Kanjeng Raden Haryo Yudhopranoto alias "Hercules"

Pada 2012 yang lalu, kawan ini menerima gelar bangsawan dari Keraton Solo. Dia bergelar KRH (Kanjeng Raden Haryo) Yudhopranoto

Nama aslinya adalah Rosario De Marcal atau dikenal sebagai Hercules. Ia berasal dari Timor Timur (Timor Leste). Perjalanan hidupnya sangat panjang. Penuh onak dan duri. Hingga sekarang.

Ia menjadi yatim piatu sejak anak-anak. Kedua orangtuanya di Ainaro mati karena bom yang dijatuhkan oleh tentara Indonesia. Ia kemudian melakukan apa saja untuk bertahan hidup. 

Ia memulai karirnya sebagai TBO (Tenaga Bantu Operasi) untuk TNI di Timor Leste pada usia yang masih awal belasan tahun. Sebagaimana TBO, tugasnya adalah membantu operasi militer -- membantu apa saja: mulai dari memasak hingga memandu jejak. 
Saat itulah, dia mengalami kecelakaan helikopter, yang mengakibatkan satu matanya buta dan tangan kirinya harus diamputasi. Ia dibawa ke Jakarta dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto atas bantuan Komandan Operasi Nanggala Kopassus ketika itu, Prabowo Subianto. Itulah yang membuatnya sangat setia kepada Prabowo. Setia hingga ke bulu-bulunya.

Pada tahun 1990an, Tutut, anak Soeharto, membuka program lapangan kerja untuk pemuda-pemuda Timtim (begitu daerah ini dikenal dulu) yang menganggur. Mereka sebagian besar ditempatkan di pabrik-pabrik di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hercules termasuk diantaranya. 

Namun ia tidak betah. Ia akhirnya ke Jakarta dan terdampar di Tanah Abang. Disanalah karirnya sebagai preman dan orang kuat moncer. Ia menawarkan pengamanan untuk para pedagang dari gangguan preman lain. Ia mendapatkan bayaran untuk itu. Di dunia bawah seperti itu, adalah biasa untuk para pedagang dan pengusaha bergantung pada perlindungan seorang preman yang lebih kuat dari preman lainnya. 

Kekuatan Hercules bukan pada fisiknya. Juga bukan pada ketrampilannya berkelahi. Atau, mungkin persenjataan yang dia pegang. Saya pernah mendengar bahwa kekuatan utama Hercules adalah pada kenekatannya. Dia berani membunuh dengan darah dingin. Ia adalah Machiavellis sejati: yang lebih baik ditakuti daripada dicintai. 

Sama seperti loyalitasnya pada Prabowo, demikian juga ketaatannya pada tujuan. Kalau sudah harus dibunuh, ya bunuh saja. Tidak ada kata tetapi ... 

Walaupun demikian, ia pernah beberapa kali juga kalah. Dia terusir dari Tanah Abang ketika wilayah itu dikuasai Haji Lulung. Ia juga pernah dipenjara karena "mengamankan" kasus tanah.   

Ia juga tidak ada habisnya. Semasa masih ada orang yang ingin menyelesaikan masalah secara cepat dan at all cost (seberapapun beayanya), maka orang seperti Hercules tetap dibutuhkan.

Gelar kebangsawanan diberikan padanya ketika keraton Kesunanan Solo terpecah dan punya dua raja. Salah satu faksi memberikan Kanjeng Raden Haryo kepada Hercules. Ini tentu tidak gratis. Hercules adalah figur yang menakutkan untuk saingannya. 

Demikian juga ketika beberapa waktu yang lalu Hercules sowan ke Kraton Sumber. Ia berjanji akan memberikan perlindungan kepada Prabu Mulyono Nipunegoro soal ijasah palsunya. 

Anda percaya kalau Hercules ujug-ujug datang dan sowan? 

Satu hal yang salut dengan Hercules adalah sebagai bekas jajahan dia justru mampu menjajah bekas penjajahnya. Ini kualitas lain yang luar biasa. Apakah ada orang Indonesia yang berkuasa dan menjajah negeri Belanda?

(Made Supriatma)

Baca juga :