat. Kamu pernah menderita apa? Kamu pernah miskin apa? Kamu pernah puasa kayak apa? Kamu lancar semua kok. Kamu bisa membayar miliaran untuk jadi pejabat. Apa alasanmu jahat kepada rakyat. Sengkuni saja tidak sejahat kamu,” pungkasnya


Baca juga :