[PORTAL-ISLAM.ID] Kakek Muhammad Nur, dahulu sangat membenci Taliban. Ketika pertama kali berkuasa tahun 1996, Taliban bertindak sangat keras dan kasar.
Di jalanan, perempuan yang jilbabnya kurang rapi langsung dicambuk dari belakang dengan sekuat tenaga. Kegalakan Taliban menghajar orang di jalanan dilakukan tanpa peringatan atau nasehat lebih dulu.
Meskipun ada sisi postifnya, karena mereka berhasil mengakhiri perang saudara dan mengembalikan keamanan.
Tapi sikap keras membuat banyak orang tidak suka, termasuk kakek Nur yang memilih kabur ke Pakistan.
Oktober 2001, Amerika menginvasi Afghanistan. Bush menyebut Taliban sebagai sponsor teroris karena tidak mau menyerahkan Usamah bin Laden dan memberi akses Amerika menggrebek kamp-kamp pelatihan Al-Qaeda di daerah pegunungan Afghanistan.
Penolakan Mullah Umar (Pimpinan Tertinggi Taliban) didasarkan pada tradisi Pashtunwali soal menjamu tamu. Amerika harus menyerahkan bukti, baru Taliban bisa bertindak.
Singkat cerita, hanya 2 bulan kemudian Taliban disingkirkan dan Amerika langsung membentuk pemerintahan baru.
Setelah tersingkirnya Taliban, Kakek Nur kembali pulang dari Pakistan dengan sukacita, ia melanjutkan berdagang buah-buahan yang sudah lama digelutinya. Mengira kondisi sudah lebih baik, ia membeli tanah puluhan hektar dari hasil tabungannya puluhan tahun untuk ditanami buah-buahan.
Di bawah pemerintahan Republik bentukan AS, bukannya membaik, ternyata kondisi malah makin memburuk. Pemerintah mempromosikan korupsi dan mafia. Gapapa suap yang penting uangnya diputar di Afghanistan, kata presiden Karzai saat itu.
Apesnya, pemerintah juga memelihara preman, ormas dan mafia bersenjata di daerah-daerah.
Tanah kakek Nur dirampas oleh sekelompok preman ormas 'yang punya wilayah' dan merupakan sekutu pemerintah.
Laporan ke polisi ditolak karena kurang pelicin. Polisi juga takut berurusan dengan orang kuat dari ormas tersebut.
Bertahun-tahun kakek Nur hanya bisa sesak dada menyaksikan tanah dari kerja kerasnya dinikmati orang lain.
Sampai hari itu tiba!
September 2021, ketika Taliban menguasai wilayah Mazar Syarif, mereka mengumpulkan seluruh warga di desa-desa ke masjid. Lewat Toa, sang komandan Taliban memberikan pengumuman.
Siapapun yang pernah menjadi korban kejahatan, haknya akan dipulihkan secara adil. Tanah yang dirampas akan dikembalikan. Begitu juga kendaraan, hewan ternak, rumah dll. Siapapun yang mengambil hak orang akan dihukum dengan syariat Islam.
Hasilnya ratusan preman, penjahat, ormas bersenjata, menghilang hari itu juga dari Mazar Syarif.
Kakek Nur mendapatkan lagi tanahnya hanya dalam waktu satu hari. Sejak saat itu ia mulai bersimpati kepada Taliban.
Apalagi Taliban Jilid 2 ini tak segalak Taliban Jilid 1 yang dulu, lebih ramah dan membawa sistem. Mereka adalah anak-anak muda jujur dan tak bisa disuap.
Sejak Mazar Syarif dikuasai Taliban, sangat jarang terjadi kriminalitas. Jika dulu sering nyawa melayang gara-gara harta tak seberapa atau urusan wanita, kini sudah tak ada lagi.
Kakek Nur bersyukur bisa mengolah lagi tanah miliknya di akhir hayatnya ini.
(Pega Aji Sitama)