PERDAGANGAN ADA YANG SETARA JIHAD
Oleh: Ahmad Syahrin Thoriq
Allah ta'ala berfirman,
عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Dia (Allah) mengetahui bahwa ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah, dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah dari Al Qur’an.” (QS. Al Muzammil : 20)
Ketika menafsirkan ayat tersebut sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu'anhu berkata:
أيما رجل جلب شيئا إلى مدينة من مدائن المسلمين صابرا محتسبا فباعه بسعر يومه كان عند الله بمنزلة الشهداء
“Seseorang yang membawa dagangan dari suatu negeri muslim ke negeri yang lain dengan sabar dan mengharap ridha Allah dengan perniagaannya itu, kedudukannya seperti para mujahid yang sedang berjihad di jalan Allah.”
Abdullah bin Umar juga berkata ketika membahas ayat di atas:
ما خلق الله موتة أموتها بعد الموت في سبيل الله أحب إلي من الموت بين شعبتي رحلي
“Tidaklah Allah menciptakan kematian yang kematian itu lebih aku cintai setelah mati syahid, kecuali aku mati di antara kendaraanku ketika membawa barang dagangan.”
Terlebih lagi di akhir zaman seperti ini, berdagang dengan baik adalah diantara cara untuk mempertahankan agama dari kehinaan meminta-minta dan dari mencari rezeki dengan cara yang tidak halal.
Bahkan sekarang ini -naudzubillah- ada yang rela kehilangan agama demi mengenyangkan perut dan sekedar memuaskan syahwatnya.
Sehingga Imam Sufyan ats Tsauri pernah memberikan pesan:
من كان في يده من هذه شيء فليصلحه فإنه زمان من احتاج كان أول ما يبذل دينه
“Siapa saja yang mempunyai harta hendaknya dia jadikan harta itu modal untuk berbisnis. Sungguh ini adalah masanya, di mana banyak orang ketika ia jatuh miskin, maka yang pertama kali akan dia jual adalah agamanya”.
______
📜Tafsir al Qurthubi jilid 15 halaman 59