Dhirar ibn al-Azwar, 'Prajurit bertelanjang dada' yang ditakuti Romawi

Dhiraar bin al-Azwar

Dhiraar ibn al-Azwar juga dieja sebagai Dirar atau Dhirar, nama aslinya adalah Dhiraar ibn Malik. Dhiraar adalah seorang pejuang yang terampil sejak sebelum masa Islam yang berpartisipasi dalam penaklukan awal Kaum Muslimini dibawah komando Panglima Khalid Bin Walid dan pendamping nabi Muhammad. Dhiraar dikenal oleh sukunya sebagai al-Azwar. Dhiraar adalah saudara dari pejuang wanita terkenal Khawla binti al-Azwar.

Dhiraar ditakuti oleh tentara Bizantium (Romawi Timur) dan diberi julukan 'Prajurit bertelanjang dada' atau 'Sang Juara bertelanjang dada' karena kecenderungannya bertarung tanpa baju besi atau pakaian atas. Dhirar paling dikenal karena membunuh tiga lusin komandan musuh dan juara dalam Pertempuran Ajnadayn, menghalangi mundurnya musuh dalam Pertempuran Yarmuk, dan membunuh lebih dari seratus tentara Eksarkat sendirian dalam pengepungan Bahnasa.

Dhiraar adalah anggota unit kavaleri elit Rashidun dan juga spesialis duel Tentara Rashidun yang sebagian besar beroperasi di bawah jenderal terkenal Khalid ibn al-Walid, yang memercayainya dalam berbagai tugas selama perang Ridda, penaklukan Muslim di Levant, Persia, Utara Afrika dan penaklukan Muslim atas Mesir. 

Dhiraar milik suku Arab Banu Asad. Anak dari salah satu kepala sukunya, yang dikenal sebagai al-Azwar Malik, keturunan generasi keenam Asad bin Khuzaymah, nenek moyang suku Asad yang turun dari generasi ketujuh dari Adnan. 

Dhiraar menjadi Muslim setelah Pertempuran Parit (Perang Khandaq), karena ia dikirim bersama Tulayha ibn Khuwailid oleh klan Asad dan kemudian mendesak mereka untuk memeluk Islam setelah kunjungannya ke nabi Muhammad. Keluarga Dhiraar termasuk yang pertama masuk Islam. Muhammad menasihati bahwa diperbolehkan bagi Muslim untuk memiliki properti yang diperolehnya sebelum dia masuk Islam. Tercatat Dhiraar dikenal sebagai orang yang sangat kaya karena dikatakan memiliki seribu unta.

Sejarawan sepakat Dhiraar meninggal karena Wabah Amwas selama tahap selanjutnya dari kampanye Levant. Cendekiawan Muslim dan penulis sejarah menghormati Dhiraar karena statusnya sebagai Sahabat Muhammad dan selama era modern keturunannya yang dikenal sebagai suku Dharri tersebar sebagian besar di Irak.

#Kenali Sejarahmu
Baca juga :