Netizen: Setia Megawati Setia NKRI? Setia NKRI Kok Jual-jual Aset Negara???


[PORTAL-ISLAM.ID] Sebuah baliho besar PDIP bertuliskan "Setia MEGAWATI Setia NKRI" menjadi sorotan publik.

"coy, cuy..
tolong diingat ya...
MEGAWATI itu BUKAN NKRI,

kalau dia NKRI nggak mungkin
melepaskan SIPADAN, LIGITAN, 
tidak menjual INDOSAT dan tidak 
memberikan 
SURAT KETERANGAN LUNAS 
pada PERAMPOK BLBI.."

Tulis netizen muslim keturunan Tionghoa, Lou Chin Lung di akun fb-nya yang menshare foto baliho PDIP.

Sementara itu, netizen Agus Santoso merinci tentang "track record" Megawati saat jadi Presiden RI:

Sekedar mengingat makna dari Setia NKRI.

Bagaimana bisa disebut setia NKRI jika aset bangsa dijual murah dan membahayakan keamanan dalam negeri.

1. Menjual Indosat

Anda tahu berapa keuntungan Indosat yang akan mengalir ke kas Negara?

Sepanjang 2016 layanan seluler menghasilkan pendapatan Rp 24,095 triliun, Multimedia, Komunikasi Data, Internet (MIDI) sebesar Rp 4,13 triliun, dan telekomunikasi tetap (Rp 958,8 miliar). Sementara itu, Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) di 2016 sebesar Rp12,9 triliun naik 50% dibandingkan 2015 sebesar Rp 8,6 triliun. Backbone pendapatan seluler dari Indosat selama 2016 berasal dari layanan data Rp 10,312 triliun, telepon (Rp 7,68 triliun), SMS (Rp 4,96 triliun), interkoneksi (Rp 1,711 triliun), VAS (Rp 1,157 triliun).

Jika pakde Jokowi mengatakan waktu itu krisis, maka pendapat kami saat itu justru tidak krisis, krisis sudah terlewati di tahun 1998-1999, tahun 2000 sudah membaik. Sedangkan Indosat dan Telkomsel dijual di tahun 2001an.

2. Menjual Gas Alam ke China

Tahukah anda bahwa Indonesia adalah salah satu penghasil gas terbesar di dunia. Tapi pertanyaannya kenapa harga gas sekarang sangat mahal? Ternyata pada tahun 2002, Indonesia yang saat itu di tangan Megawati menjual Gas Alam Cair ke negeri China dengan harga yang sangat murah sekali.

Seperti diketahui Ladang gas Tangguh dikembangkan oleh sebuah konsorsium beberapa perusahaan internasional, yang dipimpin oleh British Petroleum (37% saham), CNOOC (17%), dan Mitsubishi Corporation (16,3%). Mitra-mitra yang lebih kecil adalah perusahaan-perusahaan Jepang, yaitu Nippon Energy, Kanematsu,Sumitomo, dan Nissho Iwai.

Ladang ini ditemukan pada dasawarwa 1990-an dan mulai berproduksi dimulai pada bulan Juni 2009. Gas alam yang diekstraksi dari ladang akan dicairkan untuk membentuk gas alam cair (LNG – liquified natural gas) yang akan diangkut ke para konsumen di Asia, terutama Cina, Korea Selatan, dan Jepang.

Projek ini diharapkan membolehkan Indonesia untuk tetap menjadi pemasok penting bagi pasar gas alam dunia, sebagai pengganti bagi menyusutnya produksi Ladang gas Arun di Lhokseumawe, Aceh, Sumatera.

Nah.. dengan harga USD 3,5 per mmbtu sudah sesuai dengan mekanisme pasar. Selain itu, saat itu, kata dia, pemerintah juga kesulitan menjual gas Tangguh. Pemerintah Megawati menjual gas ke China dengan harga USD 3,5 per mmbtu.

Dalam perjanjian harga tersebut tetap, tanpa mengikuti harga gas dunia. Ini jelas merugikan negara.
Penjualan gas dari Lapangan Tangguh di Papua telah dilakukan sejak 2002, ke Fujian di Tiongkok dan Sempra di Amerika Serikat (AS). Gas ini memang dijual murah dan sampai masa kontrak hingga 2034. Timbul sejumlah tanya kenapa harganya murah dan diharapakan bisa Renegoisasi. Namun Renegosiasinya itu gagal sampai tiga kali.

Karena China besikukuh, Dan angin segar berhembus dari Menteri ESDM Jero Wacik pada hari Bhayangkara (1/7/2014) yang menceritakan sejarah penjualan gas yang harganya disepakati US$ 2,4 per mmbtu di 2002 lalu. Harga ini tidak bisa dinaikkan meski harga minyak sudah melambung tinggi. “Tangguh di Papua Barat itu adalah gas besar sekali. Diolah, dibor disitu oleh operatornya adalah BP (British Petroleum). Itu kontrak yang terjadi tahun 2002. Jumlahnya 40 kargo per tahun. Kontraknya berlaku sampai 2034. Jadi sampai dengan tahun 2034, itu kontrak Tangguh,”

Alhasil, harga tersebut bertahan selama masa kontrak, sehingga dianggap kemurahan. Apalagi harga JCC semakin meningkat. “Rumusnya waktu itu, 5,25% x JCC + 1,35 (FOB/free on board) itu harga di Tangguh.

Nah... Kalo tak salah di zaman SBY sudah ada revisi mengenai harga gas ini.

3. Menjual Aset-Aset Strategis Negara

Memang hutang pada masa Megawati sangat sedikit dibandingkan pemerintahan yang lain. Namun imbasnya sangat besar, ia menjual aset-aset Negara strategis dan berharga kepada pihak asing, seperti kapal tanker Pertamina, dan anehnya setelah menjual, Pertamina diminta untuk menyewa dengan harga yang tidak jauh berbeda. Bank BCA juga dijual, Bank International Indonesia, Bank Danamon, dan beberapa aset penting lainnya.

Semoga kita tidak lupa, bagaimana yang dimaksud setia NKRI sebenarnya.



Baca juga :