Sejarah Marga Baswedan

Sejarah Marga Baswedan

Oleh: @neohistoria_id

Baswedan adalah nama salah satu marga keturunan Arab asal Hadramaut, Yaman Selatan. Nama Baswedan sendiri sebagai nama keluarga diperkenalkan untuk pertama kalinya di Hindia Belanda oleh dua bersaudara yakni Umar bin Abubakar bin Mohammad bin Abdullah Baswedan dengan kakaknya bernama Ali bin Abubakar bin Mohammad bin Abdullah Baswedan. Mereka berdua adalah pendakwah Islam yang datang dari Syibam, sebuah kota di Hadramaut yang dijuluki sebagai Manhattan di Gurun Pasir karena lanskapnya didominasi oleh gedung-gedung tinggi yang dibuat dari lumpur.

Yaman kala itu dan khususnya Hadramaut kala itu dihuni oleh banyak suku dan klan. Secara garis besar, strata sosial di Hadramaut dibagi menjadi tiga. Kasta teratas ditempati oleh para Sayyid (keturunan Rasulullah) dari Klan Baalawi. Di Indonesia, kita mengenal mereka dari nama-nama marga mereka yang terkenal seperti Alatas, Assegaf, Alaydrus, Al-Haddar, Al-Musawa, Bin Yahya dan Shihab. Para Sayyid kerap diistimewakan karena keutamaan nasabnya. Para Syarifah umumnya akan dinikahkan dengan sesama anggota Klan Baalawi berdasarkan prinsip Kafaah dan orang-orang non-Sayyid bahkan pribumi kerap mencium tangan (Taqbil) para pemuka agama dari Klan Baalawi yang disebut Habib.

Strata dibawah Sayyid adalah Non-Sayyid yang merupakan penduduk asli Yaman dan terdiri atas kelompok Syekh (ulama) yang nama marganya kita kenali seperti bin Mahfuzh, bin Laden, Buqshan, bin Zagar, al-Amudi, dan al-Mihdar lalu Qabili yang merupakan kelompok penyandang senjata seperti al-Katiri, al-Queti, Bafadhal, Basyaib, Martak, An-Nahdi dan Sungkar serta kelompok Masakin (rakyat kebanyakan) seperti Baswedan, Argubi, Fakih, Maki, dll. 

Pengelompokkan yang sudah ada demikian di Yaman, ditambah pula dengan kategorisasi di Hindia Belanda yakni Totok (Wulaiti) yakni mereka yang lahir di Yaman dan berdarah murni serta Peranakan (Muwallad) yang lahir di Hindia Belanda dan sudah kawin dengan warga lokal. Karena marga Baswedan bukan dari Klan Baalawi dan termasuk Muwallad, maka mereka perlu bekerja lebih keras dan hal itu dibuktikan dengan kesuksesan Awad Baswedan sebagai pengusaha kaya.

Akan tetapi jalan hidup mereka masih tak mudah, putera Awad yakni Ahmad Baswedan pernah berkelahi dengan anak dari Fam Alkatiri dan dipalak oleh gerombolan anak-anak dari Klan Baalawi. Situasi demikian dan ajaran Syekh Ahmad Surkati yang menjunjung egalitarianisme turut membentuk adik Ahmad yakni Abdurrahman Baswedan menjadi pejuang dengan mendirikan Partai Arab Indonesia, menginisiasi Sumpah Pemuda keturunan Arab dan menjadi Diplomat yang membawa surat pengakuan kemerdekaan dari Mesir untuk Indonesia. 

Semangat perubahan itu masih menurun di generasi berikutnya. Dua sepupu keluarga Baswedan yakni Anies Rasyid Baswedan dan Novel Baswedan sama-sama berkiprah di kancah nasional. Anies menjadi Rektor Universitas Paramadina, Menteri Pendidikan, dan Gubernur Jakarta sedangkan Novel menjadi penyidik KPK yang disiram air keras karena sikap gigihnya.

*Sumber: 👇👇
Baca juga :