Oleh: Hartono Subirto (WNI di Saudi)
Saat banyak orang ingin ke Arab Saudi, baik untuk menetap di kota suci, bekerja, berbisnis dan lainnya, saya yang saat ini memiliki peluang itu, justru saya punya niat ingin menghabiskan masa tua dengan mengajar di Taman Kanak-kanak di negeri saya. Mengapa kok ingin mengajar di TK? Insya Allah akan ceritakan pada kesempatan lain.
Namun seketika niat itu mungkin harus tertunda atas adanya ajakan sahabat saya, orang Saudi yang saya kenal sudah sangat lama. Dia mengajak saya untuk membuat firma (perusahaan), yang satu berkedudukan di Arab Saudi dan satunya lagi berkedudukan di negara saya, Indonesia tentunya.
Sebenarnya saya tidak antusias dan malas atas ajakan dia, karena rasa pesimis saya pada apa yang telah terjadi di negara saya, namun dia tetap memaksa.
Suatu hari, sebelum menyetujui ajakannya, saya minta dia datang ke Indonesia untuk berkonsultasi dengan konsuler perdagangan kedutaan Saudi Arabia di Jakarta.
Apa yang didapat teman saya memang sangat mengejutkan. Konsuler perdagangan di Kedutaan Arab Saudi di Jakarta menyarankan agar teman saya membatalkan niatnya untuk membuat Perusahaan di Indonesia.
Alasannya? Hmm… kita semua tahulah he he he. Aramco, Sabic, STC dan beberapa Perusahaan besar Arab Saudi yang awalnya memiliki cabang atau kantor perwakilan di Indonesia, semua telah menutup operasionalnya di Indonesia. Kalaupun ada yang masih buka, itu adalah Perusahaan afiliasi untuk umroh dan haji, sayangnya kami tidak berniat untuk membuka jenis usaha itu karena alasan prinsip.
Namun teman saya ini, bukanlah type yang gampang terpengaruh. Tekadnya tetap walaupun sudah dilarang. Sayapun tidak bisa apa-apa, wong semua modal juga dari dia he he he…
Teman saya ini, seperti pada umumnya orang Saudi, sangat 'unik' dalam hubungan sosialnya.
Contohnya bagaimana?
1. Beliau pernah ditipu yang jumlahnya sangat besar, namun selalu terucap darinya, bahwa dirinya yang bodoh kenapa bisa ketipu. Tidak pernah manyalahkan siapapun apalagi teriak-teriak di media sosial.
2. Berapa banyak orang yang telah meminjam uang kepadanya, saat orang itu tidak mau mengembalikan, tidak ada pernah dia menceritakan kepada siapapun, tidak menjelekkan yang berhutang apalagi di medsos dan TIDAK pernah keluar perkataan darinya yang biasa kita dengar dari ucapan orang Indonesia “biar saja, akan saya tuntut di akhirat nanti”.
Bagi dia, kalau memang tidak bisa diselesaikan, maka semua hal itu dianggap sebagai pahala sodaqoh, selesai.
Sebenarnya, dua sikap itu adalah juga sikap kebanyakan orang Saudi pada umumnya.
Setelah tahun lalu kami mendirikan Axis Communication Saudi Arabia LLC, Alhamdulillah tahun ini telah berdiri PT. Axis Communication Indonesia.
Semua persyaratan pendirian perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) telah kami lalui dan saatnya kami menjalankan usahanya.
Saya yang sejak lama memiliki kartu identitas Arab Saudi, maka teman saya juga telah memiliki kartu identitas Indonesia.
Oh iya, kenapa kok pakai kata Axis? dulu operator seluler Axis di Indonesia pernah dimiliki oleh Saudi Telecom Company (STC). Saya dan Teman saya orang Saudi ini, pernah sama-sama bekerja di STC itu aja, he he he...
In sya Allah ada beberapa project yang sudah kami rencanakan, semoga membawa manfaat dan Allah memberkahi.
Salam.
(fb)