MASYA ALLAH... Penjara Bagi Ulama Jadi Berkah... SYAIKHUNA FARID COMEBACK

SYAIKHUNA FARID COMEBACK

Oleh: Hidayat Magribi, M.A

"Masya Allah, karena Antum datang, saya baru mau ngomong masalah ini. Ahlan ahlan." 
Demikian sambutan Syaikhuna Farid Okbah saat saya sampai rumah beliau.

Sore ini, 27 Sept 2023 Alhamdulillah Allah mengijinkan saya beserta para Ustadz dan ikhwan lainnya dapat mengunjungi kediaman beliau. "Selama di penjara, saya menemukan metode tafsir yang belum pernah dibuat oleh para Ulama seluruh dunia. Dan nanti Antum yang bertugas mengerjakannya." Lanjut beliau penuh semangat.

Baru juga datang, beliau langsung sambut dengan kemeriahan berbalut ilmu itu. Demikianlah sifat keilmuan begitu melekat dengan kepribadian beliau. Bagi penuntut ilmu tentu ini sangat menarik, kira-kira inovasi apa yang akan beliau tawarkan, yang jika launching tentu saja akan menjadi khazanah baru dalam ilmu Manahijul Mufassirin (metodologi tafsir).

"Selama di penjara berapa buku yang selesai ditulis Syaikhana?" Tanya saya.
"Alhamdulillah 13 buku." Jawab beliau. Sebagai anggota resmi Al-Ittihad Al-'Aalamy Li Ulama-i Al Muslimin (Persatuan Internasional Ulama Muslimin), yang telah menjelajahi 33 negara di dunia, menghabiskan waktu 13 tahun membaca buku setiap harinya 8 jam di perpustakaan LIPIA, tentunya sudah banyak ilmu yang terserap di hati, sehingga 13 buku adalah suatu yang enteng bagi beliau.

Saat masuk pertama Lapas Gunung Sindur, beliau meminta kertas HVS kosong. Lalu pengacara membawakan 2 rim atau sejumlah 1000 kertas. Setelah dua pekan, Syaikhuna ternyata meminta lagi tambahan, karena kertas-kertas itu sudah selesai ditulisi penuh dengan ilmu. Tentu saja bukan pakai laptop beliau tulis, tulisan tangan di lembaran kosong.

Saat masih ditahan di Cikeas, Lapas sudah seperti pesantren siang malam. Jika ada masalah akidah maka akan ditanyakan kepada beliau, dan jika ada masalah fikih maka ditanyakan kepada Dr. Ahmad Zain An Najah حفظه الله. Biasanya para Asatidz bergilir menyampaikan nasehat selepas zhuhur, namun setelah Syaikhuna masuk, semua sepakat mereka mau belajar dari beliau. Saat beliau harus dipindahkan ke Gunung Sindur, "penghuni" Cikeas semua menangis karena tidak bisa lagi belajar dengan Syaikhuna.

Saat masih di Lapas, beliau menyampaikan, "Setelah bebas nanti, saya akan lebih semangat lagi untuk berdakwah!" Hal ini membuat saya teringat kata-kata Dr. Salman Al Audah, "Salman Fikroh, wal Fikroh Laa tusjan" (Salman itu pemikiran dan pemikiran itu tidak bisa dipenjara). Demikian pula dengan Syaikhuna Farid.

Sebulan yang lalu, saya bersama yang lain, juga menjenguk beliau di Gunung Sindur. Beliau mengatakan, "Saya di sini bahagia. Ujian paling berat di sini adalah nyamuk. Sudah pakai autan, pakai ini itu nyamuknya tetap bisa tembus. Itu nyamuk belajar di mana ya!" Canda beliau. 😃

Ada sesuatu yang menarik selama beliau ditahan; beliau ikut menjadi peserta lomba pidato kebangsaan yang beliau beri judul, "Indonesia Harus Memimpin Dunia", beliau mendapatkan juara harapan 1, dengan hadiah piala dan uang sejumlah 1 juta rupiah. Uang itu langsung beliau bagi-bagikan ke para penjaga Lapas. 

Selama ditahan, beliau juga terus hidup bersama buku, beliau selesaikan Mushaf Tadabbur wa 'Amal, kitab-kitab kajian Tafsir, dan juga banyak buku-buku karya Dr. Muhammad 'Imarah رحمه الله.

Sejak tahun 2015, saya sudah menjadi Khuwaidim (pembantu kecil) Syaikhuna Farid yang bertugas untuk menerjemahkan, meringkas, atau mentanskrip. Dimulai dari kitab Sawaanihul Ayyam karya Al Burqu'i 400 halaman, Tis' wa Tis'un Fikrah li Hayatin Zaujiyah Sa'idah karya Dr. Musyabbab Al 'Ashimi 109 halaman, masih ada juga karya Dr. Yahya Ibrahim Al Yahya, meringkas karya Dr. Maza, menerjemahkan ini itu banyak lainnya. Intinya yang berkaitan dengan laptop dan menulis. Hingga di waktu-waktu sebelum beliau ditangkap, setiap bulan beliau selalu menyuruh saya untuk beli buku ini itu, biasanya 3-4 buku setiap bulan, lalu saya antar ke rumah beliau.
Sebelum pamit pulang tadi, saya tanyakan kepada beliau, "Beli buku bulanan lanjut Syaikhana?" 
"Iya lanjut!" Jawab beliau penuh semangat.

Dan selama itu, saya tidak pernah mendapati beliau mengajak kepada terorisme sama sekali. Selalu bicara ilmu, penelitian, wacana dakwah, dan lainnya.
Terakhir beliau menyampaikan kepada saya, "Kita perlu ketemu khusus, membicarakan proyek tafsir. Mungkin pekan depan. Saya mau ke Jawa Timur dulu." 

Sepertinya ada tugas lumayan berat setelah ini. Harus siap-siap! Bukan hanya menerjemahkan atau meringkas seperti dulu, tapi benar-benar penelitian. Semoga Allah mudahkan. 🤲

Selamat datang kembali Syaikhuna, umat sudah merindukan berjumpa dan mendengarkan nasehat-nasehat dari Syaikhuna. 

Apalagi dapat mencium tangan Syaikhuna, dipeluk dan dirangkul beliau adalah sesuatu yang begitu istimewa dan membahagiakan.

Terakhir, semoga Allah senantiasa menjaga Syaikhuna, memberkahi langkah juang beliau, dan memberikan kita dan beliau keistiqomahan hingga akhir hayat. Aamiin 🤲

Catatan: 
Hidayat Magribi, M.A 
- Abu Afaf - 

Hanya catatan kecil, semoga menjadi kenangan yang indah. Sebenarnya masih banyak yang perlu diceritakan, tapi tidak mungkin cukup di tulisan kecil ini.


Baca juga :