Politisi PSI Sok-sokan Minta Maaf Sebagai Muslim Atas Pembantain, Kena Tampol Balik Netizen

[PORTAL-ISLAM.ID]  Politisi PSI Dedek Prayugi alias Uki berkicau di sosmed terkait pembantaian yang baru-baru ini terjadi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

"Pembantaian keluarga Kristiani oleh teroris membuat #sayamalu sebagai seorang Muslim. Saya mohon maaf kepada saudara/i ku Kristiani 🙏. Saya minta pemerintah tidak melihat ini secara kasuistis. Fenomena ini adalah bukti kegagalan kita membangun rasa aman & keadilan antar umat," kicaunya di akun twitternya @Uki23, Senin (30/11/2020).

Kicauan politisi PSI ini kena tampol balik netizen.

"Ketika yg dibantai itu seorang Muslim kok diem aja? Bertahun-tahun teroris itu membantai orang tanpa melihat latar belakang agamanya, ada yg Islam, Kristen, Hindu knp malunya baru sekarang?" balas akun @xopch.

"Ketika pelakunya adalah aparat yg diduga salah sasaran, apa ga malu sebagai Warga Negara?" tambah @xopch.

Memang sotoy. Gak tau apa-apa kejadian sebenarnya, tapi sok koar-koar.

Aksi teror di Sulteng itu sudah lama dilakukan oleh kelompok yang sama, dan sasaran atau korbannya lintas agama. Ada yang Islam, Hindu, Kristen. Jadi ini bukan soal pertentangan agama.

Hal ini disampaikan oleh Institut Mosintuwu yang sudah mengikuti sejak lama kasus teror di Sulteng. 

Dalam SIARAN PERS nya, Institut Mosintuwu memaparkan:

"Institut Mosintuwu secara khusus meneliti sejarah kekerasan di Poso dan di Sulawesi Tengah. Terdapat dua catatan penting tentang pola kekerasan terjadi. 

Pertama, pembunuhan keji yang dilakukan kelompok MIT berpola acak, tanpa memandang agama atau suku. Data yang dihimpun tim media Mosintuwu menunjukkan di periode Januari-November tahun 2020 kelompok MIT membunuh 3 warga di Kabupaten Poso. Pada 8 April 2020, kelompok MIT melakukan pembunuhan keji pada Daeng Tapo dan pada 19 April 2020 membunuh Ajeng, keduanya muslim. Selanjutnya, pada 8 Agustus 2020 mereka membunuh Agus Balumba yang beragama Kristen. Jauh sebelumnya, pada 3 September 2019 mereka juga membunuh Wayan Astika yang beragama Hindu. Terakhir, 27 November 2020 kemarin, MIT secara keji membunuh Naka, Pedi, Yasa, Pinu yang keempatnya beragama Kristen." 

Institut Mosintuwu juga mengingatkan semua pihak untuk tidak memprovokasi dengan mengait-ngaitkan pembantaian ini pada agama.

"Belajar dari pengalaman sejarah kekerasan di Kabupaten Poso dan Sulawesi Tengah, Institut Mosintuwu menyatakan sikap:

1. Meminta semua pihak untuk menghentikan penyebaran isu penyerangan agama dalam kasus di Kabupaten Sigi dan lebih mendorong penegakan hukum atas kejahatan keji kelompok MIT."

Selengkapnya bisa baca SIARAN PERS Institut Mosintuwu: 


Bisa juga baca ini:

Terkait Pembunuhan Satu Keluarga di Sulteng, FKUB: Jangan Kaitkan Agama dengan Kekerasan di Sigi
Baca juga :