SUMBANGSIH ISLAM UNTUK DUNIA


[PORTAL-ISLAM.ID]  TAHUKAH ANDA SUMBANGSIH ISLAM UNTUK DUNIA?

Will Durrant dalam 'The Story of Civilization' mengungkapkan:

Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera lain; dari iklim utara hingga tropik dan gurun, dengan ratusan juta orang tinggal di dalamnya; dengan perbedaan kepercayaan dan asal suku.

Will Durant menyatakan: “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas, sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.” (Will Durant, The Story of Civilization).

Andalusia yang ketika dibawah kekuasaan kristen Eropa diliputi kegelapan, begitu berada di bawah Khilafah dengan cepat bangkit dan menjadi salah satu pusat peradaban, tsaqafah, sains dan teknologi di wilayah Khilafah dan dunia. Eropa bahkan baru terbangun ketika mendapat pancaran sinar peradaban dari dunia Islam.

Prof. Sigrid Hunke dalam bukunya “Allah's sun over the Occident (Matahari Allah diatas Dunia Barat) hal. 541” menyatakan : “Sungguh, barat tetap dalam keterbelakangan secara kultural, pemikiran dan ekonomi sepanjang waktu ketika eropa mengasingkan dirinya dari islam dan tidak menatapnya.”

Khilafah sepanjang sejarahnya telah tercatat dengan tinta emas berhasil memberikan kemakmuran kepada rakyatnya di seluruh penjuru wilayahnya.

Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz sudah sangat masyhur kemakmuran yang dicapai negara. Hingga penduduk Afrika pun tidak ada diantara mereka mau mengambil harta zakat karena semuanya kecukupan. Mahmud Syakir menukilkan bahwa pada masa Umar bin Abdul Aziz tidak ada penduduk Afrika yang berhak/bersedia mengambil harta zakat. Gaji pegawai negara mencapai 300 dinar (1275 gram emas) atau setara Rp. 840 juta jika 1 g emas = Rp. 660.000 (lihat, Mahmûd Syâkir, at-Târikh al-Islâmiy, IV/221).

George Zaidan dalam bukunya Tamaddun al-Islam menyatakan, tingkat perekonomian Khilafah pada masa Bani Abbasiyah begitu baik. Pada waktu Khalifah al-Manshur meninggal dunia di kasa Baitul Mal terdapat kekayaan sebesar 810 juta dirham (2409.75 ton emas murni, atau saat ini setara ± Rp. 10, 125 T) dan pada waktu Harun ar-Rasyid meninggal terdapat 900 juta dirham (2.677,500 ton perak murni atau sekarang setara ± Rp. 11,250 T).

Will Durant juga menyatakan: ”Pada masa pemerintahan Abdurrahman III (penguasa Andalusia) diperoleh pendapatan sebesar 12,045 juta dinar emas dan diduga kuat bahwa jumlah tersebut melebihi pendapatan pemerintahan negeri-negeri Masehi Latin jika digabungkan. Sumber pendapatan yang besar tersebut bukan berasal dari pajak yang tinggi, melainkan salah satu pengaruh dari pemerintahan yang baik serta kemajuan pertanian, industri dan pesatnya aktivitas perdagangan”.

Kemakmuran Khilafah begitu menonjol hingga memberikan jaminan pelayanan kesehatan kepada rakyatnya.

Durant menyatakan, “Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya adalah al-Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160, telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan secara gratis.”

Kemakmuran Khilafah secara ekonomi juga masih terlihat sampai masa akhir menjelang keruntuhan Khilafah. Pada akhir Khilafah Utsmaniyah, Sultan Abdul Hamid tahun 1900 M membangun jaringan kereta api Hijaz dari Damaskus ke Madinah dan dari Aqaba ke Maan. Juga membangun jaringan fax antara Yaman, Hijaz, Syiria, Irak dan Turki, lalu dihubungkan dengan jaringan fax India dan Iran, semuanya selesai hanya dalam waktu dua tahun.

Begitulah sejarah panjang Khilafah yang berlangsung selama ± 1300 tahun sarat dengan prestasi yang dicatat dengan tinta emas dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pelayanan masyarakat, tsaqafah, budaya, sains dan teknologi, dsb. Namun setelah Khilafah runtuh semua itu hilang dari kaum muslim. Justru kaum mulsim terperosok ke dalam jurang kemunduran, keterpurukan, ketertinggalan dan kemiskinan.

Referensi:
- The Story of Civilization, Will Durant
- Allah's sun over the Occident, Prof. Sigrid Hunke
- At-Târikh al-Islâmiy, Mahmûd Syâkir
- Tamaddun al-Islam, George Zaidan

Baca juga :