Ganjar dan Koster Sudah Benar
Oleh: Abrar Rifai
Israel itu penjajah. Sedang kita adalah bangsa yang menolak penjajahan, berikrar bahwa penjajahan harus dihapus dari muka bumi. Ini prinsip kita bersama yang termaktub dalam Undang-undang Dasar!
Apa yang dilakukan oleh I Wayan Koster dan Ganjar Pranowo sudah benar. Menolak kehadiran orang Israel di tanah Indonesia itu adalah keharusan.
Ah, pasti Koster dan Ganjar itu politis. Kenapa tidak? Namanya saja politisi, tentu segala pernyataannya selalu indentik dengan politik. Bukan hanya Ganjar dan Koster, tapi semua politisi ngomong apa saja, itu politis.
Terlalu banyak kenyataan yang kita temui bagi para politisi yang mengabaikan kebenaran, melawan hati nuraninya demi untuk politik.
Para politisi tidak peduli orang lain celaka dan menderita, asal kemenangan politik bisa mereka raih. Atau musuh politiknya bisa kalah. Walau yang mengalahkan adalah orang lain.
Saya bukan pendukung Ganjar dan Koster, seumur hidup saya dan keluarga saya tidak pernah mencoblos PDIP. Tapi ketika kedua gubernur tersebut bersikap benar, harus saya dukung. Karena saya waras!
Semisal ada politisi dukungan saya, bahkan idola saya, bersikap salah, jelas akan saya tolak. Sekali lagi karena saya waras!
Kebenaran tidak bisa dijajah oleh rasa suka atau tidak suka.
Najwa Shihab menyoal, kenapa kita tolak Timnas Israel dengan dalih membela Palestina. Padahal Israel bisa dengan bebas main di wilayah Palestina!
Najwa Shihab ini seolah-olah pintar, tapi ternyata otaknya ada yang nyangkut. Ya iyalah, Israel bisa bebas main sepakbola atau mau ngapain aja saja di Palestina, lha wong memang Israel sekarang sedang menjajah Palestina.
Ada lagi, yang berucap: Pelatih Timnas Palestina itu lho orang Israel. Ini juga bukan sesuatu yang aneh, sekali lagi karena Palestina sekarang sedang dijajah Israel. Jadi bebas saja bagi Israel mau melatih bola, melatih lari karung atau melatih burung berkicau.
Intinya Najwa Shihab dan orang-orang yang seotak dengan dia, beranggapan: ngapain kita tolak Israel hanya untuk membelah Palestina, lha wong Palestina sendiri gak apa-apa.
Mereka menutup mata terhadap kenyataan bahwa Israel sedang menjajah Palestina. Sehingga karenanya tidak ada pilihan lain bagi Palestina, selain membiarkan Israel untuk melakukan apa saja terhadap mereka.
Perlawanan pasti ada, ada banyak gerakan di Palestina untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajahan Israel. Tapi sampai sejauh ini gerakan-gerakan itu belum berhasil.
Kita sebagai negara yang menolak penjajahan dan kebetulan juga tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, sangat wajar menolak kedatangan Timnas Israel di tanah ini.
Kemudian ada lagi yang menyoal, kenapa nolaknya baru sekarang, lha Israel sudah pernah ke sini main badminton dan lain sebagainya?
Kedatangan pebulutangkis Israel tidak banyak diketahui orang, karena memang tidak semua orang suka badminton. Jadi banyak orang yang tidak tahu, sehingga kedatangan mereka lepas dari mata publik.
Beda dengan bola, Bos. Ini olahraga rakyat, disukai semua orang dari berbagai lapisan. Jadi wajar kalau semua mata tertuju padanya.
Ada lagi yang berdalih, Israel kan mau main bola, bukan mau perang. Ini juga mensle!
Karena mereka mau main bola, maka kita tolak. Tapi kalau mereka mau perang, ya kita lawan!
Bola kok dicampur baur dengan politik. Begitulah kehidupan kita sekarang. Dengan negara bangsa yang kita anut, masing-masing punya sikap politik yang berbeda sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Tidak ada satu isyu apapun yang lepas dari politik, ekonomi tetap dikaitkan politik. Bahkan kemanusiaan sekalipun tetap dipolitisir.
Bukan hanya oleh negara, bahkan FIFA sendiri telah menberikan contoh, hanya karena persoalan politik, mereka melarang Timnas Rusia untuk tampil dalam kompetisi yang digelar FIFA.
Bukan hanya FIFA, tapi UEFA juga melakukan hal yang sama. Jadi ketika (rakyat) Indonesia menolak Israel untuk bermain di negara ini, memang seperti itulah harusnya.
Sebab apa yang dilakukan oleh orang Israel di Palestina itu jauh lebih kejam dari apa yang dilakukan Rusia di Ukraina. Perang Rusia dan Ukraina itu antara militer. Tapi penjajahan Israel di Palestina, itu yang mereka hantam juga banyak orang sipil, bahkan perempuan dan anak-anak!
(*)