Sosok Kepala Desa Terkaya di Indonesia, Penghasilan Rp 30 Juta Per Hari, Istri 2 😀

[PORTAL-ISLAM.ID]  Mengenal sosok Mahdum, kepala desa terkaya.

Dalam sehari, Mahdum bisa menghasilkan Rp30 juta.

Mahdum pun punya kegemaran koleksi mobil di rumah mewahnya.

Bahkan, sosok Mahdum membuat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kagum.

Mahdum merupakan pria asal Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Ia menjabat sebagai Kepala Desa Ciririp, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.

Kades Mahdum memiliki penghasilan Rp 30 juta per hari yang didapatkan di luar tugasnya sebagai perangkat desa.

Kades Mahdum diketahui memiliki bisnis ikan air tawar yang setiap hari dikirim ke Pasar Muara Angke hingga Pasar Bojonegoro, Merak.

Hal itu diketahui saat kades Mahdum dikunjungi Dedi Mulyadi di kediaman mewahnya, kala itu Dedi masih menjabat sebagai anggota DPR RI.

Dedi diketahui memang sengaja mengunjungi rumah Kades Mahdum.

"Kades sukses nih. Usaha ikan dan jual dari Jatiluhur ke Muara Angke, Muara Baru, Pasar Bojonegoro Merak."

"Berangkat kirim jam 4 sore sampai jam 12 malam. Setiap hari hampir 15 ton," tutur Dedi, melansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi.

Keuntungan jualan ikan air tawar yang ditekuni Mahdum tentu cukup menggiurkan.

Harga Ikan Emas yang dijual Mahdum dibanderol hingga Rp21 ribu per kilogram.

Jika sampai di pasar harga ikan akan mencapai Rp23 ribu per kilogram.

Sedangkan ikan yang dijual Mahdum bisa mencapai 15 ton per harinya.

Tentu dengan asumsi bisa menjual 15 ton, omset Mahdum bisa mencapai Rp 30 juta per hari.

Bahkan jika dipotong biaya operasional dan produksi Rp 15 juta, Mahdum masih mendapatkan keuntungan mencapai Rp 15 juta.

Dari hasil menjual ikan tawar tersebut Mahdum bisa memiliki harta kekayaan fantastis.

Hal itu diketahui dari koleksi mobil mewah yang berjejer di rumah Mahdum.

Bahkan yang lebih mencengangkan lagi, Mahdum memiliki istri dua orang.

"Istri 2, susah akurannya. Bini muda umur 35, yang tua 38 tahun. Rumah pertama istri tua, rumah kedua istri muda," kata Dedi sambil kaget.

Meskipun demikian Dedi Mulyadi mengaku terkesan dengan kesuksesan Mahdum.

Menurutnya, apa yang dilakukan Mahdum sangat membantu perekonomian masyarakat setempat.

Saat diwawancarai beberapa waktu lalu, Mahdum mengaku dirinya memang merupakan anak keluarga kaya raya di Desa Ciririp.

Hak milik tanah keluarganya hampir mencakup separuh wilayah Desa Ciririp, kendati demikian ia juga punya pengalaman hidup yang pahit.

"Orang tua saya kaya raya, tapi saya cukup bandel waktu muda. Jadi saya lebih memilih berjuang sendiri," kata Mahdum ketika ditemui dikediamannya.

Awalnya jadi kuli

Ia memilih pergi dari rumah semasa bujang, dia lantas pergi mengadu nasib ke Sulawesi menjadi kuli bangunan.

"Dari tahun 2000 saya di Sulawesi, selama 5 tahun di sana saya pindah ke merantau ke Jambi masih jadi kuli bangunan," kata dia.

Singkat cerita, pada awal tahun 2010 ia pindah merantau ke Ibu Kota masih jadi kuli bangunan, "Ini pengalaman paling pahit di Jakarta, saya sampai tidur beralaskan kantong semen gajihan telat suka ditunda, sulit makan," ujarnya.

Selama satu tahun di Jakarta ia memutuskan kembali ke kampung halaman di Desa Ciririp, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.

"Saya di kampung mengawali usaha jadi sopir (perahu) bargas, dari sini saya kenal beberapa petambak ikan, sampai akhirnya saya ikut borong ikan dari petambak," ujar Mahdum.

Selama 3 tahun berjalan mengawali usaha jadi sopir perahu bargas, ia kemudian punya enam tambak ikan dan memulai usahanya sendiri.

"Sambil saya jual beli ikan di tambak sendiri, bermodalkan kepercayaan saya lalu menjualkan ikan para petambak yang ada di sini, sampai akhir tahun 2018 saya sudah punya 600 tambak ikan," kata dia.

Seiring berjalannya waktu, karena dikenal dermawan, ia kemudian dicalonkan oleh masyarakat Desa Ciririp pada 2014 untuk menjadi Kepala Desa.

"Dulu saya gak punya niat jadi Kepala Desa, tapi dipaksa nyalon sama masyarakat, bahkan uang biaya kampanye saya hasil patungan masyarakat," katanya.

Setelah tumbuh jadi orang sukses berkat usahanya, ia kini berhasil membuka lapangan kerja untuk 150 keluarga di Ciririp, bahkan ia punya tujuh rumah, ratusan hewan ternak, belasan mobil, dan 3 orang isteri.

Ia pun berani menjual ratusan tambak ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan beras warganya.

Ketika ditemui Tribun di kediamannya pada, tumpukan beras juga memenuhi ruangan depan rumahnya dan bagasi mobilnya.

Beras tersebut disediakan Mahdum untuk keperluan warganya.

Mahdum mengatakan, ia kerap membagi rata porsi bantuan pemerintah dan sumbangan pribadinya.

"Kalau dari pemerintah seperti bantuan sembako dari Kemensos atau Pemprov kan sudah terdata penerimanya, saya bagi porsi supaya yang gak terdaftar juga dapat," ujar Mahdum.

Diketahui, dalam sepekan Mahdum bisa menghabiskan 7 kuintal beras untuk warganya.

"Kalau ada warga yang butuh, boleh mengambil sendiri, kadang anak buah saya yang antar kalau untuk warga jompo dan anak yatim itu 5 liter beras dan uang tunai Rp 50 ribu," katanya.

Ia mengaku, sebelum menjadi kepala Desa ia memiliki 600 tambak ikan, namun setelah menjadi Kepala Desa tambaknya kini tersisa 260 tambak ikan.

"Ya meskipun sekarang tinggal 260 tambak penghasilan masih cukup lah, karena saya jadi bandar ikan petambak lain juga. Selain tambak saya masih punya 40 hektare lahan bambu dan ratusan sapi dan kambing," katanya.

Ratusan tambak yang dijual Mahdum ternyata digunakan untuk membeli beras dan kebutuhan sembako warga Ciririp yang tidak mampu, selain itu ia mengaku dengan mengurangi jumlah tambak, beban biaya produksinya di tambak ikan jadi lebih ringan.

(Sumber: Tribun)

Baca juga :