
Hal itu diungkapkan Dr Bahtiar Effendy dari UIN Jakarta kepada INILAH.COM di Jakarta, Selasa (8/7). Masa depan bangsa ini, menurutnya, banyak ditentukan akselerasi parpol Islamis ataupun nasionalis macam PKS, Golkar, PDI-P, PAN, PPP, dan PKB.
Bahtiar mengatakan, keenam parpol yang masing-masing berlandaskan Islam dan nasionalis itu masih punya harapan bagus di masa depan. Terpenting, mereka konsisten, peduli, dan pegang komitmen untuk menjaga sekaligus melayani kepentingan bangsa maupun aspirasi rakyat.
Sebagaimana pandangan Bahtiar, sejumlah pengamat politik di Tanah Air beranggapan, peta persaingan di Pemilu 2009 bakal didominasi keenam parpol itu. Di antara PKS, Golkar, PDI-P, PAN misalnya, bakal terjadi head to head yang ketat dan sengit dalam memperebutkan simpati publik untuk kemudian tampil sebagai pemenang.
Di kalangan parpol-parpol Islam, konflik internal PKB serta memudarnya PPP dan PBB telah membuka peluang bagi parpol Islam lain macam PKS untuk ‘menyodok di tikungan’ dalam upaya mengoleksi suara rakyat.
"Selama PKS konsisten dengan asas bersih, peduli, dan aspiratif, peluang meraih suara terbanyak sangat terbuka. Khususnya merebut swing voters," kata Nanang Tahqiq MA, alumnus McGill University, Kanada, yang juga dosen UIN Jakarta.
Menurut Nanang, parpol-parpol sekuler seperti Golkar dan PDI-P selama ini sudah bergerak di tingkat massa akar rumput dengan kepolitikan gaya lama, yakni mencari vote getter berupa para tokoh populer, artis, ulama, dan pejabat.
"Kebiasaan lama ini era Orde Baru itu dianggap masih memikat. Meski begitu, saya perhitungkan PKS bakal mengggunakan metode yang lain. Apa dan bagaimana metode itu, kita tunggu saja gebrakan mereka," kata Nanang.
Pengamat lainnya, Zulkieflimansyah, menyatakan PKS sebagai parpol kader bertekad mempercepat gerakannya dengan bekal strategi yang terarah dan masiv. Dalam konteks itu, PKS bakal bersaing ketat dengan Golkar dan PDI-P yang dinilai lebih matang. Juga dengan PAN yang terus berbenah.
Zulkieflimansyah menyebut kemungkinan metode yang kelak dijalankan PKS. Ia bilang bentuknya beragam, mulai dari pemberdayaan masyarakat, perekrutan kader, penguatan harakah, gerakan sosial, pendidikan politik, dan dakwah dalam arti luas.
"PKS bukan sekadar parpol yang mencari kuasa, melainkan juga gerakan dakwah yang mencerdaskan dan memberdayakan rakyat, termasuk gerakan penyadaran masyarakat akan kondisi dan kenyataan yang ada," kata Zulkieflimansyah, Selasa siang (8/7).
Sementara Prof Mochtar Pabottingi, pengamat politik LIPI, memperingatkan bahwa jika parpol-parpol Islamis dan nasionalis itu tidak mengutamakan kepentingan bangsa dan tak melayani kemaslahatan rakyat, sebaliknya hanya berkonsentrasi memenuhi hasratnya sendiri, rakyat akan jenuh dan menolak.
"Jika parpol-parpol yang diharapkan itu akhirnya malah berkhianat dan menjauh dari amanat rakyat, mereka berjalan menuju kehancuran," cetus Mochtar.
Pertarungan politik di antara keenam parpol, sekali lagi, bakal menyengit. Puncaknya terjadi di Pemilu 2009. Tapi, jangan lupa bahwa dinamika sosial, ekonomi, dan politik tetap ikut mempengaruhi langkah mereka. [inilahdotcom]
Menurut Nanang, parpol-parpol sekuler seperti Golkar dan PDI-P selama ini sudah bergerak di tingkat massa akar rumput dengan kepolitikan gaya lama, yakni mencari vote getter berupa para tokoh populer, artis, ulama, dan pejabat.
"Kebiasaan lama ini era Orde Baru itu dianggap masih memikat. Meski begitu, saya perhitungkan PKS bakal mengggunakan metode yang lain. Apa dan bagaimana metode itu, kita tunggu saja gebrakan mereka," kata Nanang.
Pengamat lainnya, Zulkieflimansyah, menyatakan PKS sebagai parpol kader bertekad mempercepat gerakannya dengan bekal strategi yang terarah dan masiv. Dalam konteks itu, PKS bakal bersaing ketat dengan Golkar dan PDI-P yang dinilai lebih matang. Juga dengan PAN yang terus berbenah.
Zulkieflimansyah menyebut kemungkinan metode yang kelak dijalankan PKS. Ia bilang bentuknya beragam, mulai dari pemberdayaan masyarakat, perekrutan kader, penguatan harakah, gerakan sosial, pendidikan politik, dan dakwah dalam arti luas.
"PKS bukan sekadar parpol yang mencari kuasa, melainkan juga gerakan dakwah yang mencerdaskan dan memberdayakan rakyat, termasuk gerakan penyadaran masyarakat akan kondisi dan kenyataan yang ada," kata Zulkieflimansyah, Selasa siang (8/7).
Sementara Prof Mochtar Pabottingi, pengamat politik LIPI, memperingatkan bahwa jika parpol-parpol Islamis dan nasionalis itu tidak mengutamakan kepentingan bangsa dan tak melayani kemaslahatan rakyat, sebaliknya hanya berkonsentrasi memenuhi hasratnya sendiri, rakyat akan jenuh dan menolak.
"Jika parpol-parpol yang diharapkan itu akhirnya malah berkhianat dan menjauh dari amanat rakyat, mereka berjalan menuju kehancuran," cetus Mochtar.
Pertarungan politik di antara keenam parpol, sekali lagi, bakal menyengit. Puncaknya terjadi di Pemilu 2009. Tapi, jangan lupa bahwa dinamika sosial, ekonomi, dan politik tetap ikut mempengaruhi langkah mereka. [inilahdotcom]