Catatan Naniek S Deyang:
Erick Tohir melaporkan podcast Tempo ke Dewan Pers gegara dikatakan punya pasukan pencitraan dari orang-orang BUMN.
Erick, sukses bisa menjadi Ketua Pemenangan Jokowi-Ma'ruf, sukses jadi Ketua Harlah NU, sukses menjadi Ketua Asean Games dll, tapi sepertinya tidak sukses membangun citra dirinya sendiri.
Mulai dari pelarangan kutipan WC yg justru berdampak jorok, kemudian disinyalir perusahaan kakakanya ikut bisnis vaksin, kasus Go-To, ambruknya perusahaan BUMN, utang jumbo BUMN, namanya ada di semua ATM, dan terakhir kasus JIS, kemudian yg terbaru kini melaporkan Tempo ke Dewan Redaksi dll, membuat namanya bukan mencuat tapi malah tersungkur.
Ternyata membangun citra dengan raw material (bahan mentah) yg pas-pasan dalam diri Erick, meski tiap hari action memang tidak mudah ya?
Saya gak bayangkan mungkin Etho bisa "gila" kalau mengalami bully puluhan tahun seperti Pak Prabowo, dan belakangan juga Anies. Namun entah di dalam kepala dan hati Pak Prabowo tidak ada tersisa ruang utk berpikiran jahat atau dendam, jadi meski disakitin siapapun tdk pernah lapor2 kemana-mana.
Menyusul Anies juga meski tidak seberat dan selama Pak PS, juga tiap hari dibully, dan difitnah, Anies juga belum pernah saya baca melaporkan media atau buzzer yg membulinya.
Saya sarankan kalau mau jadi pejabat publik, Erick jangan gampang lapor-lapor kalau dikritisi, kalau berhadapan dengan media, tinggal gunakan hak jawab. Kalau menyangkut buzzer, ya biarin atau lawan juga dengan buzzer.
(video podcast Tempo)
Keren @KemenBUMN
— Anton Ja (@antn_ja) July 10, 2023
Pakek Bajer buat moles citra @erickthohir
😂 pic.twitter.com/K1WhPHX1vq