PENGALAMAN HIDUP DI SAUDI, TERNYATA TIDAK SEPERTI DUGAAN ORANG

HIDUP DI SAUDI

Menceritakan pengalaman pribadi saya selama hidup di KSA (Kingdom Saudi Arabia) kurun waktu 2008 - 2012. 

Sebenarnya sama sekali tidak ada pikiran atau niatan saya, untuk tinggal di KSA, sampai pada suatu saat saya mendapat tawaran kerja di Jeddah, KSA, sebagai seorang IT Manager di sebuah perusahaan FCMG, cukup besar dan memiliki banyak kantor cabang di KSA.

Waktu itu perasaaan saya biasa2 aja, seperti seorang yang mendapat pekerjaan di LN, gaji gede, bebas pajak, dll. Hanya untuk perbaikan kehidupan, itu saja. Tidak lebih.

Saya sendiri bukanlah seorang yang sangat agamis, malah lebih cenderung moderat. Waktu itu saya tidak tau apa itu Wahabi, apa itu Sunnah, Syiah. Saya bener2 buta soal itu, karena selama bekerja di Indonesia tidak ada pikiran tentang itu, yang saya tau, sebagai muslim, ya sholat, puasa, zakat, haji, pengajian, zikr akbar dsb.

Dalam segala kebutaan soal-soal islami itu, saya berangkat ke KSA untuk bekerja, saya berangkat terlebih dahulu, keluarga menyusul setelah saya merasa settle di sana.

Selama tinggal di KSA, saya mulai merasakan ada sesuatu, ada sesuatu yang saya sendiri ga tau itu apa, yang kadang membuat saya terheran2, terpana, merenung tentang kehidupan Islami orang2 Arab Saudi ini.., untuk lebih singkatnya saya akan buat menjadi beberapa point, di mana setiap point itu yang membuat saya berusaha menjadi seorang yang menjalankan sunnah.

Walaupun prosesnya tidak serta merta, tetapi melalui pemahaman yang panjang, hidayah yang turun naik, saya menganalisa dari point2 pengalaman saya dihubungkan dengan dalil dalil sunnah yang baru saya pelajari di kemudian hari. Semoga cerita menjadi petunjuk untuk yang mengerti, seperti inilah kalau mau jadi kaya, baik dalam lingkup individu dan lingkup negara.

Negara tandus yang diberkahi Allah Subhana Wata Ala, sudah sukup menjadi contoh dan bukti kebenaran akan janji Allah.

👉1. Orang Arab Bodoh-bodoh dan Malas?!

Stigma ini sudah saya dengar sejak lama, itu juga yang jadi pegangan saya waktu berangkat, makanya kenapa banyak tenaga kerja asing, karena mereka malas2 katanya, geblek, ngeyel, susah dll. Sampai saya melihat sendiri betapa santai dan malas nya mereka, jam 9 masuk kerja, jam 10 sudah keluar kantor, ngopi2 dulu, kerjaan bisa berhari-hari selesai, dan lain lain.

Tapi, yang saya heran di dalam kemalasan dan santainya hidup mereka, saat Dhuha dan adzan shalat berkumandang, mereka bergegas untuk pergi ke Masjid, tidak ada kompromi, walaupan sedang rapat/meeting, mengerjakan sesuatu, pokoknya tidak ada tawar menawar, saat waktu shalat, orang2 Arab sudah menghilang, hanya 1-2 pekerja yang tinggal di kantor dan kebanyakan mereka bukan orang Arab, seperti India, Pakistan, dan Philipine.

Dari renungan saya, ternyata, Al-Qur’an surat At-Thalaaq: 2-3 menyebut: “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada diduga-duga…”

Pekerjaan bukanlah sesuatu yang utama buat mereka, mereka sangat meyakini sekali rezeki itu dari Allah, kadang bekerja itu buat mereka hanyalah sesuatu yang dilakukan untuk menunggu waktu shalat, sangat kental sekali bagaimana mereka itu benar2 mengutamakan shalat.

Kenapa Arab Saudi, negeri gurun tandus, kering, tetapi penduduknya kaya2 semua? Hidup mereka sangat terjamin, walaupun mereka tidak memiliki skill yang tinggi, pekerjaan yang biasa2 saja, tapi tetap saja hidup mereka lebih baik.

