Apa yang terjadi di Suriah? IsraeI, Iran dan Amerika satu suara menyudutkan pemerintahan Islamis Suriah

IsraeI, Iran dan Amerika satu suara menyudutkan pemerintahan Islamis..

Apa yang terjadi di Suriah?

Beberapa hari terakhir, wilayah pesisir memanas, ratusan petugas keamanan pemerintah baru gugur diserang bekas pasukan Assad yang kembali mengorganisasi diri di kampung halaman mereka, pegunungan Latakia dan Tartous.

Semua dimulai Desember lalu, Pemimpin Mujahidin Suriah Ahmad Al-Sharaa (Abu Muhammad Al-Jaulani) dengan murah hati memberikan Amnesti (pengampunan) umum bagi seluruh mantan tentara Assad yang melapor dan menyerahkan senjatanya.

Kebijakan ini sempat dikritik oleh kalangan internal revolusi, termasuk dari masyarakat yang pernah jadi korban kekejaman rezim Assad.

Amnesti yang diberikan sebenarnya tidaklah mutlak. Pihak korban berhak mengajukan tuntutan pada mantan tentara yang terlibat kejahatan HAM.

Tapi karena sistem baru hukum Suriah belum sepenuhnya terbentuk, proses tuntutan tidak akan berhasil dalam waktu dekat.

Akibatnya banyak keluarga korban yang berada di barisan revolusi memilih melakukan main hakim sendiri dengan menyikat mantan tentara yang pernah menghabisi keluarga mereka.

Aksi assasin kemudian mereda setelah kontrol pasukan pemerintah menguat tajam, terutama di sekitar Damaskus. Menertibkan pasukan keamanan dan peredaran senjata, membubarkan berbagai grup serta melakukan operasi resmi memburu para algojo.

Rasa tidak percaya masyarakat Suriah yang mayoritas Muslim Sunni sangat besar kepada komunitas Alawite (Syi'ah Nushairiyah), sekte Syi'ah paling ekstrim, yang sebelumnya dianggap sebagai penyokong Assad.

Untuk mantan tentara Assad yang Sunni, umumnya tidak ada masalah serius saat kembali ke masyarakat, selain mereka juga tak suka Assad, di rezim lama Assad posisi orang Sunni tidaklah strategis. Mungkin malah punya keluarga yang berada di pihak revolusioner. Jadi gampang buat rekonsiliasi.

Tapi mantan tentara yang Alawite berbeda, seperti post power syndrome, mereka tetap merasa sebagai pemilik Suriah. Dimana bertentangan dengan kenyataan, mereka bukan siapa-siapa lagi.

Orang-orang ini berkumpul di kampung halamannya di pesisir dan pegunungan. Mengorganisasi sampai 3000-5000 orang untuk melakukan pemberontakan dan aksi teror untuk menggagalkan kendali pemerintah.

Sampai bulan lalu, aksi penyergapan kepada pasukan pemerintah hanya berskala kecil. Secara umum Latakia dan Tartous aman, tidak ada kekerasan pada kalangan sipil Alawite, bahkan mereka kerap dibantu dan didakwahi dengan lembut.

Namun memasuki Ramadhan (Maret), pasukan Alawite eks-Assad bergerak secara besar-besaran, menculik dan mengeksekusi ratusan pasukan pemerintah, bahkan membakar mayat-mayat mujahidin (pasukan keamanan pemerintah Suriah yang baru), sangat keji dan biadab. Menduduki banyak distrik, merebut kantor, bahkan mereka ingin menyandera seluruh Rumah Sakit.

Persis seperti yang rezim Assad lakukan 14 tahun lalu terhadap para penentangnya.

Pemberontakan langsung direspon pemerintah Jaulani dengan tegas, tidak ada lagi pengampunan bagi eks-Assad.

Ribuan tentara pemerintah didatangkan dari Aleppo, Idlib, Damaskus, merangsek. Membuat pasukan pemberontak kocar-kacir.

Drone dipakai untuk mendeteksi mereka, bahkan bom besar dijatuhkan dari heli untuk menggertak para kriminal ini. Drone juga menjatuhkan granat dan mortar ke titik kumpul para pengkhianat.

Singkat cerita, ternyata diantara ribuan pasukan pemerintah ini ada grup-grup pasukan revolusi yang tidak ditugaskan di sana. Diyakini mereka sengaja nebeng untuk balas dendam pada kaum Alawite.

Pasukan tersebut saat masih revolusi berasal dari grup lain yang bukan HTS, sehingga secara pengorganisasian terkesan sporadis dan kasar.

Pasukan non tugas ini dianggap bertanggung jawab atas jatuhnya korban sipil.

Melihat operasi pemulihan keamanan mungkin dimanfaatkan sejumlah grup untuk balas dendam, Jaulani langsung memerintah penarikan seluruh personel non tugas. Hanya yang ditugaskan pemerintah saja yang boleh masuk ke Latakia.

Sebagai orang yang bercita-cita membangun Suriah berdasar hukum dan institusi, sang presiden langsung memerintahkan penyelidikan yang adil. Bukan cuma pada pihak pemberontak, namun juga aksi tak terpuji dari sebagian kecil pasukannya.

Sementara di lapangan, pasukan eks-Assad sudah kocar kacir ke pegunungan. Sebagian lainnya langsung membuang kostum dan peralatan militernya lalu bersembunyi diantara warga sipil.

Tujuan pemberontakan tentara Alawite ini adalah untuk merdeka dari Suriah, dengan menguasai 2 provinsi pesisir strategis.

Saking kocaknya, kelompok ini mengemis bantuan sekaligus dari Iran dan IsraeI. Sementara Amerika Serikat secara tersirat menyudutkan Jaulani dengan menyatakan keprihatinan atas kekerasan terhadap "minoritas". Rumus sama yang selalu mereka pakai terhadap pemerintahan yang tidak disukai.

Sumber-sumber intelijen Turki mengkonfirmasi jika pemberontakan eks-Assad mendapat suplai dari Syi'ah Iran. Lewat jalur SDF Kurdi, lalu kucing-kucingan di Aleppo dan masuk ke Latakia.

Klaim ini didukung oleh pengumuman Iran akan lahirnya sebuah "kelompok perlawanan" di Suriah.

Sedangkan IsraeI sendiri telah terkonfirmasi menawarkan bantuan politik kepada kelompok-kelompok minoritas di Suriah untuk memecah negara itu. Kaum minoritas tersebut adalah Druze, Syi'ah Nushairy dan Kurdi sayap kiri.

Jaulani berhasil menyatukan Iran dan IsraeI, sebagai musuh bersama.

Ini terlihat jelas di akun-akun Twitter yang selama ini dikenal sebagai buzzer Assad, Iran dan IsraeI, menggoreng isu yang sama yaitu jatuhnya korban sipil minoritas di tangan Islamis. Yang tentu saja isinya banyak yang hoax.

*Foto atas: Seorang pasukan pemerintah Suriah yang terluka akibat serangan sebelumnya, berusaha bangun saat mendengar RS tempatnya dirawat diserang milisi pemberontak.

------------------

Ayo berdonasi bagi saudara kita pengunsian Suriah yang masih tinggal di tenda-tenda. Cuma Rp 10 ribu per bungkus roti dan Rp 50 ribu untuk paket Iftar jama'i.

Rekening khusus donasi Suriah:
BSI 7800000496
AN Little Project
WA konfirmasi 087840268181

(Pega Aji Sitama)

Baca juga :