Pemimpin Senior Hamas Saleh al-Arouri Tewas Akibat Serangan Drone Israel di Beirut, Hadiah 5 Juta USD dari AS Untuk Info Keberadaan al-Arouri

[PORTAL-ISLAM.ID] BEIRUT - Serangan Israel membunuh seorang pemimpin senior Hamas, Saleh al-Arouri, yang juga merupakan salah seorang pendiri Brigade Al Qassam.

Dia dibunuh bersama para pemimpin tinggi Qassam lainnya di Lebanon oleh beberapa rudal yang ditembakkan oleh drone Israel saat berada di sebuah kantor di Beirut pada Selasa malam, 2 Januari 2023.

Korban tewas akibat bom dari drone Israel di Beirut sebanyak 7 orang syahid, yaitu :

- Syahid Syekh Saleh Al-Arouri
- Komandan Al-Qassam Samir Fendi
- Komandan Al-Qassam Azzam Al-Aqra'
- Syahid Mahmoud Zaki Shaheen
- Syahid Muhammad Al-Rayes
- Syahid Muhammad Bashasha
- Syahid Ahmed Hammoud

Mengutip Bloomberg, Rabu (3/1/2024), Hamas mengatakan Saleh al-Arouri (57) wakil kepala politbiro Hamas, tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di pinggiran selatan Beirut. Ini merupakan serangan pertama Israel di ibu kota Lebanon dalam hampir dua dekade.

Al-Arouri adalah pemimpin paling senior Hamas yang terbunuh sejak kelompok tersebut, yang ditetapkan oleh AS dan Uni Eropa sebagai organisasi teroris, menyusup ke Israel pada 7 Oktober dan menewaskan hampir 1.200 orang. Israel membalasnya dengan serangan di Jalur Gaza yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 20.000 warga Palestina.

Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan serangan itu adalah kejahatan baru Israel yang bertujuan untuk menyeret Lebanon ke fase konfrontasi baru.

Tayangan televisi menunjukkan kepulan asap dari sebuah gedung apartemen di lingkungan Musharafiye, sementara ambulans terlihat bergegas menuju lokasi ledakan. Menurut laporan Kantor Berita Nasional Lebanon, enam orang tewas dalam ledakan itu.

Pinggiran selatan ibu kota Lebanon dikenal sebagai basis dukungan Hizbullah, kelompok yang didukung Iran dan terlibat baku tembak dengan Israel di sepanjang perbatasan dengan Lebanon untuk mendukung Hamas.

Israel dan Hizbullah terlibat perang selama sebulan pada tahun 2006 yang menewaskan ribuan orang dan menghancurkan Beirut.

Israel menangkap Al-Arouri pada tahun 1992 dan menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara. Dia dibebaskan pada tahun 2007 namun ditahan lagi selama tiga tahun sebelum Israel akhirnya mengasingkannya (mendeportasi ke Luar Negeri) pada tahun 2010.

Israel telah lama menuduhnya mendalangi serangan militan Hamas di Tepi Barat dan menjadi penghubung antara kelompok tersebut dan sekutunya, Iran dan Hizbullah.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas membenarkan pembunuhan al-Arouri.

“Serangan pembunuhan pengecut ini, yang dilakukan pendudukan Zionis terhadap kepemimpinan kami dan simbol-simbol rakyat Palestina, di dalam dan di luar Palestina, tidak akan berhasil mematahkan kemauan dan ketabahan rakyat kami,” kata salah satu anggota penting biro politik Hamas, Izzat al-Rishq.

Sementara itu, para pemimpin Israel, termasuk Perdana Menteri sayap kanan Benjamin Netanyahu, bersukacita atas terbunuhnya Arouri.

"5 juta USD imbalan dari Amriki untuk info Al Arouri. Pengkhianat mana yang gak tergoda? Wajar serangannya detail banget," kata pengamat internasional Hasmi Bakhtiar @hasmibakhtiar mengutip berita dari Al Jazeera.

Drone Israel sangat tepat sasaran mengenai apartemen/kantor yang disitu Al Arouri berada.

[Video serangan drone Israel]

Siapa Saleh al-Arouri?

Saleh al-Arouri bukanlah pemimpin biasa. Di jajaran kepemimpinan Hamas, dia diatas Komandan Al Qassam Muhammad Deif, dia selevel dengan Ismail Haniyya.