Bicara soal kekayaan Alam, seperti minyak bumi, Negri (Indonesia) kita juga ada minyak, ada emas, ada batubara, ada hutan, ada kayu, ada hujan, ada pertanian, tetapi kenapa orang2 Arab Saudi ini tetap lebih kaya, hidup lebih santai, dari mana mereka dapat uang? Aneh kan??

Bandingkan dengan kita di Indonesia, semua orang bekerja keras untuk bisa mendapatkan uang, berangkat kerja pagi2 buta, malah ada yang baru azan subuh sudah berangkat, semata2 hanya untuk mengejar rezeki. Sedangkan orang2 Arab ini, tidak harus berangkat kerja subuh, subuh waktunya shalat, jadi kadang mereka tertawa kalau saya cerita di Jakarta, banyak orang yang sudah jalan kerja lepas subuh.

Di sini saya semakin penasaran, apa sih sebenarnya rahasia hidup mereka? Di balik santai nya mereka, yang kita sebut malas, ternyata mereka adalah orang2 bertaqwa, pemerintahnya juga pemerintah yang bertaqwa, menjalankan hukum2 syariah, bayangkan orang yang bertaqwa saja akan mendapatkan rezeki yang tak terduga, bagaimana kalau pemerintahan yang bertaqwa? rezeki bangsa lebih banyak dan tak terduga. Siapa yang menduga, Arab Saudi bisa punya banyak minyak? Yang menemukan minyak juga orang Amerika di sana, bukan orang  Arab, yang susah payah cari minyak itu orang2 kafir, si Muslim bertaqwa ini hanya menikmati hasilnya, hebat bukan? saya rasa ini janji Allah sesuai surat di atas.

Nah, kalo ada minyak pasti ada uang, uang yang sangat banyak, uang nya untuk siapa? Ya untuk penguasa Arab ya? Tapi alhamdulillah, karena penguasa Arab ini (Keluarga Saud) adalah orang2 yang sangat menghormati Ulama, pengelolaan uang diatur sesuai hukum syariah, ada Zakat, tidak ada pajak, ada tunjangan untuk rakyat miskin, pembangunan Masjid Haram, dan semakin mudahlah rakyat mereka mendapatkan uang. Dari uang ini juga, ummat islam memiliki tempat ibadah suci yang paling moderen di dunia, bandingkan dengan tempat suci agama2 lain..

Arab saudi sangat melindungi warga aslinya, gaji pegawai negri, minimal 8000 riyal untuk tingkatan paling rendah, gaji standard guru biasa, bisa 2x nya. 

Saya pernah tanya petugas Telkom Saudi yang benerin kabel di depan apartemen saya, orang asli Saudi, saya tanya gajinya, dia bilang gajinya kecil, cuma 8000 riyal (sekitar Rp 31 juta/bulan, kurs 1 riyal = Rp 3.950), weleh. 

Untuk seorang pengangguran warga Saudi Asli, akan mendapat tunjangan 3000-4000 riyal (Rp 11-15 juta) tergantung kondisi mereka, punya anak atau tidak. Asal tau saja standard gaji pembantu Indonesia, itu 800 riyal (sebenarnya 1500, tapi dipotong asuransi dll), jadi bisa bayangkan tidak, seorang pengangguran di saudi bisa dan mampu membayar pembantu.

Kembali ke masalah kerja, saya merasa ada yang salah dengan kehidupan kita, berangkat pagi2 subuh tapi rezeki ko cuma segitu2 aja, kenapa?

Saya membaca buku Satanic Finance, tulisan A Riawan Amin, mantan direktur bank Muammalat, mungkin bisa membuka pikiran kita, dari buku ini saya baru menyadari "Riba/interest/Bunga" akan mengakibatkan "orang2 akan bekerja lebih keras, lebih giat, karena mereka harus mendapatkan uang lebih untuk membayar bunga hutang-hutang mereka". Bisa kita bayangkan, di Indonesa, Suami kerja, Istri kerja, berangkat pagi2, bermacet macet dimotor, berjejal jejal di KRL dan Busway, untuk apa? hanya untuk mendapatkan uang untuk membayar cicilan rumah, cicilan mobil, asuransi, kartu kredit, dan hutang-hutang lainnya. Bertahun2 mereka melakukan itu supaya lunas, tapi apakah seperti itu tujuan hidup kita, setelah hutang lunas, kita terkena sakit, tua dan akhirnya di wariskan, syukur kalo sudah lunas, kalo belum, kasihan anak2 kita. Itulah jahatnya riba, saya baru mengerti kenapa Allah sangat mengharamkan riba, dosa besar.

