Syarikah Abu Jahal, Haji Amburadul

Syarikah Abu Jahal

Baru saja melihat banyak video yang berisi keluhan jemaah haji asal Indonesia. Mulai dari tak dapat penginapan, terlantar dijalanan, tak bisa wukuf diarafah, tak ada bus yang mengangkut jemaah hingga makanan catering yang tak layak untuk disajikan. 

Merespon hal itu, sudah sepantasnya pemerintah Indonesia melakukan evaluasi secara menyeluruh, lalu mengajukan protes kepemerintah kerajaan Arab Saudi. 

“Lho, kok gitu? Bukannya semua ini karena ketidakbecusan pemerintah RI?”

Netizen pinter dikitlah. Perbanyak literasi, baca dulu berita dari berbagai mass media. Bobroknya pelayanan haji tahun 2025 ini gak lepas dari ulah syarikah yang ditunjuk oleh pemerintah Arab Saudi. 

Apa itu syarikah? 

Syarikah adalah mitra resmi Pemerintah Arab Saudi yang bertugas memberikan layanan kepada jemaah haji, termasuk akomodasi, konsumsi, transportasi, dan pergerakan selama di Tanah Suci, terutama di fase puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Seluruh syarikah ini merupakan perusahaan swasta yang sudah mengantongi ijin dari pemerintah Arab Saudi. 

Pada musim haji 2025, ada 8 syarikah yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi untuk melayani jemaah haji asal Indonesia, yaitu:

- Al Bait Guests
- Rakeen Mashariq
- Sana Mashariq
- Rehlat & Manafea
- Al Rifadah
- Rawaf Mina
- MCDC
- Rifadah
Masing-masing syarikah tersebut melayani 11 ribu hingga 36 ribu jemaah asal Indonesia. 

Nah. Dari 8 syarikah itu, mana yang pelayanannya amburadul? Mana syarikah yang menelantarkan jemaah? Mana syarikah yang ngasih makanan tak layak konsumsi?  

Melacaknya gampang. Ibarat kalo kita pergi kebank, ada teller yang akan melayani nasabah. Dari sekian banyak teller itu, Mana yang sigap dan cekatan? Mana yang ketus dan suka cemberut? Mana yang plonga-plongo? Mana yang lemot?Tinggal tanyakan pada nasabah. 

Syarikah haji di Arab Saudi kita analogikan seperti teller bank atau mitra Gojek. Mereka bisa dinilai kinerjanya oleh customer, dalam hal ini jemaah haji asal Indonesia. 

Pertanyaannya, apakah jemaah haji pernah diberi kuesioner sebagai bahan evaluasi kementerian agama? Gue pribadi belum pernah tahu akan hal ini. Padahal kuesioner itu penting untuk mengevaluasi pelayanan ibadah haji. Konyol jika hal receh begini saja gak pernah dilakukan. 

Tapi ya gitu deh. Kebanyakan orang Indonesia punya kesabaran tingkat dewa. Orangnya nerimo, pemaaf. Selalu menganggap ketidakbecusan penyelenggaraan ibadah haji sebagai ujian dan cobaan dari Tuhan. Saat ditanah suci mesti bersabar, perkuat iman. 

Begitulah. Kebobrokan penyelenggaraan ibadah haji selalu dilihat dengan kacamata religi. Padahal semua itu terjadi karena adanya human error. Mana syarikah yang error? Itulah yang harus dibuang, dipangkas, gak usah dipake lagi. 

Dimata jemaah asal Indonesia, haji adalah rukun islam kelima, ibadah yang harus dilakukan dengan khusyuk agar dapat pahala setimpal. 

Tapi dimata syarikah, ibadah haji adalah bisnis gurih bernilai trilyunan rupiah. Cuannya luar biasa besar.  Tiap tahun fulus mengalir deras dari jemaah haji yang datang dari seluruh penjuru dunia. 

Dan harus disadari, tak semua orang Arab itu jujur lagi amanah. Jangan dikira mereka yang tinggal dikota Mekkah dan Madinah itu semuanya berakhlak mulia seperti baginda Nabi Muhammad SAW.  Ada juga yang brengsek, tukang tipu, tukang bohong. 

Pemerintah RI harus berani mengajukan protes keras kepemerintah Arab Saudi bila terbukti ada syarikah yang menginjak-injak hak jemaah haji asal Indonesia. Sebagai bangsa yang bermartabat, kita punya hak untuk memutus kontrak kerjasama dengan orang-orang Arab yang tabiatnya seperti Abu Jahal. 

#haji2025

(Ruby Kay)

Baca juga :