Tanem Singkong, Panen Jagung. Beli Pertamax, dapetnya Pertalite. AMBYARRRRRR

Tanem Singkong, Panen Jagung. Beli Pertamax, dapetnya Pertalite. Katanya efisiensi, eh duitnya buat investasi. Katanya sudah, tapi belum.

Di negeri Pak Ndhas ini, semua ini sungguh-sungguh terjadi.

Masih inget kan betapa gondoknya mereka yang beli Pertamax seperrti saya ini. Kita sudah merasa berjasa buat negara namun dikibulin sedemikian rupa.

Terus ada yang menyerukan: Boikot Pertamina? Lu gila kali ya? Boikot Pertamina sama saja dengan jangan naik kendaraan bermotor. Lha kan Pertamina menguasai lebih dari 95% bbm eceran?

Boikot Pertamina berarti ente pindah moda angkutan. Ke sepeda dayung, misalnya. Bagus sih.

Sisi lain dari pengoplosan Pertamina ini adalah kita jadi tahu bagaimana rasanya ditipu oleh sebuah lembaga yang begitu besar dan apapun protes kita tetap tidak bisa mengubahnya.

Kalau Anda pernah naik pesawat terbang, Anda pasti kenal sebuah perusahan Singa Terbang. Pemiliknya pernah bilang, "Anda ndak punya pilihan lain, kalau mau terbang, ya harus pakai maskapai kami."

Itulah resikonya punya perusahan yang terlalu besar dan memegang monopoli. Mungkin Anda akan bilang, "Kan amanat konstitusi bahwa lembaga yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara!"

Iya benar. Tapi itu juga berarti memberikan kekuasaan dan kekuatan di segelintir tangan, yang tidak dapat dikontrol.

Ada banyak lembaga seperti itu. Salah satunya selain Pertamina adalah PLN. Mau boikot PLN? Telkomsel?

Sekali lembaga-lembaga ini dimasuki tikus, habis sudah rakyat tak berdaya macam kita.

Dan negara ini terue menerus membikin lembaga seperti itu. Terakhir ia membuat Danantara.

Namun ada pilihan lain. Kalau tidak bisa diboikot, ya direbut. Kalau perusahannya tidak dikuasai maka kekuasaan yang melindunginya harus direbut.

Nyaman to Kowe dengan hidupmu yang mandeg karena ditipu terus tanpa Kowe bisa ngapa-ngapain?

(Oleh: Made Supriatma)

Baca juga :