Kisah Nyata di Sudut Ibu Kota

Kejadian sekitar 20 tahun yg lalu... Di sebuah sudut kota.

Ketika suatu senja yg mendung di pinggiran kota ini, terjadi sebuah kegaduhan di sebuah perkampungan kumuh di antara deretan gedung pencakar langit.

Ketika di sebuah rumah petak berdinding triplex dan seng bekas, ditemukan setumpuk uang puluhan juta di dalam sebuah kantong plastik hitam di sudut ruangan itu. 

Semua orang yang mengetahui merasa heran dan bertanya tanya dari mana asalnya uang itu, apakah mungkin sang penghuni rumah yang selama ini nampak alim dan selalu ramah terhadap setiap orang adalah seorang penjahat..?

Suasana tambah lama semakin memanas, karena hampir seluruh warga kampung berkumpul di depan rumah reot itu, juga ada aparat kelurahan yang sibuk menghubungi kepolisian untuk menyelidiki asal usul uang itu..

Selang beberapa saat, sekitar pukul 20:00 malam sang pemilik rumah, seorang lelaki muda dengan jenggot tipis dan baju gamis yang sudah penuh tambalan tiba.. 

Ekspresi dan raut wajahnya biasa saja ketika melihat kegaduhan yg terjadi di depan rumahnya. 

Dengan tenang ia melangkah masuk dan tersenyum sambil mengucap salam kepada semua orang yg ada.

Lalu ia pun berkata: 

"Bapak-bapak dan ibu-ibu, saya mohon maaf apabila saya telah membuat kampung ini heboh, bukan maksud saya untuk merahasiakan uang yang bapak dan ibu sekalian lihat ini, akan tetapi, saya memang sengaja memilih moment yg tepat utk mengatakannya, dan saat ini rasanya cukup tepat, karena semua warga berkumpul."

Ia berhenti sejenak, 

"Bapak dan ibu yg dirahmati Alloh, sebenarnya uang senilai 50 juta yg bapak dan ibu lihat itu adalah uang tabungan saya, ketika saya bekerja di Saudi, uang itu sebenarnya ingin saya belikan sembako dan saya bagikan diam-diam kepada warga disini, akan tetapi karena sudah terjadi kehebohan, maka saya mohon maaf, dan uang ini saya serahkan kepada Bapak pengurus masjid untuk digunakan seperlunya. Dan ini buku tabungan saya, sebagai bukti bahwa uang itu adalah milik saya..."

Akhirnya semua warga yg semula curiga mendadak tertunduk malu dan merasa bersalah karena telah berprasangka tidak baik kepadanya.

Ibroh:

Jangan suka berburuk sangka sebelum tau kebenarannya.

Seperti pepatah Jawa yg berbunyi.. 

"Don't judge the book with A cover.. "

Alfaqir... 
(Suroyo Abu Fadhl)

Baca juga :