Di Arab Saudi, praktik Riba sangat dilarang, baik di bank2 maupun di tempat lain, mereka memang menawarkan juga kredit2 untuk rumah dan lain2, tapi tetap dalam koridor syariah yang murni. Saya pernah mendengar berita ada sebuah bank Asing, ketahuan melakukan praktik riba, oleh pemerintah Saudi bank tersebut ditutup selama 2 bulan, untuk dilakukan audit dan pemeriksaan, dan mereka memberikan denda sebagi sanksi. begitulah cara Pemerintah Saudi melindungi rakyatnya agar tetap Syarii. Di Indonesia? gak usah warganya, pemerintahnya saja sudah banyak hutang dan ribanya harus di bayar bertahun tahun, gimana mau jadi thoyibatun warobbun ghofuur?

👉2. Surga di Telapak Kaki Ibu!

Orang Arab itu bodoh, itu stigma yang saya dapat sebelumnya, point ini juga yang membuat saya terbuka hati dan iman saya mengenal rahasia hidup sunnah. Sebagai seorang manajer, saya tentunya mempunyai beberapa orang staff, ada orang Yaman, Ada India, ada Arab. Tentunya yang saya ceritakan adalah staf yang orang Arab ini, masih muda, tinggal bersama orang tuanya. Suatu hari dia tidak masuk, tanpa kabar yang jelas, padahal saya perlu dia. Kemudian saya telpon dia untuk menanyakan kenapa dia tidak masuk hari ini. Dia bilang badan nya agak kurang sehat, tapi dia menjelaskan walaupun kurang sehat sebenarnya masih kuat untuk ke kantor. So saya bilang kenapa gak ke kantor saja? saya perlu kamu. Agak kesal juga saya mendengarnya (dasar Arab males). Dengan sangat sopan tapi yakin dia menjawab: Tidak di izinkan oleh "ibunya".

WOW makin kesel saya, agak sedikit mengancam saya memaksa dia untuk masuk! Dan ini jawaban anak Arab itu yang membuat saya terpana: "Malis Mudir" (Maaf Boss), saya lebih baik dipecat sama anda, daripada saya melawan keinginan ibu saya, beliau memaksa saya untuk istirahat dan tidak berangkat, buat apa kerja kalau tidak didoakan ibu saya!? PLAK serasa ditampar muka saya.

Ummi is everything, ummi is the boss.. Hanya orang yang beriman tinggi yang meyakini sunnah dan hukum Allah yang berani bicara seperti ini, dia masih jauh lebih muda dari saya. Allahu akbar, saya jadi ingat sama ibu saya, kalau kita di Indonesa, permintaan ibu seperti itu tidak akan kita anggap, malah kita akan memarahi ibu kita, atau protes atau menentangnya: "Kalo ibu larang, saya pasti dipecat dong bu atau semacamnya" . Masya Allah. Anak muda Arab ini sangat yakin, bahwa ibunyalah, doa ibunyalah yang akan bisa menyelamatkan dia, bukan si Boss di kantor.

Kadang dari sudut pandang orang sekuler, menuruti keinginan ibu yang gak jelas itu, adalah suatu kebodohan, ya kebodohan, seperti bayangan saya terhadap anak Arab itu, bego banget sih? Setelah sekian tahun saya menyadari, ternyata kebodohan yang fatal sebenarnya adalah melawan dan menyakiti ibu. Banyak anak2 zaman sekarang yang hidupnya hancur, berantakan, karena melawan dan menyakiti ibunya, atau ibunya tidak mampu mendoakan anak2nya, karena buta agama. Di Arab, saya bisa melihat begitu besar bakti anak kepada ibunya, pada saat umrah, saya pernah melihat seorang laki2 yang mendorong ibunya dengan kursi roda melawan arus jalan orang yang ramai, laki2 itu dimarahi oleh orang2 yang lewat, tapi dia tetap tidak peduli, dia hanya ingin menuruti keinginan ibunya untuk didorong ke arah yang berlawanan. Demi seorang ibu, dia ikhlas dimarahi orang2, yang penting keinginan ibunya terpenuhi, Masya Allah.

