Ijazah Palsu: PKI Menghalalkan Segala Cara, Itu Asli
Oleh: Budi Akbar
Tahun 2020, tepatnya 25 Juli 2020 tvOne merilis sebuah wawancara dengan seorang purnawirawan mayor TNI di Solo, yang menceritakan dengan dramatis tentang foto di atas ini. Namanya Mayor Haristanto.
Bahwa katanya timnya menemukan foto-foto berikut, segepok ceritanya. Haristanto menceritakan dengan sangat meyakinkan bahwa ternyata hubungan Jokowi dengan Menkeu Sri Moelyono rupanya sudah terjalin sejak lama.
Ada wajah Jaya Suprana pendiri Indonesia Guiness Record juga dalam foto itu.
Klaim identitas Jokowi yang dikemas dengan narasi begitu rapi itu, sekarang semuanya terbantahkan.
Haristanto menceritakan bahwa dalam momentum seminar ekonomi yang diselenggarakan tahun 1998 itu, Jokowi hadir sebagai salah seorang panelis dalam kapasitasnya sebagai pengusaha kayu yang sukses di Solo.
Lucunya, ketika 1998 itu, Jokowi dalam foto yang di klaim masih menggunakan kacamata, dan wajahnya jauh lebih ganteng daripada sekarang, berikut sisir rambutnya yang juga tampak sebagai seorang pengusaha yang berlatar belakang intelektual.
Jauh berbeda dengan muka serta tampilan Jokowi yang sekarang. Yang mengaku tiba-tiba kacamata nya hilang, rusak dan dia tidak sanggup membelinya lagi. Padahal ketika tahun 1998 saja, yang jaraknya sangat jauh dari tahun 1985 ketika dia klaim berkuliah di Universitas Gangguan Mental, dia masih menggunakan kacamata. Bagaimana mungkin saat dia mulai mencalonkan diri menjadi walikota Solo tahun 2003, tiba-tiba dia langsung jatuh miskin dan tidak sanggup lagi membeli kacamatanya yang rusak, tetapi dia punya banyak uang untuk membuat alat peraga kampanye?
Kisah yang sangat konyol dengan alur cerita yang sungguh membagongkan, bukan !?
Demikianlah PKI, mereka sudah menyusup kemana saja, termasuk ke dalam institusi TNI, sehingga para oknumnya pun menjadi garda terdepan untuk membual dan merangkai sejumlah narasi bias untuk menutupi konspirasi dan skandal sindikat mega-ngibul identitas palsu Jokowi. Apapun caranya akan mereka lakukan. Jika perlu melakukan pembunuhan, maka semua pembawa pesan, petunjuk dan indikator serta analis, akan mereka targetkan untuk dihabisi nyawanya.
Jika terhalang, maka akan mereka upayakan untuk dibatasi akses dan ruang gerak nya. Salah satunya dengan melakukan kriminalisasi lewat tangan kepolisian seperti yang jauh hari sebelum kejadian pada Roy, Rismon, ataupun Tifa dkk.
Maka tak heran, ketika kami turut meramaikan tulisan Bambang Tri Jokowi Undercover pertama tahun 2016, banyak diantara kami aktivis media sosial yang aktif menulis artikel² bebas dengan berbagai postingan singkat, dalam kerangka mengulang² informasi agar kepalsuan ijazah dan identitas palsu Jokowi ini terbongkar, lalu kami ditarget untuk dipenjarakan.
Salam Fufufafa
(fb)