GERBONG KOSONG DEMOKRAT

GERBONG KOSONG

Oleh: Joko Intarto

Bila Gibran akhirnya menjadi cawapres berpasangan dengan Prabowo Subianto, posisi Partai Demokrat akan menjadi sangat sulit. Dukungan partai besutan SBY itu ibarat lokomotif yang membawa gerbong kosong.

Tanda-tanda itu kian menguat. Gibran sudah hadir di Rapimnas Partai Golkar. Rapimnas partai beringin itu juga sudah memutuskan secara bulat: Mengusung Gibran sebagai cawapres Prabowo. Tinggal selangkah lagi: Prabowo mengumumkan ke publik dan Gibran keluar dari PDIP (atau dipecat).

Posisi Partai Demokrat memang berbeda dengan partai-partai lain pada pemilu 2014. Sudah dua kali pemilu partai berlogo Mercy itu selalu berseberangan dengan Jokowi. 

Pilihan bergabung dengan Nasdem dan PKS pada awal koalisi sebenarnya sudah tepat. Sayangnya, keberadaan Partai Demokrat dalam koalisi ini membawa syarat: AHY harus menjadi cawapres mendampingi Anies Baswedan.

Menjelang akhir perjalanan, Partai Demokrat mengambil keputusan bergabung dengan koalisi partai pendukung Prabowo (Gerindra, Golkar, PAN). Koalisi ini yang lebih aman bagi Partai Demokrat, ketimbang koalisi satunya (PDIP dan PPP). Sementara PKB meninggalkan koalisi tersebut untuk bergabung dengan Nasdem dan PKS mengusung pasangan Anies - Muhaimin.

Sudah menjadi pengetahuan umum: Partai Demokrat dan PDIP merupakan dua kekuatan politik yang berseberangan. Meski sama-sama mengusung konsep ‘’melanjutkan Jokowi’’, tidak ada ‘’sosok Jokowi’’ di Gerindra. Jokowi diyakini berada di PDIP, karena statusnya sebagai petugas partai tersebut. 

Tenang sesaat, Partai Demokrat kembali dihadapkan pada masalah yang pelik: Kalau Prabowo benar-benar akan menggandeng Gibran, anak Jokowi yang saat ini menjabat sebagai Walikota Solo. 

Kalau melihat rekam jejaknya, Partai Demokrat pasti tidak nyaman di sini. Tapi apa dayanya? Partai Demokrat sejak awal sudah menyatakan bergabung tanpa syarat. Tiba-tiba tersiar kabar, Prabowo akan menggandeng anak Jokowi. 

Panik nggak? 

Ya paniklah!

Tapi mau bagaimana lagi? 

Pindah ke koalisi pendukung Ganjar – Mahfud? Balik kucing mendukung koalisi pendukung Anies - Muhaimin? Secara organisasi hampir tidak mungkin. Kecuali berani malu.

Berbeda dengan organisasi, anggota partai Demokrat mah woles saja. Mereka bebas mengalihkan dukungan kepada siapa saja yang dianggap sesuai, tanpa harus pindah partai. 

Ibarat mau makan di restoran, saat ini masyarakat hanya punya dua menu pilihan: Menu resep baru (Anies – Muhaimin) dan menu resep lama yang tengah diperebutkan antara pasangan Ganjar – Mahfud dan Prabowo – Gibran. 

Menurut survei, 42% anggota Demokrat telah menetapkan pilihan kepada pasangan Anies – Muhaimin. Itu hasil survei bulan September 2023. Sepertinya akan semakin besar, bila Gibran sudah resmi menjadi cawapres Prabowo.(jto)

Baca juga :