SURAT DARI KELUARGA PRESIDEN SYAHID MUHAMMAD MURSI


SURAT DARI KELUARGA PRESIDEN SYAHID INSYAALLAH
(Ditulis oleh sang putra bungsu: Abdullah Muhammad Mursi)

Ada beberapa busyra (kabar gembira) yang hendak kami bagikan dari pandangan terakhir kami keluarga Presiden Syahid insyaallah, saat kami melakukan prosesi pelepasan jasad suci beliau ke "peristirahatan terakhir". Sementara ruh, karya dan nama baik beliau insyaallah akan tetap abadi diantara umat dan rakyat beliau, berbalut rasa kasih sayang, doa dan kenangan yang indah.

Setelah sepuluh jam dari kewafatan Presiden Syahid, kami baru bisa masuk menjumpai jasad suci beliau, untuk kami berikan pandangan terakhir atasnya, di RS. Penjara Torah, sebelum dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dimakamkan. Semoga Allah merahmati dan menerima beliau dalam golongan para syuhada dan salihin.

Kami masuk ke ruang persemayaman jasad Presiden Syahid, terdiri dari empat putra beliau, termasuk Osamah Mursi yang sedang ditahan dalam kasus rekaan/buatan, dan paman kami Sayyid Mursi, disamping putri dan istri beliau. Namun bersama kami juga ada sejumlah besar utusan dari rezim kudeta militer.

Saat pertama kali masuk, kami dapati beliau dengan wajah yang tidak kami kenal sebelumnya. Dimana wajah beliau tampak cemberut dan sangat marah sekali. Maka kami menolak keberadaan seorangpun dari utusan rezim kudeta militer di ruang pemandian beliau.

Setelah menutup pintu, kami dapati wajah beliau yang sesaat sebelumnya terlihat begitu masam seperti kebiasaan beliau saat bersama orang-orang dzalim itu, ternyata telah berubah dengan raut yang berbeda, yakni dengan raut wajah yang teduh dan tenang.

Kami mulai berdoa untuk beliau, menyampaikan ucapan-ucapan perpisahan untuk beliau, dan menciumi beliau. Sejurus sesudah itu dimulailah prosesi pensucian beliau. Dan, subhanallah, tiba-tiba wajah dan jasad Presiden Syahid telah berubah menjadi cerah bersinar, berseri dan tersenyum.

Rasanya kami semua tidak percaya dengan perubahan raut wajah Presiden Syahid, yang jelas sangat berbeda dengan saat para durjana dan aparat militer itu masih ada. Tentu saja kami cukup kaget dengan apa yang kami lihat itu.

Ini bukanlah mukjizat. Juga bukan peristiwa hidup lagi setelah mati. Namun (yang kami pahami) ini adalah busyra (kabar gembira) yang Rabb kita tunjukkan untuk kami. Karena setiap kali kami siramkan air saat memandikan jasad sang syahid, senyuman dan tampilan sumringah wajah beliau selalu bertambah-tambah.

Dan saat kami selesai mengkafani beliau rahimahullah, ternyata Allah tampilkan untuk kami busyra lain berupa kumandang adzan subuh. Dimana kami bersaksi bahwa, ayahanda kami (hampir) tidak pernah melewatkan kesempatan berada di masjid begitu ada adzan subuh. Itu yang kami tahu dari beliau sejak dulu kala. Lalu selama di penjara, beliaupun senantiasa mengumandangkan adzah subuh dan shalat tepat waktu.

Dan pada momen-momen yang penuh berkah tersebut (saat subuh), wajah ayahanda kami semakin berseri-seri dan bertambah putih. Suatu hal yang menurunkan ketenangan pada kami dan membuat kami merasakan adanya guyuran rahmat dari Rabbul 'alamin.