Dia telah menghabiskan total 15 tahun di penjara Israel karena keterlibatannya dengan Perlawanan.

Saleh Muhammad Suleiman Al-Arouri (19 Agustus 1966 - 2 Januari 2024) adalah seorang pemimpin politik dan militer Palestina terkemuka. Ia adalah mantan wakil kepala biro politik Gerakan Perlawanan Islam “Hamas”. Ia berkontribusi pada pendirian dari “Brigade Al-Qassam”, sayap militer Hamas di Tepi Barat, dan dianggap sebagai dalang dari persenjataan Brigade Al-Qassam. 

Dia ditangkap dan menghabiskan sekitar 15 tahun di penjara penjajah, kemudian dideportasi dari Palestina. 

Al-Arouri dikenal karena memainkan peran penting dalam kesepakatan pertukaran tahanan pada tahun 2011, yang mengakibatkan pembebasan seorang tentara Israel yang ditangkap, Gilad Shalit, oleh Al-Qassam, dengan imbalan pembebasan ratusan tahanan Palestina.

Ia menikah dan memiliki dua anak perempuan dan sekarang tinggal di Lebanon.

Tumbuh dewasa dan pendidikan:

Al-Arouri lahir di kota Aroura – demikian nama belakangnya – dekat Ramallah, pada tahun 1966. Hubungannya dengan Tepi Barat tetap kuat bahkan setelah dia diasingkan ke luar negeri.

Ia mengenyam pendidikan dasar, menengah, dan atas di Palestina. Ia memperoleh gelar BA dalam Syariah Islam dari Universitas Hebron.

Pembentukan Brigade Qassam:

Israel menganggapnya sebagai salah satu pendiri Brigade Izzuddin al-Qassam yang paling penting di Tepi Barat. Israel menuduhnya berada di balik penculikan tiga pemukim di Hebron, yang kemudian diikuti dengan tuduhan tersebut dengan menghancurkan rumahnya. 

Ia mulai membentuk pasukan militer untuk gerakan di Tepi Barat pada tahun 1991-1992, yang berkontribusi pada peluncuran Brigade Al-Qassam di Tepi Barat pada tahun 1992.

Dia ditahan selama lebih dari 18 tahun di penjara Israel, dan ketika dia dibebaskan terakhir kali pada tahun 2010, dia dideportasi ke Suriah selama tiga tahun dan kemudian berangkat ke Turki ketika krisis Suriah memburuk. 

Di penjara Israel:

Ia ditahan secara administratif pada tahun 1990-1991-1992 M sampai tahun 2007 (15 tahun) atas tuduhan membentuk sel pertama Brigade Qassam di Tepi Barat, kemudian ditangkap kembali tiga bulan setelah pembebasannya, dan mendekam selama jangka waktu tiga tahun hingga tahun 2010 M, ketika Mahkamah Agung Israel memutuskan untuk membebaskannya dan mendeportasinya ke luar Palestina.

Di luar tanah air:

Dia dideportasi ke Suriah dan menetap di sana selama tiga tahun. Dengan dimulainya krisis Suriah, dia berangkat ke Turki pada bulan Februari 2012 dan menetap di sana. Kemudian, beberapa tahun kemudian, dia meninggalkan Turki dan berpindah ke beberapa negara, termasuk Qatar dan Malaysia, dan akhirnya menetap di pinggiran selatan Lebanon.

Dalam kepemimpinan politik:

Ia terpilih menjadi anggota Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam-Hamas dari tahun 2010 hingga Oktober 2017

Pada tanggal 9 Oktober 2017, gerakan Hamas mengumumkan terpilihnya Al-Arouri sebagai wakil kepala biro politik Gerakan Perlawanan Islam “Hamas,” mewakili Ismail Haniyeh, pada Dewan Syura gerakan tersebut yang baru-baru ini diadakan.

Penghancuran rumahnya:

Pada tanggal 20 Juni 2014, saat fajar pada hari Jumat, pasukan pendudukan Israel mulai menghancurkan rumahnya di daerah Aroura, barat laut Ramallah. Pada tengah malam malam itu, pasukan Israel menyerahkan keputusan kepada keluarga Al-Arouri untuk menghancurkan rumahnya. Sejak awal kampanye, pasukan pendudukan mengancam akan menargetkan rumah para pemimpin Hamas di Tepi Barat sebagai tanggapan atas hilangnya 3 pemukim di Tepi Barat tujuh hari lalu.