👉3. Kotak Amal?

Di Indonesia, kalo kita shslat jum'at, atau ada majelis dll, pasti didedarkan sebuah kotak, kotak yang ada lubangnya seperti celengan, itulah kotak amal. Pertama kali saya jumatan di sebuah mesjid di Jeddah, saya juga berpikir akan mengalami hal yang sama, saya sudah menyiapkan beberapa lembar uang riyal untuk saya masukkan nantinya ke kotak amal. Setelah shalat Jum'at, saya baru sadar ternyata tidak ada kotak amal, padahal saya sudah niat sedekah. Saya clingak clinguk mencari kotak, tapi sama sekali tidak ada. Alhasil, saya bertanya kepada seorang jemaah Arab, saya mau sedekah ke mesjid, dia sambil tersenyum menjelaskan, gak perlu, masjid2 di sini sudah ditanggung operasionalnya oleh orang2 kaya Arab, mereka tidak perlu lagi meminta uang ke jemaah. Kalaupun ada malah masjid yang memberi uang kepada jemaah yang membutuhkan, jadi masjid di sana biasanya menjadi tempat mengadu dan tempat memohoh bantuan. Dan menurut mereka, untuk ukuran pekerja asing seperti kita, kita tidak diwajibkan bayar zakat, malah harusn
ya diberi infaq dan sedekah. Bayangkan, kita ini orang2 asing yang harus diberi sedekah, karena yang "berhak" memberi sedekah dan zakat adalah orang Arab si tuan rumah, wow...

Ulama-ulama pun, kehidupannya dijamin oleh pemerintah, tidak harus menerima dari jemaah, jadi tugas mereka penuh hanya untuk mendidik rakyat dan ummat untuk menjadi muslim yang sunnah dan syarii.

👉4. Alhamdulillah Kebanjiran dan Kecopetan

Orang Arab yang Aneh! Mungkin kita berpikir seperti itu. Salah satu ke-Ihsanan yang tinggi adalah menyikapi musibah dengan bersyukur (ini saya dapat dari salah satu Ustadz Sunnah di Jakarta baru2 ini). Saya benar2 mengalami hal di atas saat dulu waktu di Arab, dan belum menyadari ilmu ini. Saat itu saya ingat banjir besar di Jeddah tahun 2011 awal, beberapa rumah dan apartement terendam banjir, mobil2 terbawa arus, buat mereka ini sesuatu yang luar biasa. Salah satu orang Arab kenalan saya, rumahnya juga hancur terendam banjir, sebagai teman saya ingin menyampaikan keprihatinan saya. Yang saya heran dia hanya mengucapkan 'Alhamdulillah, Alhamdulillah', berulang ulang. Waktu saya berpikir apa mungkin dia menjadi stress ya? aneh juga...

Kejadian ke dua, saat istri saya mengalami musibah kecopetan. Karena yang hilang adalah surat2 penting, seperti ID-Card maka kami harus melaporkan ke Polisi. Setelah membuat laporan di hadapan Kepala Polisi tersebut hanya mengatakan: 'Alhamdulillah, Alhamdulillah'. Saya masih belum mengerti apa maksudnya, istri saya juga, dia menjadi kesal karena kita mendapat musibah ko dia malah bilang Alhamdulillah... Ya begitulah, cara2 islami orang Arab dalam mensikapi musibah. Mereka selalu menunjukan dengan rasa syukur bukan minta dikasihani dan berlarut larut dalam kesedihan.

