Kursi Panas Wakil Presiden


Kursi Panas Wakil Presiden

Oleh: Erizal

Harus mulai disadari, baik oleh Wapres Gibran maupun mantan Presiden Jokowi, mungkin juga pendukungnya bahwa kursi Wapres itu panas. Bahkan panasnya terasa sampai ke kursi Presiden Prabowo. Makanya, melalui berbagai cara, usaha keras, harus terus-menerus dicari pendinginnya. Bukan justru sebaliknya, terus-menerus pula, sadar maupun tidak, dicarikan pemanasnya. Bisa makin panas, lalu terbakar dan meledak. Hakikat politik memang panas, tegang, konflik, maka janganlah dibikin panas, tegang, konflik. Dicari jalan sebaliknya. Diredam.

Kendati kursi Wapres itu sah, legal, konstitusional, tapi ia tidak sebagaimana biasanya. Ia melalui serangkaian perubahan peraturan yang dramatis. Ini tak bisa ditutupi begitu saja. Apalagi dihilangkan. Jangan sampai pura² tak tahu dan menutup mata. Di masanya dimenangkan, berjalan mulus, di masa sesudahnya, tak ada yang tahu.   Pemikiran berubah dan mengalami dialektika. Kenapa baru sekarang bicara? Dipersoalkan? Kenapa tak dulu? Memang sekarang pula saatnya orang bicara. Sesuatu yg sah, belum tentu tak ada soal. Makanya harus sadar.

Baru dilantik, Presiden sedang di luar negeri, program Laporan Mas Wapres diluncurkan. Lanjut pula terjun ke bawah sambil menenteng batuan yg entah dari mana? Ini bukti kurang sensitif, kurang sadar, atas panasnya kursi Wapres. Istilah ojo kemajon dari Jokowi, Bapaknya Mas Wapres, baru keluar kemudian pula. Jokowi sendiri sebagai Presiden pastinya, tak akan berkenan program semacam itu diluncurkan. Kok bisa program semacam itu lolos di saat Presiden di luar negeri pula? Agaknya program Lapor Mas Wapres itupun restu dari Jokowi.
Jangan pula sampai disalahkan Presiden Prabowo. Jika tak ada Wapres, tak ada Jokowi, Prabowo tak akan jadi Presiden. Jokowi & Wapres Gibranlah yang menjadikan Prabowo Presiden. Ini terdengar di kalangan pendukung Jokowi. Jangan-jangan diaminkan pula Wapres Gibran dan Jokowi secara diam-diam, sehingga panasnya kursi Wapres itu tak dirasakan lagi. Malah kursi Presiden pun dianggap miliknya juga. Berarti, apa yang katanya dulu dilakukan Megawati, tak betul-betul dirasakan. Buktinya dilakukan pula terhadap Prabowo, dalam bentuk yg lain.

Harus diakui, Jokowi seorang politisi yang ulung. Tapi tetap harus tahu batasan persis seperti batasan yang dikatakannya terhadap pihak yang menyerang dirinya. Tak ada yang menyangka, ternyata begitu rapat jaring yang disiapkan untuk Prabowo. Prabowo tak dilepaskan begitu saja. Tak ada makan siang yang gratis, kendati program Presiden Prabowo memberikan makan siang bergizi gratis. Selain sudah mengambil jatah Wapres buat Gibran, tapi itu kok dirasa belum cukup? Seperti meneguk air laut yang makin diminum makin dahaga.

Untung Presiden Prabowo bisa lepas secara elegan dari jaring yang dibuat Wapres Gibran dan Jokowi. Program Lapor Mas Wapres itu jaring pertama yang tiba-tiba dan tak disadari akan seterbuka itu. Pertemuan Prabowo & Megawati secara diam-diam, langsung direspon cepat pertemuan Ketum Golkar dan PAN di Solo. Di situ pula terlontar dari mereka yang datang bahwa Jokowi masih Bosnya. Mirip dengan peluncuran program Lapor Mas Wapres, di mana Presiden Prabowo sedang ada di luar negeri. Ketahudirian Prabowo janganlah disalahartikan.

Mestinya harus lebih tenang menanggapi usulan dari Forum Purnawirawan TNI agar Wapres Gibran dicopot. Sekali lagi, memang kursi Wapres itu panas. Meskipun sah, legal, atau konstitusional. Dibolak-balik, jalannya memang nyaris tertutup. Respon dari pendukung juga harusnya terukur. Semua kaget tiba-tiba saja Letjen TNI Kunto Arief Wibowo dicopot dari posisinya. Putra Try Sutrisno yang ikut menyuarakan pencopotan Gibran itu seperti terhubung secara terbuka dan kasar. Terbuka dan kasar, diksi yang tak lagi dianggap belakangan ini.

Presiden Prabowo tentu tak bisa tinggal diam dengan respon yang terbuka dan kasar itu lewat persis di depan matanya. Persis tak tinggal diamnya terhadap respon terbuka dan kasar saat dia bertemu Megawati 4 mata diam-diam yang dibalas pertemuan di Solo. Presiden Prabowo langsung menepis dukungan PAN terhadap dirinya. Nantilah itu ya, kita kerja dulu untuk rakyat, kata Presiden Prabowo halus. Golkar juga belakangan ikut menyatakan dukungan juga terhadap Prabowo, kendati belum resmi seperti PAN. Tiba-tiba saja Letjen Kunto 2 x 24 jam balik lagi ke posisinya. Ini mestinya tak terjadi.

Asal semua balik ke posisi masing-masing, maka tak akan ada masalah yang berarti. Tapi memang kursi Wapres itu panas sejak awal. Itu harus disadari dan jangan dilupakan. Harus ekstra hati-hati, ekstra sabar juga. Biarkan Presiden Prabowo yang memimpin, apa pun kontribusi atas kemenangannya. Mundur seperti Hasan Nasbi itu baik juga. Presiden Prabowo berhak merangkul semua pihak, termasuk lawan politiknya. Komitmen kerakyatan & antikorupsi Presiden Prabowo terlihat sangat kuat. Rakyat harapan jangan dipupuskan oleh intrik elite yang terbuka dan kasar. Jaga batasan masing-masing. Semua akan indah pada akhirnya.(*)

Baca juga :