Pada tanggal 1 November 2023, pasukan pendudukan kembali menghancurkan rumah kosongnya di Ramallah selama Pertempuran Banjir Al-Aqsa.

Apakah Israel secara khusus menyerukan pembunuhannya?

Agustus lalu, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pemerintah Israel sedang mempertimbangkan pembunuhan al-Arouri.

Menurut surat kabar Israel, pihak berwenang Israel percaya bahwa al-Arouri adalah pemimpin gerakan yang berusaha memicu pemberontakan di Tepi Barat yang diduduki.

Al Jazeera melaporkan bahwa surat kabar Israel “menghubungkan seruan Al-Arouri untuk melakukan konfrontasi langsung dengan tentara dan pemukim Israel dengan peningkatan operasi Palestina di Tepi Barat dalam beberapa bulan terakhir, termasuk dua operasi di Huwwara dan Al-Khalil (Hebron) a beberapa hari yang lalu, tiga pemukim tewas.”

Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pensiunan jenderal Israel Eitan Dangot – yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Militer tiga Menteri Pertahanan – telah menyerukan pembunuhan Al-Arouri selama bertahun-tahun.

“Dia (al-Arouri), menurut pendapat saya, adalah orang paling berbahaya dan penting di Hamas saat ini,” kata Dangot kepada Yedioth Ahronoth.

Menurut surat kabar Israel, pemerintah Israel mengadakan pertemuan tiga jam untuk membahas masalah operasi Palestina baru-baru ini di Tepi Barat yang diduduki. Keputusan akhirnya adalah “menyerang teroris dan penghasutnya.”

Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu melontarkan rujukan langsung dan ancaman yang ditujukan kepada al-Arouri.

“Dia (Arouri) tahu betul kenapa dia dan teman-temannya bersembunyi. Hamas sangat menyadari bahwa kami akan berjuang dengan segala cara melawan upaya mereka untuk menciptakan teror terhadap kami di Yudea dan Samaria (nama alkitabiah untuk Tepi Barat), di Gaza dan di tempat lain,” kata Netanyahu yang dikutip Al-Jazeera.

Pernyataan Resmi Ismail Haniya:

"Pembunuhan pemimpin senior Sheikh Saleh Al-Arouri mengingatkan kita pada pembunuhan serupa yang disaksikan oleh Hamas sejak sebelum-sebelumnya.

Pembunuhan ini mengingatkan kita pada pembunuhan serupa yang pernah dialami gerakan Hamas sejak pembunuhan pendirinya, Yang Mulia Syeikh Ahmed Yassin, dan Dr. Abdel Aziz Al-Rantisi.

Sama seperti pembunuhan-pembunuhan sebelumnya, kali ini pun tidak mempengaruhi jalannya revolusi dan eskalasinya, pembunuhan terhadap syahid Al-Arouri dan saudara-saudaranya dalam jalan jihad tidak akan mempengaruhi jalannya revolusi!"

Apa dampak syahidnya Syaikh Saleh Al-Arouri?

Untuk diingat, Gerakan Hamas sudah sangat banyak, bahkan selalu alami kesyahidan pemimpinnya sebagaimana gerakan jihad lain di Palestina. Bahkan Syaikh Arouri sendiri katakan dengan kelakar, bahwa "tampaknya saya sudah hidup melebihi umur saya."

Maksudnya, rata-rata pemimpin Hamas memang umurnya tak panjang. Syaikh Ahmad Yassin dan Dokter Rantisi, dua Ketua Umum Hamas sebelum Khalid Misyal, juga syahid dengan dahsyat. 

Dalam sebuah wawancara dia tanya:

"Syaikh bagaimana tanggapanmu mengenai ancaman pembunuhan dari Israel?"

Arouri tersenyum, "aku saja tak menyangka akan sampai di usia ini. Kita ini orang yang beriman, kesyahidan adalah harapan terbesar kita...."

Ibunda Saleh Al Arouri ditanya, "apa yang ingin anda sampaikan di hari syahidnya anak anda?"

Jawab sang ibu, "Saya sangat bahagia. Kenapa saya harus menangis sedangkan dia sudah menginginkannya sejak lama?"

Sungguh wanita Palestine adalah wanita yang sangat mulia dan melahirkan anak-anak yang mulia.

