***
SELAMAT TINGGAL SAHABAT
Aku telah memelihara banyak hewan. Namun, kau berbeda.
Kau tak pernah bicara…
Namun, kau selalu membuatku merasa dipahami.
Dalam kesunyianmu, aku menemukan kedamaian yang jarang diberikan manusia.
Aku pernah duduk di sampingmu saat langit gelap, saat jiwaku terkoyak, saat hidupku sempit.
Aku tak perlu banyak bicara. Aku hanya meletakkan tanganku di kepalamu. Dan entah mengapa, aku merasa… dunia melambat. Napasku menjadi dalam.
Seperti dirimu, seekor sapi, mengajariku cara hidup perlahan.
Kau tak pernah berkata “Aku mencintaimu”. Namun, kau menunjukkannya dengan seribu cara.
Saat aku datang ke kandang, kaulah yang pertama datang.
Saat aku sakit, kau menatapku lama, menundukkan kepala di dekat lututku.
Saat aku menangis pelan saat kau makan… kau menatapku seolah kau tahu, kau tak akan lama.
Aku mulai mencintaimu bukan karena kau besar, cantik, jinak.
Aku mulai mencintaimu… karena kaulah tempatku belajar arti rasa cukup.
Dan kini, aku menghitung hari.
Karena aku tahu, waktu kita tidak lama lagi.
Di hari raya Idul Adha ini, kau bukan sekadar hewan yang kusembelih.
Kaulah sahabat.
Kaulah saksi.
Kaulah perpisahan yang rela kuterima demi Tuhanku.
Aku tahu kau tak mengerti apa itu pengorbanan.
Namun saat kau jatuh nanti, aku percaya… kau akan membawa cintaku pada Tuhan, dalam bentuk darah dan takbir.
Aku takut pada hari itu. Aku takut melihatmu jatuh.
Namun aku tahu… ada cinta yang paling tulus bukan dalam memiliki, melainkan dalam melepaskan.
Dan aku melepaskanmu… bukan karena aku tak mencintaimu.
Aku melepaskanmu karena aku terlalu mencintaimu.
Kuharap kau menungguku.
Karena di Padang Mahsyar nanti, saat semua perbuatanku terlalu kotor untuk diangkat...
Aku hanya ingin satu saksi.
Yang akan datang dari pihak yang benar. Yang akan berkata,
"Dia pernah melepaskanku karena perintahMu.
Dia pernah menangis meminta persetujuan.
Dan aku datang hari ini... untuk membantunya menyeberang ke Surga."
(Khairul Johari)
