Masih percaya pada negara?
Para pejabat ini selalu bilang bahwa rakyat harus patuh pada negara. Bahwa kita harus mencintai negara yang kaya raya ini. Cinta pada tanah air.
Dan semua itu dipertunjukkan di hadapan publik. Ada hormat bendera. Ada teriakan 'siap, siap' di mana-mana yang akhirnya ditiru oleh para jelata. Namun kenyataannya, jarang ada yang siap.
Kasus korupsi seperti ini sudah jamak terjadi. Dan, itu dilakukan oleh orang-orang yang mengelola negara! Kalau Anda pengguna kendaraan bermotor, Anda pasti tahu beda Pertalite dan Pertamax. Harganya beda 25%! Kalau Anda seperti saya, yaitu pengguna bahan bakar non subsidi, bisa dibayangkan kesalnya harus membayar mahal namun barangnya ternyata palsu.
Bagaimana kita bisa mempercayai negara ini? Yang paling penting, bagaimana kita tahu bahwa bahan bakar yang kita beli adalah benar-benar yang asli? Apa jaminannya?
Kepercayaan (trust) adalah barang penting tidak saja dalam bisnis tapi juga dalam politik (negara). Di negara-negara yang makmur, orang boleh tidak suka politisinya. Namun, mereka mempercayai bahwa pelayanan publik itu sesuatu yang bisa dipercaya.
Mereka percaya pada institusi kepolisian -- karena tidak bayar, bayar, bayar. Mereka sudah sisihkan sebagian penghasilan mereka (kadang lebih dari seperempat!) untuk pajak, yang sebagiannya nantinya akan menghidupi para polisi ini. Juga mereka percaya pada tentaranya, pada birokratnya, pada politisi yang mewakili mereka, serta orang-orang yang mengurus pelayanan publik.
Bagaimana kita bisa percaya pada negara ini? Kejadian ini tidak saja pada BBM. Tapi juga pada pelayanan lain. Bagaimana dengan obat-obatan? Apakah itu benar obat dengan dosis yang seharusnya? Bagaimana kita tahu? Apakah lembaga-lembaga yang seharusnya bertugas mengawasi itu berfungsi dengan baik?
Ini negara yang sangat sinis. Bahkan, kita dipaksa untuk tidak percaya pada institusi kejaksaan yang menangani kasus ini. Benar para jaksa ini bekerja dengan sebaik-baiknya? Bisik-bisik selalu terdengar kalau Anda kena kasus, para hiu sudah berseliweran karena membaui darah segar.
Kalau Anda mengganggap negara ini sedang baik-baik saja, pikirkan dengan jernih. Segala sesuatu sekarang sudah di luar kendali. Ini adalah negara para begal.
Singkatnya: Inilah negara predator (predatory state) dimana orang-orang yang seharusnya mengelolanya justru memangsa apa saja yang bisa dimangsa.
(By Made Supriatma)