Tere Liye: Apa itu G20? Hebatkah Indonesia sebagai Anggota G20?

Apa itu G20?

Tahun ini, dijamin kalian akan sering mendengar istilah G20. Dan akan jadi salah-satu propaganda atau narasi dahsyat pemerintahan. Karena tahun ini, memang giliran Indonesia jadi pemimpinnya. Giliran loh, catat, itu bukan karena sesuatu spesial. Karena giliran saja.

Apa itu G20? Adalah 20 negara yang punya perekonomian besar, berkumpul jadi satu. Membuat kerjasama. 

Lagi-lagi, catat baik-baik kata kuncinya: 'perekonomian besar'. Yaitu dilihat dari total GDP keseluruhan. Bukan GDP per kapita. Alias bukan dari pendapatan per orangnya. 

Maka, jangan heran, jika negara-negara seperti Swiss (dengan pendapatan per kapita penduduknya 1,5 milyar per tahun), Luxemburg 2 milyar per tahun, Singapura 1 milyar per tahun, atau tetangga persis kita Malaysia yang 160 juta per tahun, tidak masuk G20. 

India, yang pendapatan per kapitanya hanya 30 juta per tahun, masuk. Karena gimana nggak masuk? India punya 1 milyar lebih penduduknya. 'Perekonomian mereka besaaar sekali'.

Saya sejak dulu, tidak terlalu takjub lihat G20 ini. Kenapa? Karena eh karena, ini lebih mirip perkumpulan negara-negara dengan penduduk BANYAK bersama negara-negara kapitalis raksasa.

Right? Dan kamu lupa satu fakta terpenting. Apa itu? TIDAK ada gunanya ekonomi sebuah negara besar, jika ketimpangannya besar. Yang kaya semakin kaya, yang miskin terus saja blangsak di sana 3-4 generasi. 

G20 ini lebih mirip dibentuk oleh negara kapitalis (dalam hal ini AS, dkk), agar mereka bisa 'mengelola' dengan halus nan lembut pangsa pasar raksasa tsb.

Presiden, Perdana Menteri negara-negara maju kayak AS, Inggris, Kanada, Jepang, dll itu tahu persis angka-angka ekonomi, penduduk miskin di Indonesia, India, dll. Mereka tahu isi perut negara-negara ini. Tapi so what gitu loh? Yang penting mereka bisa mengambil hati elit-elit pemimpin di negara dengan banyak penduduk ini, karena besok-besok mereka bisa jualan, bangun pabrik, rebutan bisnis kereta cepat, dll, dengan tenaga kerja murah. Akses sumber daya alam melimpah. Dan bodo amat dengan segala isu lingkungan hidup, dkk. Jadilah mereka akan selalu siap memuji negara-negara ini. Dipuji setinggi langit dalam setiap kesempatan. Namanya juga politisi. Memuji adalah senjata mereka (selain berjanji).

Dari jaman dulu, VOC, dkk, hingga kelak tahun 2300 (jika Bumi masih ada), sekali kapitalis tetaplah kapitalis. Dunia ini hanya begitu-begitu saja. Uang adalah segalanya. Dan hipokrasi dipertontonkan tanpa malu-malu sambil dibungkus 'kerjasama', 'seolah peduli lingkungan', dkk dll.

Well, sebagai penutup, coba jawab hal sederhana ini: Tahukah kamu, di negara-negara ASEAN, pendapatan per kapita Indonesia itu cuma ranking berapa? Silahkan cek datanya. Pendapatan per kapita Indonesia itu hanya sepertiga Malaysia, juga banding Thailand, apalagi Singapura.

Lantas kita mau membandingkan dengan AS yang penghasilan per kapitanya 1 milyar per tahun? Bandingkan Jepang, Inggris? 30-40 tahun terakhir, pendapatan per kapita Indonesia itu stuck.

Buat apa sih dipuji-puji di forum G20, jika ternyata jutaan buruh di negeri ini hanya digaji 2-3 juta saja real di lapangan. Guru-guru honorer, buruh tani, dll, dsbgnya hanya punya pendapatan di bawah 1 juta per bulan. Puluhan juta rakyatnya miskin. 9 juta menganggur. 

Baiklah, kita lebih suka tertawa lebar dipuji negara-negara maju sana (yg jelas ada kepentingan bisnis), dibanding melihat angka-angka sebenarnya di lapangan. Yes! Mereka terus dan akan terus memuji Indonesia, karena kita memang negara dengan PENDUDUK besar. Pasar empuk. Dan teruslah jadi pasar, selama-lamanya.

(By Tere Liye)

*fb 28/01/2022
Baca juga :