Kisah Pencuri Tidak Jadi Mencuri Rumah Orang Kaya Setelah Melihat Foto Habib Sholeh Tanggul

[PORTAL-ISLAM.ID]  Ada Seorang kaya raya dari Madura, rumahnya dipasang fotonya Habib Sholeh Tanggul. Pada suatu malam hari Rumah itu disatroni maling, pas maling itu masuk rumahnya orang itu untuk mencuri, lalu melihat fotonya Habib Sholeh Tanggul sepertinya habib Sholeh pegang pentungan sambil marah marah pada maling tersebut. 

Akhirnya maling itu ketakutan dan lari tunggang langgang, dan tidak jadi mencuri. 🤣

(Sumber: Syaikhina KH. Mohammad Najieh Maimon Sarang)

***

Sekilas Biografi Habib Sholeh Tanggul

Nama aslinya Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid, dilahirkan di desa Qorbah Ba Karman, Hadramaut, Yaman pada 17 Jumadul Ula tahun 1313 H bertepatan pada tahun 1895 M. Di dalam manakib disebutkan bahwa silsilah dan nasab Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid sampai pada Rasulullah SAW yaitu, dari cucunya Iman Husein bin Ali bin Abi Thalib. 

Hijrah ke Jawa. Terdapat beberapa pendapat mengenai hijrahnya Habib Sholeh ke tanah Jawa. Pendapat yang pertama mengatakan Habib Sholeh berhijrah pada usia 21 tahun bertepatan pada tahun 1334 H. Pendapat yang kedua mengatakan Habib Sholeh saat berhijrah pada usia 26 tahun pada bulan Juni 1921 M. Kemudian Dia pernah tinggal di beberapa tempat yaitu, Tempeh (Kabupaten Lumajang) dan yang terakhir di Tanggul (Kabupaten Jember, Jawa Timur).

Kedatangan Habib Sholeh ke Lumajang awalnya untuk mengunjungi sepupunya yaitu Al Habib Husain bin Muhsin Al Hamid. Sepupunya tersebut lebih dulu berhijrah ke Jawa dan menetap di Lumajang. Dia memiliki posisi tinggi di Lumajang, yaitu sebagai ketua dari Komunitas Arab yang ada di Lumajang. Hal ini sama seperti pendapat Van den Berg dalam karyanya yang berjudul Orang Arab di Nusantara yang mengatakan bahwa migrasi orang arab di Nusantara salah satunya dilatar belakangi oleh faktor kekeluargaan. Bahwasanya mereka mendatangi sanak saudaranya untuk memberikan informasi mengenai keluarganya, lalu menetap.

Hijrah dan Menetap di Tanggul

Habib Sholeh melanjutkan hijrahnya ke Tanggul dan menetap di sana hingga akhir hayatnya. Mengenai alasan hijrahnya ke Tanggul tidak diketahui secara pasti, namun salah seorang keturunannya berpendapat bahwa hijrah yang kedua Habib Sholeh mendapatkan petunjuk dari Allah SWT untuk datang ke daerah Tanggul yang berada di Kabupaten Jember. Namun diperkirakan juga karena kondisi Tanggul yang strategis. Habib Sholeh bermukim tepat di belakang perlintasan rel kereta api Stasiun Tanggul. Diperkirakan Habib Sholeh datang ke wilayah ini antara tahun 1933 M. Pada saat itu kondisi Tanggul masyarakatnya sudah Islam namun masih awam terhadap keagamaannya. Kondisi ini menjadi titik yang tepat bagi Habib Sholeh untuk memberikan pengajaran dan menguatkan Islam pada wilayah tersebut. Dia sebagai pendatang yang memiliki latar belakang kebudayaan dengan masyarakat setempat, namun dengan akhlak dan interaksi yang baik dia bisa diterima oleh masyarakat.

Wafatnya

Habib Sholeh wafat pada 8 Syawal 1396 H bertepatan pada tahun 1976 M. Namun ada beberapa perbedaan pendapat mengenai Habib Sholeh wafat pada usia 86 tahun. Adapun yang berpendapat wafat saat berusia 81 tahun. Dia dikebumikan pada hari Ahad 9 Syawal setelah sholat Dhuhur. Pada prosesi sholat jenazah dilakukan beberapa kali, karena banyaknya penziarah, sehingga lokasi pemakaman diletakkan samping masjid Riyadhus Sholihin Tanggul, Jember.

Dalam buku 17 Habaib yang berpengaruh di Indonesia tertulis surat takziah dari Al Imam al Qutub al Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (seorang panutan para alawiyyin yang berada di Jeddah, Saudi Arabia). Mengatakan sebagai berikut:

“Habib Sholeh telah meninggalkan kita di saat kita sangat membutuhkan doa, bimbingan dan perhatiannya namun Allah SWT telah berkehendak lain. Allah SWT telah memilihkannya kenikmatan abadi di sisi-Nya bersama penghulu seluruh manusia, yaitu Rasulullah SAW.”

Lahul Fatihah...

Baca juga :