Kemenangan Salahuddin di Tanduk Hattin ini membuka jalan bagi penaklukan kembali Yerusalem oleh Muslim (pada 2 Oktober 1187). Salahuddin memulai pengepungan Yerusalem (20 September 1187) dua bulan setelah kemenangannya di Hattin.
Pada tahun 1174, Salahuddin telah memantapkan posisinya di Damaskus. Ia kemudian menghabiskan 8 tahun berikutnya untuk menyatukan barisan Muslim melawan Tentara Salib. Ia juga menandatangani perjanjian damai dengan Raymond, Pangeran Tripoli, selama 10 tahun karena menyadari bahwa saat itu bukanlah saat yang tepat untuk berperang.
Pada tahun 1187, Tentara Salib melanggar ketentuan gencatan senjata dengan menyerang kafilah Muslim. Salahuddin bersumpah untuk membalas dendam atas darah kaum Muslim. Peristiwa ini memicu Pertempuran Hattin yang tak terelakkan dan akan terjadi di masa mendatang.
Salahuddin mengumpulkan pasukannya yang besar dan pada tanggal 26 Juni 1187, meninjau mereka di Ashtera, di Hauran (wilayah yang membentang di bagian selatan Suriah dan utara Yordania). Ia sendiri memimpin bagian tengah, keponakannya Taki al-Din memimpin sayap kanan dan Gökböri memimpin sayap kiri.
Pada sore hari tanggal 2 Juli, orang-orang Kristen berkemah di Sepphoris. Pada hari yang sama, Salahuddin menyerang Tiberias. Ketika berita bahwa Salahuddin telah merebut Tiberias menyebar, Tentara Salib meninggalkan perkemahan mereka untuk pergi menyelamatkan kota yang terkepung.
Ketika fajar menyingsing pada hari Sabtu, 4 Juli, Tentara Salib dikepung. Aksi dimulai saat fajar menyingsing. Tentara Salib dikalahkan. Salahuddin menyelamatkan nyawa Raja Guy dengan mengatakan kepadanya bahwa "raja tidak membunuh raja."
Salahuddin juga memerintahkan agar tidak ada satupun penguasa Kristen yang disakiti, tetapi semua penguasa harus diperlakukan dengan sopan dan hormat selama mereka ditawan.
(Source: Islamic Chronicles)
