[PORTAL-ISLAM.ID] Pecatur putri junior berusia 16 tahun asal Sleman Yogyakarta, Master Nasional (MN) Herfesa Shafira Devi, mencatat prestasi raksasa.
Shafira menjuarai kualifikasi Kejuaraan Catur Dunia 2025 Zona 3.3 Asia di Ulan Bator, Mongolia, Kamis (1/5/2025), sekaligus memastikan dirinya lolos ke Piala Dunia Catur 2025. Terakhir kali Indonesia meloloskan pecaturnya ke Piala Dunia Catur adalah pada 2019.
Shafira yang berstatus non-unggulan, mengandaskan pemuncak klasemen, andalan tuan rumah, dan pemilik elo rating yang jauh lebih tinggi darinya, WGM Turmunkh Munkhzul.
Shafira memulai pertarungan dengan tidak menguntungkan karena memegang bidak hitam. Tetapi dia mampu mendominasi pertarungan dengan memainkan langkah cerdik: pembukaan Ruy Lopez: Morphy Defense Exchange Variation.
Shafira akhirnya menang meyakinkan dengan keunggulan satu gajah dan menghentikan perlawanan Turmunkh pada langkah ke-44.
Shafira resmi menjadi pecatur keempat Indonesia dalam sejarah yang mampu lolos ke Piala Dunia catur setelah Grand Master Utut Adianto, GM Susanto Megaranto, dan Grand Master Wanita (WGM) Medina Warda Aulia.
Shafira adalah masa depan cerah catur Indonesia.
”Keberhasilan ini sangat mengejutkan dan sekaligus menggembirakan. Shafira yang memiliki peluang sangat tipis berhasil menjadi juara dan merebut tiket ke Piala Dunia Catur 2025. Dunia catur putri Indonesia memiliki peluang besar untuk lebih bersinar di tingkat dunia,” kata Henry Hendratno, Manajer Tim Catur Indonesia sekaligus Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi).
Shafira yang memiliki elo rating hanya 1983 bagaikan lolos dari lubang jarum karena sepanjang turnamen dia tidak pernah menempati ranking teratas, bahkan sering berada di luar tiga besar. Padahal, hanya satu tiket ke Piala Dunia yang diperebutkan di Zona 3.3 Asia ini.
Pada babak kesembilan, Shafira yang baru mengumpulkan enam poin harus menghadapi pemuncak klasemen dari Mongolia, WGM Turmunkh Munkhzul (elo rating 2301), yang memiliki 6,5 poin. Selain itu, terdapat juga pecatur Mongolia, Woman Candidate Master (WCM) Khishigbaatar Bayasgalan di posisi kedua, yang juga memiliki 6,5 poin.
Untuk merebut tiket ke Piala Dunia, Shafira tidak hanya harus mengalahkan Munkhzul, tetapi juga berharap Khishigbaatar Bayasgalan kalah pada babak kesembilan. Namun, semua hambatan itu tidak membuat pecatur yang tahun ini berusia 17 tahun itu berkecil hati.
Bermain dengan buah catur hitam, Shafira memainkan pembukaan Ruy Lopez, dengan variasi Morphy Defense Exchange. Shafira enggan bermain bertahan dan terus menutup ruang serang Munkhzul.
Permainan cerdik Shafira membuatnya unggul satu perwira gajah dan terus mengeksplorasi keunggulan itu untuk menekan Munkhzul. Pada langkah ke-44, Shafira memaksa Munkhzul untuk menyerah.
Meskipun menang dan meraih tujuh poin, Shafira tidak otomatis menjadi pemuncak klasemen. Dia harus menunggu laga dua pecatur Mongolia lainnya yang menempati posisi kedua dan ketiga.
Beruntung bagi Shafira, Bayasgalan di posisi kedua kalah dari pecatur Filipina, WGM Janelle Mae Frayna, sehingga poinnya tidak bertambah. Namun, pecatur di posisi ketiga, Woman Fide Master (WFM) Enkh Amgalan Enkhrii (2142), yang memiliki enam poin, mampu menang atas pecatur Vietnam, Hoang Tu Linh Luong (1939), sehingga menambah raihannya menjadi tujuh poin, sama seperti Shafira.
Alhasil, juara kategori putri ajang tersebut harus ditentukan berdasarkan nilai tie break. Sampai dengan babak ke-8 Shafira kalah 40 poin dalam perhitungan nilai tie break dari Enkhrii dengan 2206 berbanding 2246.
Namun, setelah babak kesembilan, nilai tie break Shafira mengungguli Enkhrii dengan 2218 berbanding 2208 atau terpaut 10 poin. Nilai tie break yang lebih tinggi itu didapat karena Shafira menang atas Munkhzul yang memiliki elo rating jauh lebih tinggi. Sementara Enkhrii menang atas Hoang yang elo rating-nya lebih rendah.
Selain berhak atas tiket ke Piala Dunia Catur, Shafira juga mendapatkan hadiah uang 1.500 dollar AS atau sekitar Rp 24,75 juta. Shafira juga mendapat tambahan elo rating paling besar dalam ajang tersebut, yaitu 172 poin.
Tambahan poin itu didapat karena Shafira menang enam kali, remis dua kali, dan sekali kalah dalam sembilan babak. Tujuh dari sembilan lawannya merupakan pecatur dengan elo rating yang lebih tinggi dibandingkan dengan Shafira.
Shafira menjadi pecatur putri yang paling pesat kemajuannya dalam setahun terakhir. Sebelumnya, Shafira menjuarai PON Aceh-Sumut 2024 pada nomor catur standar perseorangan.
Namanya tidak pernah diperhitungkan dalam dunia catur nasional sebelum PON karena kalah bersaing dengan WGM Medina Warda Aulia, WGM Irene Kharisma Sukandar, WIM Ummi Fisabilillah, WIM Chelsie Monica Sihite, dan WIM Laysa Latifah.
Namun, dalam ajang PON, Shafira menahan Chelsie, lalu mengalahkan Irene dan Ummi. Atas keberhasilan itu, Persatuan Catur Seluruh Indonesia memberikan lebih banyak kesempatan bagi Shafira untuk tampil di ajang internasional.
Sebelumnya, dalam usia 11 tahun, bakat Shafira mulai terlihat pada ajang Perang Bintang Muda U-14 di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (11/7/2019). Kompas mencatat, saat itu, Shafira menahan remis Candidate Master (CM) Aditya Bagus Arfan yang berusia 13 tahun.
Aditya adalah pecatur remaja terbaik saat itu dan dilatih langsung oleh GM Andrei Kovalev dari Belarus. Aditya kini sedang berjuang untuk meraih gelar Grand Master.
*Foto: MPW Shafira Devi Herfesa (yang masih berusia 11 tahun) mampu menahan imbang CM Aditya Bagus Arfan pada babak pertama turnamen Perang Bintang Muda U-14 di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi, Jawa Barat, pertengahan Juli 2019.
Pada 2016, saat berusia delapan tahun, Shafira memulai perjalanannya dalam kejuaraan nasional dan langsung menjadi juara untuk kategori umur di bawah 9 tahun. Setahun kemudian, pada Kejuaraan Catur Antarpelajar Asia 2017 yang berlangsung di kota Panjin, Provinsi Liaoning, China, Shafira memperoleh medali perunggu di kelompok umur 11 tahun putri.
(Sumber: Kompas)