Ada 844 Badan Usaha Milik Negara masuk ke Danantara. Ini bukan main-main. Beberapa dari perusahaan ini adalah pemain besar, yang 'too big, to fail.' Terlalu besar untuk gagal. Bank-bank Himbara (atau himpunan bank-bank negara), misalnya.
Kabarnya apa yang disebut "kekayaan" Danantara itu umlahnya sekitar IDR 14.000 triliun. Nah, tidak heran bila bapaknya ini bilang, sebentar lagi kekayaannya bisa mencapai 1 triliun USD. 1 triliun USD, bisa bayangkan uang sebanyak itu. Kalau dirupiahkan itu setara IDR 16.800 triliun!
Cuma, ya itu. Ini kan yang dinamakan 'kekayaan' yang dihitung berdasarkan apa yang dimiliki. Yang tidak dihitung itu ya, berapa hutang dan kerugian BUMN ini.
Karena perusahan-perusahan ini milik negara, maka cara paling gampang melihatnya adalah dengan berapa pembagian keuntungan yang diberikan kepada negara. Dari 14.000 triliun itu, keuntungnya yang masuk ke APBN hanyalah IDR 86,4 triliun saja.
Lo kok dikit?
Lha ya kan ini perusahan. Ada yang berutang. Ada yang keuangannya merah. Ada yang bangkrut tapi disuntik dana terus. Belum lagi BUMN ini mengemban fungsi publik. Biasanya, perusahan dengan misi publik itu nggak pernah untung.
Perusahaan transpor negara, misalnya, karena dia harus melayani semua orang, dengan harga yang terjangkau semua orang, maka biasanya rugi. Atau hidup dengan subsidi negara. Kalau ia untung maka itu karena negara membayar selisih harga sesungguhnya supaya orang berpendapatan rendah juga terlayani. Hal yang sama terjadi dengan PLN. Juga dengan Pertamina.
Secara keseluruhan sumbangan BUMN ini ke APBN itu ya IDR 86,4 triliun tadi. Kalah jauh dari tukang sebul atau perokok yang cukainya menyumbangkan IDR 226,4 triliun ke ke APBN. Perokok adalah pahlawan tanpa tanda jasa, walaupun dalam masa depan akan menjadi beban karena beaya kesehatan para perokok ini akan ditanggung negara secara langsung atau tidak langsung.
Nah, nantinya keuntungan Danantara ini tidak harus disetorkan ke APBN. Jadi keuntungan perusahan-perusahan negara ini akan dikelola Danantara juga. Nanti Danantara akan investasi balik ke perusahan-perusahan negara atau perusahan-perusahan lain yang diperkirakan akan untung.
Lo iki konsepe piye to, Pak Wo?
Gini lo. Danantara itu mengelola 844 BUMN. Jelas? Nah, keuntungannya nanti akan di investasi kembali ke BUMN itu; atau diinvestasi keluar negeri. Dengan investasi kembali itu, perusahan-perusahan BUMN ini akan jadi besar. Kalau dia besar, dia akan menyerap lapangan kerja, terus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tapi kenapa kok Danantara juga cari investasi? Misalnya dengan mengalihkan anggaran untuk efisiensi dari APBN untuk investasi Danantara? Lha ya jelas tho. Yang 14.000 triliun itu kan aset. Sementara Danantara nggak punya duit cair (liquid) yang bisa dipakai untuk belanja (inves). Jadi 300 triliun itu diperlukan untuk investasi. Nanti selama lima tahun kan investasinya jadi 1500 trilyun karena setiap tahun akan dipotong anggarannya.
Lo itu kan berarti Danantara disubsidi APBN, Pak Wo? Bukan disubsidi. Tapi efisiensi dialihkan untuk investasi. Nanti kalau berhasil, perusahan-perusahan ini akan menyerap lapangan kerja. Para pekerja ini akan bayar pajak. Perusahan-perusahan yang mendapat investasi BUMN kan akan bayar pajak juga. Ekonomi tumbuh, APBN juga akan makin gendut.
Misalnya nih Pak Wo, misalnya saja. Kalau Danantara untung guedeee banget. Siapa yang menentukan kemana uang itu diinves? Kan keuntungannya tidak masuk APBN?
Lo kowe ini bagaimana to? Danantara itu kan langsung dibawah presiden. Ya, presiden yang menentukan.
Tanpa kontrol DPR? Ah, kesuwen! Terlalu lama dan terlalu bertele-tele. Bangsa ini tidak akan maju karena diskusi dan debat!
Kalau rugi gimana Pak Wo? Ya, makanya harus dikelola hati-hati. Kan biasa itu disana rugi, disini untung. Atau sebaliknya. Kita usahakan lebih banyak untung daripada ruginya. Ini investasi, ya. Bisa untung, bisa rugi. Itu sebabnya para pengurus Danantara tidak bisa kena sanksi hukum kalau rugi.
Enak ya Pak Wo? Kalau rugi nggak bisa disalahkan. Ini mengandaikan tidak ada korupsi ya, Pak Wo? Kan sudah saya bilang, koruptor akan saya kejar sampai ke Antartika sana. Tapi koruptor akan saya ampuni kalau menyerahkan curiannya kembali ke negara.
Sudah ada yang menyerahkan curiannya ke negara, Pak Wo? Diam lu! Tanya melulu. Pusing aku tuh ...
Pak Wo pun kentut keras-keras karena perutnya kembung kebanyakan ditanya.
(Made Supriatma)