[Video]

Kepemimpinan Yahya Sinwar dan Muhammad Dheif di Gaza insya Allah merupakan bentuk desentralisasi atau pencabangan, sehingga kalau struktur di atasnya rusak, pecah, atau syahid, maka tak ada pengaruh signifikan ke struktur di bawahnya. 

Kita lihat dalam skala kecil di Gaza, ketika Ahmed Ghandour, Komandan Al-Qassam Gaza Utara syahid, ternyata wilayah itu tetap memiliki kekuatan yang cukup untuk mengusir pasukan elit Israel, yaitu Brigade Golani. 

Bahkan, syahidnya Syaikh Ahmad Yassin dan Dr. Rantisi hanya berjarak dua bulan. Artinya, Hamas pernah alami peristiwa lebih besar dari ini dan tetap mampu berperang dengan kekuatan mengagumkan.

Lima belas anggota keluarga Ismail Haniya, syahid. Bahkan keluarga sepupunya, 10 orang syahid. Tapi beliau tak pernah membahasnya sedikitpun. Begitu juga petinggi Hamas yang lain.

Insyaa Allah, justru para prajurit Islam di Palestina semakin merindukan surga dengan ini semua.

Sejak awal munculnya, bahkan Hamas menjadikan kesyahidan pemimpinnya sebagai ancaman untuk Israel dengan cara, menjadikan nama mereka sebagai nama senjata.

Nama-nama RPG seperti Yassin-105, roket besar Jabari, Syamal, Rantisi, Ayyash, atau nama senapan Al-Ghoul. Ini menunjukkan Hamas sudah biasa dengan syahidnya pemimpin mereka. 

Selain itu, ini juga membungkam para musuh jihad yang katakan, pemimpin Hamas bersantai di luar negeri. Mereka kapan saja bisa dibunuh, dan dari biografi Arouri kita lihat, bahwa mereka memang dilarang masuk Israel dan buron. 

Maka mereka pergi berpindah-pindah negara, dari Qatar, Lebanon, Suriah, Turki, Iran, sampai Malaysia. Mereka berjuang hindari ancaman pembunuhan sebagai ikhtiar jihad, sambil kumpulkan dana dan yakinkan pemimpin dunia bahwa Israel itu lemah, kalian bisa mengalahkannya, jangan takut!

Orang yang dikatakan "bersantai" di luar negeri dan "mewah-mewahan" itu ternyata pernah dipenjara Israel selama 18 tahun, dan syahid akibat diledakkan di Beirut, di tengah pertempuran.

Bukan di hotel mewah. Tidak sedang bersama keluarganya. Keluarganya ada di Ramallah. Ia memantau jalannya perang detik demi detik sambil berkata:

"Aku sudah melampaui usia seharusnya. Muhammad Dheif harusnya sedang siapkan rencana agar aku bisa syahid..."

Hizbullah berjanji jika Israel berani menyerang Libanon dan membunuh elite Hamas di sana maka perang terbuka akan dimulai. Beranikah Hizbullah setelah syahidnya Al Arouri atau…?

Hizbullah dan Garda Revolusi Iran terkenal sebagai gerakan yang tidak reaktif. Pembunuhan Arouri terjadi di kota yang menjadi basis Hizbullah di Beirut. Sementara, sebelum tahun baru, jenderal Iran juga baru saja dibunuh Israel.

Ini bukan kali pertama. Nah, orang yang musiman ikuti isu ini pasti akan bingung karena reaksi Hizbullah dan Hamas, akan terlihat "tenang" dan dia akan simpulkan bahwa "tuh, benarlah mereka tak akan menyerang balik, sebab mereka itu sebenarnya ciptaan Israel sendiri."

Padahal, sangat penting untuk tetap tenang. Pembunuhan komandan merupakan strategi provokasi agar lawan mengeluarkan senjata pamungkas sebelum waktunya, atau berpecah belah karena yang satu mau segera membalas dendam, sementara yang satu masih mempelajari keadaan.

Pembalasan Hamas akan sangat menyakitkan. Bagi Hizbullah inipun sebuah penghinaan karena Israel menembus kota mereka. Tapi, membalasnya tidak "besok", tidak "lusa."

Bisa setahun, dua tahun, sepuluh tahun kedepan, dengan melucuti simpati dunia pada Israel atau menyeret kwartet pemimpin Israel: Netanyahu, Gantz, Gallant, dan Ben Gvir ke Mahkamah Internasional, atau bahkan memiskinkan pemodal Israel.

Baca juga :