Catatan: Ahmad Jilul Qur'ani Farid*
Terlepas dari pro dan kontra Ustadz Abdul Somad عبد الصمد , dalam perspektif jurnalis beliau adalah newsmaker. Statement hingga tindak-tanduknya signifikan bagi pemberitaan media. Oleh karena itu, saat Langit7.id diminta untuk ikut dalam aktivitas UAS seharian, tak ada alasan untuk menolak.
Memang, kalau dilihat dari perspektif Gus Baha tentang sumber ilmu yang semestinya didatangi bukan mendatangi, UAS menjalankan antitesis tersebut.
Dalam sehari, UAS marathon dari jamaah ke jamaah, dari panggung ke panggung milik seleb. Agendanya padat merayap, pengawalannya ketat, rombongan melaju kencang dikawal voorijder. Bak politisi yang harus menemui konstituen dari dapil ke dapil. Bak artis yang harus tampil dari panggung ke panggung.
Saat saya tanya apakah seperti itu setiap hari? Beliau bilang separuh pekan untuk dakwah separuh pekan mengajar di pesantren dan kampus. Menurutnya ikhtiar semacam ini bisa memberi manfaat lebih luas untuk umat.
Kendati amat tenar, UAS mendefinisikan dirinya sebagai Guru Ngaji Kampung yang berkhidmat pada umat, bukan ulama atau bahkan Da'i (lebih dari) Sejuta Subscriber/Follower.
Khidmat UAS pada umat, salah satunya adalah menggunakan exposure-nya untuk kemaslahatan banyak orang. Di sela-sela kesibukannya, saat UAS hendak istirahat barang sejenak, selalu ada yang datang meminta endorse beliau. Dari pesantren, kursus memanah, baju muslim, sampai madu. Meski nampak lelah, beliau tetap melayani siapapun yang datang.
Kendati demikian, dalam perspektif subjektif, dengan kapasitas keilmuan UAS, saya sangat berharap beliau bisa lebih banyak mencurahkan waktunya untuk ilmu. Ketimbang harus kejar-kejaran dengan waktu. Barangkali memang kini lelah beliau, manfaatnya bisa dirasakan banyak sekali orang. Tapi saya khawatir, ia tak akan abadi se-abadi ilmu yang melintas zaman.
Ohya, penasaran dengan aktivitas beliau seharian dan obrolan kami dengan beliau? Tunggu tanggal mainnya hanya di langit7.id.
(fb)