Bedah Rumah Misionaris vs Mualaf Center

Oleh: Widi Astuti (Mualaf Center Kab. Semarang)

Suatu ketika ada yang protes, "Mbak, kenapa sih harus bedah rumah segala? Biayanya kan besar. Andai uang donasi bedah rumah dialokasikan untuk berbagi sembako kan bisa bermanfaat bagi banyak orang. Sedangkan kalau bedah rumah manfaatnya hanya untuk 1 keluarga saja."

Pertanyaan tersebut tidak salah. Argumentasinya juga tidak salah. Tapi saya juga punya argumen lain.

Saya tinggal di daerah yang banyak sekali yayasan misionarisnya. Mereka sangat aktif membantu sesama lintas agama, termasuk kepada muslim. Mereka selalu tersenyum manis dan selalu ada ketika dibutuhkan. Mereka ibarat "malaikat" tak bersayap.

Tapi sayangnya "malaikat" itu membantu karena ada misi yang dibawanya. Yaitu mengajak orang yang sudah dibantunya untuk mengikuti agamanya.

Tak ada makan siang gratis di dunia ini benar adanya. Tak ada bantuan gratis, terlebih dari yayasan yang berbeda agama.

Entah sudah berapa jumlahnya yang terbius oleh pesona "malaikat" mereka. Entah sudah berapa kepala yang terpaksa menggadaikan aqidah setelah mendapat bantuan mereka.

Dan saya sudah menyaksikan langsung fenomena ini di lapangan. Rasanya berdosa sekali jika hanya berpangku tangan.

"Mata dibalas dengan mata,
gigi dibalas dengan gigi,
telinga dibalas dengan telinga,
hidung dibalas dengan hidung."

Melihat kegigihan mereka, maka kami pun harus bergerak seperti mereka.

Ketika mereka memurtadkan orang karena faktor bedah rumah. Maka kami tak mau kalah. Kami maju membantu orang yang sudah ditawari bedah rumah oleh yayasan misionaris.

Ketika mereka memurtadkan orang karena faktor bantuan saat sakit parah, maka kamipun maju. Berusaha membantu orang yang sedang sakit parah seperti Fikri. Dulu Fikri didatangi misionaris yang menawarkan bantuan pengobatan leukimia. Maka kamipun maju, berusaha memberikan apa yang akan diberikan oleh misionaris.

Ketika keluarga Priyono didatangi misionaris yang menawarkan bantuan bedah rumah, maka kami tak bisa hanya diam berpangku tangan. Kami berusaha sekuat tenaga membantu keluarga tersebut agar jangan sampai terjebak dalam pesona "malaikat" yang begitu membuai banyak warga pegunungan.

Kami hanya bergerak sesuai kondisi disini. 

Kondisi yang mungkin jarang dijumpai di daerah lain. 

Biidznillah, bedah rumah berjalan lancar. Pada hari ke-2 sudah mulai terlihat bentuk rumahnya.

Insya Allah akan menjadi rumah permanen dan layak huni.

Segala sesuatu terasa berat di awal. Kamipun merasakannya saat awal "open donasi" bedah rumah. Tapi begitu dijalani, semuanya terasa lebih ringan.

Semua ini adalah berkat pertolongan-Nya semata....

Dialah Alloh yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Sangat mudah bagi-Nya memudahkan segala urusan hamba-hambaNya...

(fb)
Baca juga :