Belajarlah Pada Fir'aun

Belajarlah Pada Fir'aun 

Oleh: Abrar Rifai

Mbah Nun hanyalah satu di antara orang yang dengan tegas menyebut pemimpin berperangai cenderung zhalim sebagai Fir'aun. 

Sebenarnya ada banyak orang sebelum Mbah Nun yang juga mengucapkan hal yang sama.

Tapi kenapa hanya Mbah Nun yang diserang, itu karena nalar para penyanjung rezim sudah lepas dari otaknya, sehingga mengingkari apa yang sebenarnya sedang terjadi. 

Namanya analogi itu sudah pasti tidak sama persis. Semisal mulut comberan, apakah berarti mulut yang bersangkutan berlumuran air got? Kan, tidak! 

Atau saat kita menyanjung kekasih: wajahmu adalah purnama. Apakah lantas bulan menempel pada wajah perempuan tersebut? Kan, tidak! 

Tapi lupakan polemik ungkapan Fir'aun oleh Mbah Nun. Beliau tetap adalah satu di antara guru Bangsa yang saya yakini masih menjaga kebeningan kalbunya. 

Sekarang mari kita coba telisik pelajaran yang bisa kita dapatkan dari perangai Fir'aun. Ternyata Fir'aun banyak memberi pelajaran, asal kita mau baca. 

Fir'aun mengajari kita bahwa ketetapan (takdir) Allah pasti akan terjadi. Tidak ada kekuatan apapun yang sanggup mencegahnya. 

Sebelum Musa lahir, Fir'aun telah membunuh ribuan bayi laki-laki, hanya karena tidak ingin salah satu dari bayi tersebut mengganggu kekuasaannya. Tapi setelah Musa lahir, justru dirawat dan dibesarkannya di dalam rumahnya. 

Fir'aun memberikan kita pelajaran bahwa hati itu sepenuhnya berada dalam genggaman Allah Ta'ala. Tak seorangpun sanggup mengatur hati manusia. 

Dengan segala upaya Fir'aun membuat hati emak-emak di jamannya untuk merawat anaknya, sehingga dengan berat hati ibu Musa melarung bayinya di sungai Nil. Tapi justru Allah menggerakkan Asiyah, istri Fir'aun untuk merawat bayi tersebut. 

Fir'aun membangun istananya yang megah, kemudian berseru, “Ana rabbukumul a'la = akulah tuhan kalian yang maha tinggi!”

Tapi di ruangan yang bersebelahan dengan Fir'aun saat memproklamirkan diri sebagai tuhan, istrinya sedang berseru, “Subhana Rabbiyal A'la = maha suci Tuhanku (Allah) Dzat yang maha tinggi!”

Fir'aun juga mengajari kita, bahwa dalam rumah tangga itu penuh misteri. Suami-isteri memang sudah semestinya tinggal di bawah atap yang sama. Tapi tak jarang di antara mereka saling asing satu sama lain. 

Itulah yang terjadi pada Fir'aun dan Asiyah. Sebab hakekat kebersamaan itu bukan pada kebersamaan di bawah satu atap, tapi kebersatuan hati itulah yang sejati! 

Pelajaran juga dari Fir'aun, bahwa tentaranya dan seluruh tukang sihirnya, ternyata tak sanggup menanggalkan iman manusia. 

Bahkan seorang Masyitoh, sang pelayan di Istana Fir'aun, tetap menggenggam keimanannya kepada Allah, walau ia hidup dibawah segenap intimidasi Fir'aun!

Fir'aun juga mengajari kita, bahwa kalau Allah sudah berkehendak menolong hamba-Nya, cukup dengan hanya sebuah tongkat. Tongkat yang sebelumnya hanya dipakai menopang jalan orang-orang renta yang tertatih berjalan. 

Tongkat yang sebelumnya mungkin biasa dipakai penggembala untuk menggiring kambing-kambing gembalaannya. 

Pelajaran berikutnya dari Fir'aun, bahwa Allah menetapkan semua takdir, tapi seluruh sebab akibatnya itu terjadi dengan pergerakan manusia. Maka manusia harus bergerak, harus beraksi!

Ibunya Musa ketika mengetahui bahwa bayinya akan dibunuh, ia segera mendatangi sungai Nil, melarung bayi mungil itu di sana. 

Kemudian Allah Ta'ala menentukan takdir-Nya, air sungai yang biasa mengair deras, kini mengalir tenang. Sehingga tidak sampai menenggelamkan Musa. 

Air sungai nil terus mengalir perlahan, membawa Musa justru kepada Fir'aun, yang sebenarnya ingin membunuhnya. 

Sebagaimana Fir'aun juga mengajarkan, bahwa lazimnya kita menyeberang laut harus dengan perahu. Tapi Nabiyullah Musa --alaihissalam-- melintasinya seperti berjalan di atas tanah, setelah sebelumnya air laut itu surut selepas dipukul tongkat Musa. 

Pelajaran besar dari seorang Fir'aun, bahwa siapa saja dengan uang dan kekuasaannya bisa membentuk tentara yang kuat atau bodyguard-bodyguad bertubuh besi. 

Tapi Allah berkuasa untuk memberi karomah pada manusia, dengan tentara-tentara yang tak terlihat mata. 

Sehingga tentara-tentara ghaib inilah yang banyak menolong kaum muslimin tempo dulu, walau seringkali jumlah pasukannya jauh lebih sedikit dari pasukan musuh.

Begitulah Allah menghinakan Fir'aun, ia mati tenggelam di air. Padahal sejatinya air adalah sumber kehidupan. 

Maka bagi sesiapa yang masih berlagak Fir'aun, petentang petenteng dengan uang dan kekuasaannya, banyak-banyaklah belajar pada Fir'aun, sebelum kehinaan menenggelamkanmu! 

(*)
Baca juga :