Langkah Terakhir Ward, Gadis Kecil Palestina di Kobaran Api

Langkah Terakhir Ward, Gadis Kecil Palestina di Kobaran Api

Ward Jalal Al-Sheikh Khalil, satu-satunya yang selamat, lolos dari api setelah sekolahnya di Gaza diserang oleh empat rudal Zionis. Orangtuanya dan saudara-saudaranya terbunuh dalam serangan itu, meninggalkannya sendirian.

Di tengah puing-puing dan bayang-bayang malam yang hancur, seorang gadis kecil bernama Ward Jalal berdiri sendiri. Di hadapannya, kobaran api menelan sisa-sisa bangunan yang dulu ia sebut sebagai tempat perlindungan—sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman, bukan tempat kematian.

Tubuhnya berlumur debu, matanya kosong menatap api yang seolah hendak menelan harapan terakhirnya. Di balik nyala itu, ia meninggalkan keluarganya—ibunya, saudara-saudaranya—semuanya kini sunyi, diam, tak lagi menjawab panggilannya.

Ward baru berusia enam tahun, tapi malam itu, ia berjalan seperti seorang yang telah kehilangan seluruh masa kecilnya. Langkah kecilnya bukanlah langkah menuju keselamatan, tapi seakan menuju kenangan yang tak akan pernah kembali. Air matanya pergi bersama teriakan terakhir ibunya yang tertimbun reruntuhan.
Api itu bukan sekadar panas dan nyala. Ia adalah saksi bisu dari dunia yang gagal menjaga anak-anak seperti Ward. Dunia yang membiarkan sekolah dibom, dan menjadikan gadis kecil sebagai satu-satunya yang berdiri di antara puing dan kematian.

Ward selamat malam itu. Tapi sesuatu dalam dirinya ikut terbakar bersama bangunan yang runtuh: keceriaan, rasa aman, dan mungkin sebagian dari harapannya. Yang tersisa hanyalah langkah kecil di antara kobaran—langkah seorang anak yang kini membawa beban dunia yang terlalu berat untuk pundaknya.

👇
Baca juga :