TRAGEDI KANJURUHAN SALAH ANGIN YANG BERTIUP

By TERE LIYE

Saya mengalami kisah ini langsung. Kisah nyata.

Belasan tahun lalu, saya masih ngontrak, tetangga melakukan renovasi. Biasanya, di komplek itu kalau nge-cat, tentu pakai kuas, lebih aman. Eh, tetangga ini pakai sprayer. Dan dia sama sekali tidak merasa perlu naruh terpal pembatas (yg seharusnya standar kalau rumah lagi renov).

Apa yang terjadi? Cat terbang kemana-mana, mengenai mobil radius belasan meter. Protes dong. Lantas apa kata tetangga ini? Sambil melotot, berteriak, buas dgn ludah busuk muncrat kemana-mana, "ITU SALAH ANGINNYA, DONG! KALAU ANGIN TIDAK BERTIUP MOBIL ELU TIDAK AKAN KENA! ENAK SAJA SALAH SAYA!"

Saya termangu. Lantas undur diri. Ya wislah, yang waras ngalah. Mobil saya bawa ke bengkel, habis banyak uang hanya utk membersihkan cat yg menempel. Tidak masalah.

Maka, saat hakim membebaskan polisi dalam kasus Kanjuruhan, dengan alasan: angin yang membawa gas air mata terbang ke arah suporter. Saya sih tidak kaget sama sekali. Alhamdulillah setidaknya hakim tidak berteriak kayak tetangga saya dulu.

Percayalah my friend, polisi akan segera menangkap angin ini. Hakim yang budiman akan mengadili angin tsb. Mereka akan serius sekali mengejar keadilan bagi 135 korban mati di Kanjuruhan. Keadilan akan ditegakkan oleh aparat-aparat ini.

Kalaupun mereka ternyata kemudian hanya cekikikan di belakang sana, no problem. Tidak masalah. Tutup saja kasusnya.

Saya rajin menulis, mengkritisi banyak hal di negeri ini. Hanya itu saja tugas saya dan kalian semua. Saling mengingatkan. Bahkan Nabi pun tugasnya cuma menyampaikan firman Tuhan. Nabi itu bukan penjaga, pengawas orang-orang jahat. Maka apalah level saya, lebih tidak penting lagi. Hanya Tuhan-lah muara semua hal. Walaupun, astaga, orang-orang bahkan mungkin tidak takut Tuhan lagi.

Selamat jalan 135 korban tragedi Kanjuruhan. Kalian malang sekali. Sudah mati--bahkan buayak banget netizen yg menyalahkan kalian, netizen yg buas sekali mencaci kalian sbg suporter bodoh, mati konyol. Juga angin, malang sekali nasibnya. Angin juga ternyata salah.

*Tere Liye, penulis novel 'NEGERI PARA BEDEBAH'

(fb)
Baca juga :