DANANTARA, SIAPA YANG MAU PERCAYA?

KEPERCAYAAN

Kami pernah membangun bisnis kecil-kecilan dulu. Modalnya hanya 15 juta rupiah. Dapat pinjaman dari bank pembangunan daerah (BPD).

Dengan jumlah modal sangat terbatas itu, kami merintis usaha warung runcit sejenis warung Madura atau lebih dikenal dengan warung P&D, jualan barang-barang kelentong kebutuhan pokok harian.

Modal yang 15 juta rupiah itu include semua biaya, mulai dari sewa toko satu lantai satu pintu ukuran 4½ x 9 meter, senilai 5 juta rupiah pertahun. Dengan sisa modal terpakai sekitar 9 jutaan rupiah lagi. Karena 1 jutanya sudah dipotong biaya administrasi dan biaya transportasi untuk pencairan uang pinjaman dari bank.

Sisa uang 9 juta rupiah modal pinjaman bank itu kami belikan berbagai macam barang kebutuhan harian secukupnya untuk terus kami jual serba sedikit. Siklusnya, habis beli, habis beli lagi, habis beli lagi dan lagi. Begitu terus.

Sampai masuk periode 1 tahun pertama berjualan, barang dagangan yang menjadi isi toko kami saat itu sudah mendekati nilai 600 juta rupiah. Masuk tahun kedua modal barang dagangan susah menumpuk ± senilai 1,5 Miliar rupiah. Tercatat pada faktur belanja barang, baik faktur cetak ataupun faktur tulis tangan manual. Semua kami bukukan.

Tentu saja kami kaget sendiri. Kok bisa sebanyak ini barang masuk ke toko?.

Jawabannya adalah atas dasar komitmen, responsibility dan ketekunan mengelola dan kepercayaan relasi.

Sehingga kami seringkali mudah mendapatkan suplai stok barang dari banyak distributor dengan termin waktu pembayaran kredit antara 1 minggu untuk barang laku, 2 minggu untuk barang yang rotasinya medium dan 1 bulan hingga 2 bulan untuk barang yang agak lambat penjualannya.

Kembali lagi ke jawaban atas kekagetan kami sendiri tadi. Kepercayaan relasi dan banyak rekan-rekan sesama pedagang kelas besar, juga distributor, memudahkan kami memperoleh sedikit privilege untuk mendapatkan stok barang jualan lebih banyak, lebih awal dan jangka waktu pembayaran yang fleksibel. Bahkan bisa kami mintai untuk menumpuk 2-3 faktur terlebih dahulu, bila kebetulan sampai jatuh tempo 1 faktur kredit, tetapi uangnya tertimbun pada barang dagangan yang lain, maka kami seringkali mendapatkan kompensasi waktu pembayaran, dengan tetap disuplai stok barang oleh toko-toko grosir besar, UD, dan distributor.

Sampailah pada tahun ke 3 dan ke 4 kami coba kembangkan untuk menjadikan warung kecil yang kami sewa tadi menjadi 3 unit sewa. Antara lain 2 pintu toko pada tempat yang sama, dan 1 ruko pada tempat dan kawasan permukiman warga yang baru.

Itu semua dapat kami upayakan dengan modal kepercaan. Walaupun akhirnya masuk pada tahun ke 5 kami tutup dan nyatakan bangkrut sebab satu dan lain hal yang tidak dapat kami ceritakan.

Poin of View yang ingin kami sampaikan adalah, begitu pentingnya kepercayaan dalam membangun sebuah bisnis, sekalipun dalam skala kecil. Apalagi dalam skala yang sangat besar. Dengan kapasitas yang besar, modal yang juga amat besarrrrr.

Sekarang coba anda perhatikan 4 judul capture berita di atas. Dan silahkan elaborasi lebih jauh, berdasarkan riil story yang kami ceritakan tadi. Ada Danantara yang diketuai oleh ponakan Luhut, ada aplikasi CoreTax yang abal-abal, ada iklan makan siang gratis yang cuma memanfaatkan prompt aplikasi AI gratisan. Tetapi biayanya miliaran dan triliunan.

Bagaimana mungkin mereka akan mendapatkan kepercayaan publik bila:

1. Program yang mereka buat abal-abal, pelepas tanya, pelepas hutang saja. Lalu mereka sounding dan blow-up ke media massa biar kelihatan kerjanya nyata. Padahal aslinya menipu.

2. Kerja yang mereka buat dengan anggaran negara yang sangat besar, tetapi pelaksanaan dan aplikasinya digunakan yang asal jadi saja. Dengan kaidah asal bapak senang (ABS).

Wajar jika yang katanya ada 80 investor asing dari berbagai negara sudah berencana memasukkan modal ke IKN (Ibu Kota Notomiharjo), membatalkan investasi mereka. Karena para investor itu bukan orang-orang yang bisa mereka bego-begoin, tolol-tololin, pe'a-pe'ain, dan usir-usir seenak cocotnya saja.

Dan para investor asing itu bukan orang-orang bodoh yang mau saja percaya dengan pembenaran para pengelola negara biawak bermental marsose yang di tebar-tebarkan lewat media arus utama.

Sebab mereka membaca dan menganalisis data, bukan membaca berita apalagi hanya judulnya saja!

Sementara itu saja dulu.

Salam Fufufafa

(Budi Akbar)

Baca juga :