Oleh: Ahmad Khozinudin
"Tadi saya juga menyampaikan dan FIFA mengapresiasi, untuk Stadion Kanjuruhan di Malang, juga akan kita runtuhkan dan kita bangun lagi sesuai dengan standar FIFA," [Joko Widodo, Selasa 18/10/2022]
Presiden Joko Widodo mengatakan Stadion Kanjuruhan di Malang, akan dirobohkan. Kemudian, akan dibangun kembali agar sesuai dengan standar Federasi Sepakbola Internasional (FIFA).
Joko Widodo mengatakan, rencana tersebut juga disampaikannya kepada Presiden FIFA Gianni Infantino. Menurutnya, Gianni Infantino mengapresiasi ide tersebut.
Astaghfirullah, rupanya syahwat untuk proyek lebih mendominasi pikiran Presiden ketimbang memikirkan nyawa dan keselamatan rakyat. Alih-alih mempercepat penyelidikan dan menyeret siapapun yang terlibat dan bertanggungjawab pada tragedi 'pembantaian' Kanjuruhan, Presiden malah sibuk bicara proyek pembangunan ulang stadion.
FIFA tak peduli pada nyawa, mereka hanya peduli pada bola, juga pundi-pundi yang dihasilkannya. Karena itu, FIFA jelas akan gembira mendengar rencana pembangunan stadion Kanjuruhan, apalagi dengan standar FIFA.
Sejak mula tragedi, Joko Widodo nampak tak terlalu peduli dengan jumlah nyawa yang melayang. Belum lagi jumlah korban luka yang hingga saat ini masih ada yang belum pulih.
Joko Widodo, tak peduli dengan penggunaan gas air mata yang dilarang FIFA. Joko hanya fokus menyalahkan tangga yang curam dan pintu yang terkunci, yang menyebabkan penumpukan penonton hingga terjadi tragedi yang memilukan.
Tak pernah disinggung, apa penyebab penonton berlarian berhamburan menuju pintu keluar, dan berebut melewati tangga yang curam. Ya, Joko Widodo tak pernah berfikir, penonton berlarian karena ketakutan, karena tembakan gas air mata brutal dari aparat.
Apalagi, terbukti tembakan gas air mata diakui aparat, bahkan dengan bahan yang kadaluarsa. Bukankah ini sama saja sengaja membunuh rakyat?
Joko hanya peduli pada proyek, tak peduli dengan nyawa rakyat. Sama dengan IKN, Joko hanya peduli pada proyek IKN, tak peduli dengan kondisi ekonomi yang sedang sulit.
Saat hendak menaikan BBM, Joko sibuk bicara beratnya APBN. Tapi begitu bicara IKN, seolah kondisi negara kaya raya. Bak Salesman, Joko begitu bersemangat menawarkan proyek IKN.
Saat mengumpulkan anggota POLRI, Joko sibuk bicara hidup sederhana. Jangan pamer mobil dan motor. Tapi anaknya bermewahan dengan mobil milyaran, istrinya bermegahan dengan koleksi tas puluhan juta.
(*)