Sesungguhnya pemandangan yang disaksikan secara ijmak oleh seluruh keluarga Presiden Syahid, menurut kami, adalah pertanda dan karamah dari Allah, yang mungkin bisa ditakwilkan sebagai ekspresi penolakan Presiden Syahid dengan hati, lesan, wajah dan entitas diri beliau seluruhnya terhadap kebiadaban dan kedzaliman (yang dialami) saat berada di tangan gerombolan para penjahat dan pengkhianat itu. Sehingga beliau tidak pernah sama sekali memberikan wajah keridhaan kepada mereka. Namun, begitu kembali kepada keluarga, maka beliaupun langsung berada dalam keridhaan dan kebahagiaan yang (insyaallah) kekal abadi.

Bersamaan dengan datangnya waktu shalat subuh dan terdengarnya kumandang adzan, dimana beliau selalu terikat dengannya dan hati beliau terpaut dengan masjid-masjidnya, karena disitulah beliau bisa selalu tersambung dengan Rabb-nya. Ya di saat itulah Allah hadirkan busyra tersebut bagi kami keluarga Mursi, untuk meneguhkan hati kami, menambah keyakinan kami dan memotivasi kami dengan kebaikan dan kebenaran.

Kami tolak siapapun dari para penjahat itu untuk ikut memikul jasad beliau yang suci. Sehingga jenazahpun dipanggul oleh keempat putra beliau ke masjid. Lalu kami shalat subuh. Dan sekali lagi kami tolak siapapun dari mereka untuk turut menshalatkan jenazah. Sehingga hanya kami yang melakukan shalat atas jenazah Syahid Presiden Muhammad Mursi. Kami pintakan kepada Allah kesyahidan serta penerimaan untuk beliau.

Berikutnya kami bawa beliau ke mobil, dimana di dalamnya beliau didampingi oleh Abdullah dan istri beliau. Kemudian (setelah sampai) kami turunkan jasad beliau dari mobil ke tempat pemakaman para kekasih beliau, para mursyid (pimpinan tertinggi) dan tokoh besar Jamaah Ikhwanul Muslimin di kota Nasar.

Beliau dimakamkan berdampingan dengan makam kekasih dan sahabat dekat beliau Ustadz Syahid Mujahid Muhammad Mahdi Akif (mursyid 'am/ketua umum ke-7 IM, wafat th. 2017 di penjara rezim), dimana kami mempersaksikan Allah bahwa, kami lihat jasad beliau tetap seperti semula tidak berganti dan tidak berubah. Dan ini bisa menjadi busyra diatas busyra.

Perlu dituturkan pula bahwa, pada kunjungan terakhir kami ke (penjara) Presiden di bulan September 2018, orang yang pertama kali beliau tanyakan adalah Ustadz Akif. Kami katakan bahwa, beliau telah berpulang ke rahmat Rabb-nya. Maka beliaupun berucap: Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Saya akan jumpai beliau di telaga Nabi shallallahu 'alihi wasallam insyaallah.

Sungguh Ustadz Mahdi Akif dulu merupakan ayah dan panutan bagi Presiden Syahid. Semoga Allah merahmati beliau berdua. Allah telah menyatukan kedua beliau saat hidup di dunia diatas kebenaran, dan di kubur sebagai sahabat yang berdampingan dalam keadaan sama-sama syahid yang saleh (insyaallah). Kami duga dan harap demikian, dan kami tidak mentazkiyah seorangpun mendahului Allah.

Kami turunkan jasad beliau ke liang kuburnya dan begitu kami singkap kain kafan dari wajah beliau, tiba-tiba ia bercahaya bak bulan purnama diantara para syuhada dan pejuang terdahulu.

Kepada Allah kami bermohon agar Dia menyatukan beliau berdua di akhirat kelak di surga abadi bersama sang kekasih dan teladan utama Nabi Al-Musthafa shallallahu 'alaihi wasallam. Dan semoga pula Allah menggabungkan kita nanti dengan beliau-beliau dalam keadaan tidak sesat dan tidak menyesatkan.

Sebagaimana semoga Allah menghilangkan kedzaliman, kepedihan dan segala bentuk bencana dari ummat kita di dunia. Dan semoga Dia memberinya petunjuk kepada kebenaran dengan izin-Nya. (Amin ya Rabb),

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Baca juga :