Kisah sedih... Dari alumni pesantren yang dekat dengan Islam, dia menjadi orang yang merendahkan agama

Oleh: Sayid Fadhil Asqar

Saya punya kawan. Sejak sekitar 5 tahun lalu, pola pikirnya mulai berubah. Sebabnya sederhana, pergaulan. Sayangnya bukan berubah jadi lebih baik. Dari alumni pesantren yang dekat dengan Islam, dia menjadi orang yang merendahkan agama. 

Menurutnya pemikiran agama sudah ketinggalan jaman, karena (menurut dia) diciptakan di masa lalu, sudah tidak bisa digunakan lagi kecuali dilakukan perubahan dan penyesuaian. Sampai menjadikan pemikiran ala barat sebagai standar apakah agama itu layak atau tidak. 

Dia mengolok-olok hukum agama. Mengutip agama sepotong-sepotong seperti maunya saja. Kalau tidak sesuai dengan pemikirannya, berarti agama salah. Keahliannya beretorika digunakan untuk mendebat dan menyerang siapa saja yang beda pandangan. Semakin parah sikapnya, karena pendukungnya menyemangati. Entah di sosmed atau di dunia nyata, sama saja. Semua yang beda dilibasnya. 

Lama tidak melihat postingannya. Mungkin satu atau dua tahun. Sampai tadi pagi tak sengaja bertemu. 

Seperti biasa setelah antar anak-anak, saya berbelok ke sebuah masjid tak jauh dari sekolah. 

Selesai Dhuha, saya melihat ada seorang bapak tua, kurus dengan rambut tipis putih, dipapah memasuki masjid. Menceracau sambil jalan tertatih. Dituntun oleh seorang perempuan, bapak itu duduk bersimpuh lalu dengan susah payah shalat. Badannya tak bisa stabil. Tidak jauh dari mereka sepasang suami istri sepuh, duduk. Sepertinya satu rombongan. 

Saya sudah hendak keluar masjid ketika mendadak bapak sepuh yang duduk tadi berdiri, memanggil nama saya, dan setelah yakin beliau memeluk saya, menangis. 

Tidak terbayang laki-laki tua yang shalat tadi itu kawan saya yang saya sebut di awal tadi. Tidak terbayang, bagaimana dia bisa terlihat begitu. Umur kami sebaya. 

Ayahnya bercerita, sebelum sakit parah. Dia sempat depresi berat. Setiap hari, selalu ribut dengan siapa saja. Dia menghabiskan waktu untuk berdebat di sosmed, ribut di grup chat, marah-marah saat ngopi dengan kenalan-kenalannya. Intinya dia terus mencari keributan. Semakin lama semakin parah. Sampai akhirnya dia mulai tidak bisa tidur, berteriak-teriak tanpa sebab. Lalu satu hari semuanya berhenti. Total. Dia tidak bicara dengan siapapun. Hanya duduk, diam. Menangis. Dan selalu memeluk sajadah. Nyaris tidak makan. Badannya mulai kurus, dan saat semakin kurus, kulitnya jadi sangat gelap. Bahkan tubuhnya mulai bergetar sehingga sulit untuk berjalan. 

Mereka baru pulang berobat. Mampir ke masjid itu karena kawan tadi kalau sudah meminta untuk shalat, harus dituruti segera atau akan mengamuk. Meskipun sepertinya dia tidak lagi mampu untuk shalat. Saya lihat dia tiba-tiba bersujud lalu memukul-mukul karpet, duduk lagi tiba-tiba, sujud lagi tiba-tiba. Lalu begitu lagi. Sujud, memukul-mukul karpet. 

Saya pulang tadi dengan pikiran kacau. Tidak tahu harus memikirkan apa. Terlebih baru saja, kemarin, kabar meninggalnya seorang kawan mengejutkan saya. 

Yang terpikir hanya satu, semoga diri ini tidak tutup usia dalam keadaan dicabut kebaikan-kebaikan, dicabut nikmat iman. Dicabut akal pikiran.

#reminder

Baca juga :