Cara Salafi Mengkritik Ulama Kami Sungguh Brutal
Oleh: Dr. Nurbani Yusuf
Ulama Muhammadiyah sekelas Ustadz Adi Hidayat saja ditahdzir kafer — laa .. orang macam saya nasebnya gimana?
Berbeda pendapat itu hal biasa, Mengkaferkan karena berbeda pendapat itu yang tidak biasa!!
Hujjah yang disampaikan ustadz Adi Hidayat tentang hukum musik adalah Hujjahnya para ulama Majelis Tarjih — jika ditahdzir kafer maka semua ulama Muhammadiyah adalah kafer.
Imam Syafii dan Imam Malik gurunya berbeda pendapat (berikhtilaf) sebanyak 5.679 ikhtilaf tapi keduanya tetap saling menghormati, tidak mentahdzir (dalam pengertian menjauhi sesama mukmin untuk menyelamatkan kelompoknya).
Dalam kitab Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani rujukan utama salafi disebutkan ketika Nabi saw sidak mengujungi dua sahabatnya Sayidina Abubakar ra dan Sayidina Umar ra, baginda nabi saw berkata: wahai Abubakar keraskan sedikit suaramu. Kepada Sayidina Umar nabi saw berkata: wahai Umar pelankan sedikit suaramu.
Nabi saw diutus untuk memperbaiki akhlaq — lembut dalam berdakwah, suka memaafkan dan berlapang hati ketika berikhtilaf, apalagi terhadap sesama mukmin. Dinasehatkan saling berkasih sayang dan mendoakan dalam kebaikan bukan tahdzir apalagi saling menjauhi dan menghindari— ini ajaran salaf yang mana?
Tradisi mengkaferkan sesama mukmin bukan hal baru- bahkan di masa nabi saw sudah ada. Nabi saw pun tidak luput dari tahdzir dari kelompok islam yang merasa taqwa dan paling adil,
"Wahai Rasulullah bertaqwalah .. !" di saat lain mereka berkata: "Wahai rasulullah berbuat adil-lah .. !"
Rasulullah saw berkata: Celakalah kamu.. aku adalah orang yang bertaqwa di antara kalian, tapi mereka melengos dan pergi. Para sahabat berkata: ijinkan aku penggal kepalanya — jangan .. sergah Rasulullah saw darinya nanti akan lahir generasi yang merasa paling benar sendiri.
Dari mereka ini akan lahir sekelompok generasi yang disebutkan nabi saw dengan beberapa indikasi: shalatmu tak ada apa apanya di banding dengan shalat mereka. Puasamu juga tak ada apa apanya dibanding puasa mereka, bacaan qur’anmu juga tidak berbanding tapi mereka keluar dari Islam seperti rambut ditarik dari tepung.
Setiap mukmin dilarang merasa sok suci – janganlah katakan dirimu suci Allah maha tau apa yang ada dalam dadamu.
Orang beriman juga dilarang saling mentahdzir bahkan terhadap orang yang jelas-jelas kafer sekalipun: janganlah kamu menghina sesembahan selain Allah nanti mereka akan membalas menghina Allah tanpa ilmu pengetahuan—
Nahy munkar dengan cara bathil sama dengan berwudhu dengan air kencing memercik air di dulang terpercik ke muka sendiri. Kalian selalu katakan jangan berpecah belah jangan bikin organisasi jangan ashobiyah tapi kalian sendiri mentahdzir dan yang memecah belah dengan berbagai stigma.
Ustadz Adi Hidayat dan ulama Muhammadiyah lainnya tidak sempurna seperti yang kalian angankan. Ulama- ulama salafi juga bukan tanpa cela. Kenapa tidak bisa menahan diri dan menghargai perbedaan pendapat? (*)
(Sumber: MajelisTabligh)