HANAN ATTAKI, BUKAN USTADZ AMATIRAN


HANAN ATTAKI,  BUKAN USTADZ AMATIRAN

[PORTAL-ISLAM.ID] Di zaman Youtube saat ini, tiap ustadz itu punya semacam pangsa pasar jamaah tertentu. Salah satunya Ustadz Hanan Attaki. "Ceruk pasarnya" anak-anak muda. Generasi Milenial.

Ustadz ini lulusan universitas al Azhar Mesir jurusan tafsir Quran. Gelarnya LC. Jelas bukan ustadz amatiran. Secara keilmuan otoritatif. Mumpuni.

Bacaan Qurannya indah. Juara MTQ berkali-kali.

Penampilannya anak muda. Pakai jeans. Bajunya flanel. Pakai penutup kepala musim dingin orang-orang bule. Keren. Mboys. Mashook banget untuk anak-anak muda. Pas buat kaum milenial.

Isi pengajiannya bertema anak muda banget: "Keep the faith", " Derita jomblo", "Show on the road". Cool. Asyik.

Hanan Attaki berhasil menjadi role model yang baik. Uswatun hasanah. Gerakan yang dia buat, SHIFT Pemuda Hijrah, berhasil menarik ribuan anak muda. Memang, siapapun kalau mau berubah harus melakukan "paradigm shift". Ubahlah paradigma. Ubahlah mindset. Bergeraklah dalam jamaah menjadi umat yang beriman, cerdas dan berdaya. Yang gagal berpikir akan tetap menjadi kerumunan yang nggak bermutu. Membuat masalah daripada menjadi solusi.

Sebagai berkah dari gerakan SHIFT, qadarullah, preman dan anggota geng motor berhijrah menuju kebaikan. Melakukan transformasi mental dan spiritual. Hanan Attaki adalah inspirasi mereka.

Dakwahnya inspiratif. Motivatif. Intonasi bahasanya lembut. Kosa katanya gaul. Kisah-kisah teladan Islam sepanjang masa yang dia ceritakan menyentuh ribuan hati anak muda untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Tiba-tiba saja dia dilarang berdakwah. Yang ngelarang itu lagi itu lagi. Alasannya pasti bukan karena dia Wahabi. Wahabi kok pakai jeans. Yang pakai Jeans itu Wahadi. Adiknya Wahono. Tetangga Wahyuni. Bukan pula karena dia radikal. Radikal kok bahasanya dan isi dakwahnya lembut. Mereka bingung. Cari alasan apalagi? Akhirnya ketemu alasan yang dipaksakan: karena dakwahnya provokatif. Alasan pelarangan kok bisa berubah-rubah? Bisa dong. Mungkin tergantung pesanan. Uhuuui.

Di era industri 4.0, ustadz bisa dakwah secara virtual. Dilarang dakwah di podium mesjid nggak masalah. Podium ustadz milenial adalah Youtube dan medsos. Jamaah milenial ngaji lewat mobile learning: handphone. Bisa ngaji kapan saja, dimana saja. Pesannya lebih masif tersebar. Jangkauan audiencenya jauh lebih banyak. Pepatah mengatakan: "Ayo dolanan dakon, the dakwah must go on". Jutaan anak muda akan hijrah melakukan transformasi spiritual.

Kalau nasehat sudah tak didengar, biarlah orang-orang yang gagal paham merana dalam hasad dan kejahilannya.

(Endro Dwi Hatmanto)

Baca juga :