Somalia perang dan miskin karena politik Islam?
Banyak orang goblok kurang bacaan biasanya membuat stigma tidak ilmiah, bahwa sebuah negara makin Islami dan pro syariat maka akan makin tertinggal, bahkan dilanda perang.
Stigma konyol ini juga diberikan dalam kasus Somalia, sampai-sampai ada yang menyalahkan Wahabi atas krisis puluhan tahun di Somalia.
Betul kah sedangkal itu kesimpulannya?
Tahun 2006 koalisi kelompok Islam Somalia yang disebut ICU (Islamic Court Union) menaklukkan hampir seluruh Somalia bagian selatan termasuk ibukota Mogadishu.
ICU berhasil mengembalikan otoritas pemerintahan ke ibukota, pertama kali terjadi sejak negara itu masih dikuasai diktator Siad Barre pada tahun 1991.
ICU memulihkan keamanan, ketenangan penduduk, membubarkan berbagai milisi liar yang banyak jumlahnya.
Era ICU dijuluki sebagai "the golden era" dalam politik Somalia.
ICU berasal dari Ulama-Ulama lokal yang mendirikan Mahkamah Syariah untuk menegakkan ketertiban di desa-desa mereka dengan hukum Islam akibat kekosongan selama perang saudara.
Namun karena ancaman para warlord dan milisinya makin menguat terhadap mahkamah Islam lokal ini, para tetua akhirnya sepakat bergabung membentuk ICU.
Dengan cepat ICU mengalahkan milisi-milisi liar di daerah pedesaan, sebelum akhirnya menaklukkan ibukota yang saat itu dikuasai pemerintahan lemah TFG yang didukung Amerika.
Amerika pada awal 2000-an telah meluncurkan "war on terror" dan sangat alergi kepada kelompok Islam, terutama penerapan syariat, mulai memantau Somalia dengan ketat.
Di tahun 2001, AS membuat ribuan keluarga Somalia kelaparan setelah membekukan satu-satunya bank yang masih beroperasi, karena menuduh 2 orang pegawai bank tersebut memiliki kaitan dengan Al-Qaeda.
Kebijakan AS membawa dampak menyakitnya, karena banyak warga Somalia yang merantau tak bisa mentransfer uang untuk keluarganya. Padahal ekonomi negara itu bergantung pada kiriman uang perantau di luar negeri.
Dampaknya adalah bermunculan bajak laut.
Amerika juga menganggap ICU sebagai ancaman. CIA bekerja keras di Somalia merangkul faksi-faksi anti ICU, termasuk milisi-milisi kriminal, untuk mencegah kemajuan ICU. Amerika tak berani turun langsung karena takut melahirkan sentimen anti AS seperti di film Black Hawk Down.
Tapi semua upaya CIA gagal membendung ICU.
Kemenangan ICU pada 2006 itu membawa reformasi yang sangat signifikan. Hampir seluruh masalah mendasar Somalia bisa diselesaikan. Mulai dari sengketa antar klan, bajak laut, perekrutan kepolisian hingga jalur aman pengiriman logistik harian.
Hak milik tanah, properti dan lahan pertanian dikembalikan kepada pemilik asli, setelah saling rampas sepanjang perang saudara.
ICU juga membebaskan kapal-kapal asing yang dirampas bajak laut, tanpa tebusan apapun.
Menurut pejabat PBB di Somalia yang melihat kondisi buruk negara itu selama bertahun-tahun, era ICU adalah masa emas.
Penduduk sangat mendukung ICU. Di masjid-masjid mereka mengumpulkan donasi untuk dipakai menjalankan pemerintahan. Bahkan di wilayah sempalan seperti Somaliland, masyarakat tertarik menerapkan sistem peradilan Islam yang sama dengan ICU.
Namun kegemilangan ICU dengan mahkamah syari'ahnya menimbulkan ketidaksukaan, diam-diam AS dan Ethiopia (tetangga Somalia) berkomplot untuk menghancurkan ICU. Dengan dalih khawatir ICU meluaskan pengaruh ke luar Somalia yang berpopulasi Muslim di sekitar perbatasan. Ethiopia langsung menumpuk ribuan pasukan di dekat Somalia.
Juni 2006, Ethiopia didukung oleh Amerika mulai melancarkan invasi ke perbatasan Somalia, invasi ini bertujuan menghancurkan ICU dan memulihkan pemerintahan lemah TFG dari pengasingannya.
Hanya 2 tahun ICU berhasil dikalahkan oleh Ethiopia dkk, mengembalikan Somalia ke setelan pabrik seperti saat perang saudara.
Kacau, kelaparan massal, banyak milisi, bajak laut merajalela.
Dari sisa-sisa ICU, sejumlah pemuda yang marah atas invasi asing, kemudian mendirikan organisasi baru yang jauh lebih keras. Yang kita kenal mereka hari ini sebagai Al-Syabab. Tak tanggung-tanggung, Al-Syabab langsung mendeklarasikan diri sebagai bagian dari Al-Qaeda.
Mereka juga menetapkan musuhnya yaitu Ethiopia, Kenya, Uganda, Burundi, Tanzania, pemerintah Somalia yang didukung asing, AS dan pihak manapun yang dianggap terlibat invasi. Menurut mereka, invasi asing ke Somalia adalah murni karena anti Islam yang saat itu sedang dijalankan oleh ICU.
Al-Syabab pun menolak NGO, anti demokrasi dan melarang penggunaan kantong plastik dalam bentuk apapun juga.
Dari kasus Somalia ini kita bisa menyimpulkan, bahwa bajingan yang paling bertanggung jawab atas kekacauan negara ini sejak 2006 adalah CIA. Bukan Wahabi, bukan radikal, yang bahkan tidak ada di sana saat itu.
Amerika tidak suka negara Muslim stabil, bersih dan damai, jika dikuasai kelompok Islamis seperi ICU. AS lebih suka kekacauan panjang dengan pemerintahan lemah, dipenuhi milisi, bajak laut, kelompok teroris, civil war, orang-orang mengungsi dst.
*Map: Jilib, ibukota de facto Al-Syabab
(Penulis: Pega Aji Sitama)