"Ini Investor cabut dari Indonesia karena banyak pungli! banyak preman! banyak ormas!" Ini Ormasnya.....

[PORTAL-ISLAM.ID] Gangguan perilaku-premanisme terhadap sektor industri dikeluhkan kalangan pengusaha sudah kian tak tertahankan lagi. Premanisme tersebut melibatkan segala lapisan masyarakat, mulai dari ormas (organisasi kemasyarakatan), oknum di birokrasi, sampai oknum aparat. 

Fenomena ini menjadikan sektor industri berbiaya tinggi sehingga iklim investasi di Indonesia kian kurang diminati dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.

Tim Kompas menginvestigasi persoalan tersebut di kawasan dan luar kawasan industri di Banten dan Jawa Barat sejak Februari hingga awal Maret 2025. 

Dari penelusuran di lapangan, baik melalui berbagai dokumen dan wawancara, Tim Kompas menemukan berbagai cara main atau modus perilaku premanisme tersebut. Perilaku premanisme yang dimaksud adalah mengandung unsur pemaksaan, intimidasi samar hingga kasar, ancaman, serta pemerasan.

Dari berbagai aktor premanisme yang terlibat, gangguan dari ormas menjadi fenomena tersendiri karena frekuensinya yang terus meningkat. Yang menarik, berbagai ormas tersebut memanfaatkan instrumen yang seolah-olah sah untuk memaksakan kehendaknya. Sebuah kawasan industri dalam survei internalnya mengungkap meningkatnya gangguan ormas dari tahun ke tahun. Gangguan itu mulai dari permintaan proyek kerja sama, sumbangan, hingga THR alias tunjangan hari raya.

Selain persoalan yang datang dari ormas, dari investigasi Kompas juga terungkap limbah atau sisa produksi pabrik menjadi komoditas yang menjadi rebutan ormas dan kerap menimbulkan keributan. Proyek pengelolaan limbah menjadi sasaran pemaksaan kerja sama oleh ormas kepada pihak perusahaan. Di balik perebutan limbah oleh ormas ini pun ternyata ada bohir-bohir yang bermain.

Selain ormas, aktor premanisme lainnya adalah oknum aparat hukum dan aparat birokrasi sendiri. Mereka pun memainkan cara yang seolah-olah legitime atau sah. Fenomena itu yang membuat kalangan pengusaha merasa tidak ada kepastian hukum sehingga fondasi berbisnis di Indonesia menjadi rapuh.

Baca selengkapnya di KOMPAS cetak


Baca juga :