👉5. Doa untuk Jenazah

Beberapa kali saya mendatangi kerabat yng meninggal di Arab, pernah orang Indonesia, pernah juga orang Arab. Jarang sekali saya dapati, ada jenazah disemayamkan di rumah, prosesi pemandian, pengkafanan tidak dilakukan dirumah/apartemen. Tapi ditempat khusus. kemudian langsung di bawa ke masjid untuk dishalatkan, lalu dimakamkan. Untuk beberapa orang Arab yg khusus, ada yang sengaja dibawa ke Masjidil Haram untuk dishalatkan di sana. Kebetulan ada orang tua pemilik perusahaan tempat saya bekerja meninggal dan kami turut pergi ke Mekkah untuk menshalatkan orang tua beliau di Masjidil Haram. Pada waktu shalat, ternyata ada beberapa jenazah lain yang akan dishalatkan juga didepan ka'bah. Yang menarik pada waktu jenazah akau diletakkan di depan Ka'bah, ratusan jemaah berebutan untuk mengusung jenazah2 tersebut, kita tidak mengenal siapa mereka, dan merekapun tidak mengenal siapa jenazah yang mereka usung.

Saya merasa agak aneh, saya pikir mereka bagian dari keluarga, ternyata tidak. Mereka berebutan satu sama lain untuk memegang tandu jenazah untuk dibawa ke depan Ka'bah. Setelah saya tanyakan mengapa seperti itu, teman saya menjelaskan, pahala mengusung jenazah itu sangat besar apalagi kalau jenazah orang mulia dan ini kita berada di Masjid Haram, pahalanya akan dilipatkan lebih besar lagi. (Ini yang tidak ada di indonesia, kalau perlu kita bayar orang untuk mengusung jenazah keluarga kita, soalnya berat).

Satu hal lagi yang menarik pada prosesi pemakaman, setelah jenazah dikuburkan, jemaah diperkenankan berdoa, tetapi mereka menekankan dengan tegas, berdoa menghadap kiblat, tidak menghadap ke kuburan. Jadi semua orang yang ada di kuburan, berdiri di tempat masing2, berdoa menghadap kiblat, tidak seperti di Indonesia, kita berdoa disekeliling kuburan mayit. Mereka sangat mengingatkan hal ini, terkait dengan kemungkinan adanya unsur syirik, kalau berdoa menghadap kuburan. Subhanallah...

👉6. Kesetaraan Gender, Family Country

Hak-hak perempuan sangat rendah di Saudi Arabia, itu yang sering kita dengar. Termasuk pemahaman saya juga saat itu, karena di Saudi, wanita tidak boleh menyetir, tidak boleh ke kuburan, dan lain-lain. Hal itu pulalah yang dibesar-besarkan oleh media barat dan pembela HAM. Padahal kalau mau dipahami lebih dalam, mengapa mereka memperlakukan seperti itu?

Iya, sejatinya karena perempuan adalah mahluk "Mulia", yang harus dilindungi, dilayani, didahulukan, dan dihormati. Sebagaiman perempuan sebenarnya, mereka tidak perlu bekerja mencari nafkah (janda2 disantuni pemerintah), tidak perlu antri, kalau ada perempuan mereka didahulukan, yang laki2 harus ngalah.

Beberapa Pengalaman Terkait Masalah ini:

6•1. Pintu Mall yang utama hanya boleh dimasuki oleh perempuan dan keluarga, untuk single laki2 tidak boleh lewat pintu utama, harus lewat pintu samping yang jauuh;

6•2. Dalam urusan antri, golongan yang paling sial adalah para lelaki, mereka harus mengalah dan mundur ke belakang kalo ada perempuan, dalam beberapa situasi biasanya ada antrian khusus perempuan, dan biasanya mereka dilayani lebih cepat di bandingkan antrian laki-laki. Makanya kalo di MacDonald, Al-Baik, saya biasanya ajak istri saya, biar dia saja yang antri;

6•3. Dalam situasi apapun, perempuan selalu dibenarkan, walaupun mungkin membuat kesalahan, kalau ada masalah atau apapun, yang akan diminta tanggung jawab adalah laki-laki. Saya pernah melihat, seorang perempuan menyebrang sembarangan dan mendadak, menyebabkan mobil yang lewat menginjak rem sekuat2 nya, sehingga hampir terjadi kecelakaan, tetap polisi tidak akan menyalahkan perempuan; dan

6•4. Perempuan dan keluarga adalah segalanya. Kalau kita bepergian, kalo di Indonesia, perempuan dan lelaki dalam satu mobil tidak akan menjadi masalah, beda di Saudi Arabia. Kalian akan dituduh zina, kecuali bisa membuktikan anda suami istri. Beda ceritanya kalo anda berdua di mobil dan di dalamnya ada anak2, berarti anda adalah keluarga, untuk keluarga siapapun tidak bisa/berani menganggu, baik polisi, keamanan, keluarga selalu diutamakan. Mereka didahulukan di mana saja, di restoran ada tempat untuk Family/Women dan Man (mereka dipisah antara Bujangan, family/women). Buat yang masih bujangan, harus siap mental untuk dikebelangkangkan, dipinggirkan, dan dicurigai. Makanya cepat nikah.

