"Kamu dulu pas pacaran sama suamimu yang sekarang ini, nggak dilarang sama orang tuamu?"
Tanya saya pada teman sekolah, yang dulu artis karang taruna dan juga penyanyi gereja dan kini sudah mengenakan jilbab itu.
"Ya diingetin, cuma aku kan orangnya keras kepala. Bukan hanya itu, saya juga dinasehati sama pak pendeta. Bahkan, pak pendeta juga mendatangi pacar saya di rumahnya, ditanya adakah motif agama kok pacarannya dengan saya yang beda agama. Pacar saya juga diajak ngobrol soal agama."
Penggalan obrolan itu saya garis bawahi, sebab memang Kristen sebagai "organized religion" itu menjadikan "penjagaan keagamaan pemeluknya" sebagai sebuah "tanggung jawab komunitas" dimana seorang pendeta bertugas sebagai gembala penjaganya.
Model penjagaan seperti ini yang jarang didapat dikalangan umat Islam, sebab memang tidak ada sistem kerahiban dalam Islam. Karenanya benteng pertahanan keagamaan yang utama bertumpu pada keluarga.
Kasus-kasus pacaran beda agama yang saya cermati, apakah pacaran yang sampai pernikahan berujung mualafnya si pacar yang beragama Kristen atau murtadnya anak muda tersebut mengikuti agama pacarnya sangat bergantung pada apakah keluarga menganggap penting masalah agama atau tidak.
Bagi keluarga yang menjadikan agama sebagai hal penting dalam kehidupan mereka, biasanya bukan hanya nasehat, pada titik tertentu larangan, dan bagi kalangan berada akan mengundang ustadz yang paham agama untuk ikut membantu mengarahkan anaknya.
Namun di kalangan mereka yang keluarganya bernalar sekular dan abai masalah agama, kalau anaknya tidak punya dasar keagamaan yang cukup maka rawan terjatuh dalam kemurtadan secara sukarela dan tidak jarang di agama baru yang keagamaannya berbasis komunitas, ia menjelma menjadi orang yang religius.
Di sinilah, saya memandang para ustadz yang paham kajian lintas agama untuk serius menyusun kurikulum pengenalan berbandingan agama yang berbasis Islamic Worldview. Karena, sekarang ini, keumuman anak dibesarkan dalam masyarakat yang majemuk yang tidak memungkinkan ia untuk mengisolir diri hanya bergaul dengan mereka yang satu keyakinanan.
Oleh: Arif Wibowo
(Pegiat Dakwah Lintas Agama)
*fb