Hasta La Victoria Siempre, General! (Majulah terus sampai menang, Jenderal!)

[PORTAL-ISLAM.ID] Naniek S Deyang: Tulisan ini dibuat sahabat saya, wartawan senior yang juga Mantan Pimred Majalah Forum Keadilan, Mas Tony Hashim. Kemudian saya minta ponakan membuat ilustrasinya.

Mas Tony yang di era Orba termasuk wartawan papan atas dan lihai dalam melakukan investigasi, kali ini menulis dengan sangat cool.

***********

Hasta La Victoria Siempre, General!
(Majulah terus sampai menang, Jenderal!)

Ada saatnya seseorang ksatria mengambil posisl mengalah demi keselamatan negerinya... 

Ada saatnya Dia membiarkan dirinya dijadikan kambing hitam, difitnah, diadili, dilucuti, disingkirkan dari Ksatriaannya... 

Ada saatnya Sang Ksatria datang kemball untuk mernbela rakyatnya yang tertindas. 

Segala harta benda dia korbankan demi mewujudkan kehidupan yang lebih layak bagi rakyatnya. 

Lalu rakyat datang berduyun-duyun, berhimpun dan berbaris menjemput kemenangan bersama Sang Ksatria. 

Tapi perjuangan politik di negeri ini tidak mudah. Karena ada kekuatan gelap yang bisa menentukan siapa yang harus dimenangkan dan dikalahkan. 

Rakyat hanya bisa menangis. Tapi sebagian dari mereka tetap berbaris tegap menghadap Sang Ksatria. 

Karena penghormatan hanya layak diberikan kepada siapa yang berkeringat dan berdarah-darah memperjuangkan nasib rakyat. 

"Yaa Allah, harus dengan cara apalagi kami berjuang untuk memperbaiki keadaan negeri ini?" 

Dimanakah para Ksatria lain berada? 

Apakah pemberani, pembela kebenaran dan keadilan sudah pupus di negeri ini? 

Sementara itu wajah Sang Ksatria mereka sudah nampak menua. Tubuhnya dipenuhi bekas luka tebasan pedang-pedang fitnah. 

Tapi rakyat tak peduli. "Kami ingin melanjutkan perjuangan sampal titik darah penghabisan, Jenderal!" 

Sang Ksatria mengalami dilema. Perang bathin berkecamuk di hatinya. "Apakah aku harus mengalah demi perdamaian atau melanjutkan perjuangan bersama rakyat sampai titik darah penghabisan?" 

Konsekwensinya sama-sama berat. Jika mengalah mungkin rakyat berpaling darinya. Jika tidak, perang saudara menjadi suatu keniscayaan. 

Sang Ksatria sadar, puputan pasti menimbulkan banjir darah rakyat. 

Sang Ksatria lalu mengambil posisi tidak populer. la dicaci maki. Dituduh mengkhianati perjuangan. 

Tapi dia tetap bersikukuh, karena hati nuraninya mengatakan harus mengambil posisi tersebut demi mencegah terulangnya tragedi politik berdarah negeri ini. 

Dia sadar akan tiba saatnya Tuhan Yang Maha Kuasa memutuskan siapa pemenang sejati dari pertarungan panjang dan melelahkan ini. 

Yang berniat dan berperilaku baik pasti akan dimenangkan. 

Yang mengambil posisi salah di mata orang, tetap akan dibela Yang Maha Melihat dan Mengetahui. 

Tiba saatnya Sang Ksatria melanjutkan perjuangan dalam posisi yang berbeda. Tapi niatnya sama dari awal. Memerdekakan rakyatnya dari penindasan. 

Majulah terus sampai menang, Jenderal! 

Bismillah

(*)
Baca juga :