👉7. Tingkat Keamanan yang Tinggi

Saudi Arabia, walaupun terdapat jutaan pekerja Asing, dari tukang sampah sampai direktur. Pemerintahnya sangat melindungi dan mendahulukan rakyatnya daripada kita para pendatang ini. Dalam beberapa urusan administrasi kependudukan, antrian akan selalu dibedakan antara orang asing dan warga negara Arab dan antrian penduduk Arab asli akan didahulukan. (Beda dengan indonesia, Asing dan Aseng seperti China2 dan Bule kaya diduluin, pribumi ngalah). 

Belum lagi mengenai ktp untuk orang Asing (Iqamah), Saudi Arabia memiliki system online yang canggih untuk membuat orang asing tidak berkutik dan macam2, karena data iqamah kita langsung online ke data biometrik di imigrasi (sidik jari, kornea mata) dan apabila kita bikin SIM, data akan terhubung langsung. Saya ada contoh, teman saya orang India, dia pernah melakukan pelanggaran lalu lintas dan kena tilang, tapi tilangnya dia tidak bayar2. Pada saat dia ingin cuti pulang ke negaranya, di imigrasi tidak dikasih keluar, dia harus bayar denda 2000 riyal, karena data tilangnya muncul di imigrasi. Itu baru data pelanggaran lalu-lintas, lalu bagaimana dengan data pelanggaran hukum lainnya, spt berkelahi, mencuri, dll,  pasti tercatat secara online. Kalau sudah berat, biasanya orang asing sudah tidak bisa masuk lagi ke Saudi, dan data orang ini juga bisa dicek di seluruh negara2 teluk, karena sistem informasi mereka saling terhubung. Walaupun mengganti nama di passport, tetap bisa dilacak dari sidik jarinya.

Contoh berikutnya adalah saya sendiri, waktu proses pembuatan SIM mobil di Saudi Arabia, setelah mengikut testing, pada waktu pembuatan SIM tidak ada proses foto, jadi saya berpikir di SIM itu tidak ada fotonya. Setelah SIM nya jadi, saya liat ada foto saya, saya heran kapan saya fotonya? Setelah saya amati dengan seksama, foto itu adalah foto saya waktu masuk pertama kali ke Arab Saudi, foto itu dibuat di imigrasi, jadi saya berkesimpulan data imgrasi saya langsung terhubung ke data SIM saya.

Bandingkan dengan indonesia, orang asing bisa bebas melakukan apasaja, menipu, mabok, buka warung, jualan narkoba, tanpa ada catatan di imigrasi, mereka bisa bebas kabur begitu saja, dan masuk lagi tanpa hambatan, apalagi sekarang banyak juga yang bisa bikin ktp palsu..

Tidak Ada Gading yang Retak!

Sebaik2nya sesuatu pasti ada kurangnya juga, di sana juga ada Abu Lahab dan Abu Jahal, di samping ada orang2 baik hati. Ada polisi korup, ada tukang tipu, samalah dengan Indonesia atau negara lainnya. Jadi saya anggap, kalau suatu kejelekan atau aib itu bisa terjadi dimana saja.

Cerita ini saya tulis bukan untuk menjadi ajang perdebatan, tetapi saya berharap menjadi sumber inspirasi betapa negara yang berdasarkan Syariat Islam murni adalah tempat terbaik sesuai janji Allah.

Tentunya tidak lepas dari keterbatasan ilmu dan wawasan, semua ini murni pengalaman pribadi dan tidak untuk merendahkan atau menjelek2an siapapun. Dan saya mohon maaf sebesar2 nya kalau ada kesalahan kata2. 

Semoga menjadi bahan pencerahan buat yang membacanya, seperti apakah sebenarnya KSA itu.

By @Ridwan (Pernah tinggal dan bekerja di KSA)

Baca juga :